Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
SEBANYAK 24 organisasi profesi kesehatan di Jawa Barat meminta DPR RI membatalkan RUU Kesehatan Omnibus Law untuk masuk ke dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas).
Ketua Ikatan Dokter Indonesia Jawa Barat dr. Eka Mulyana mengatakan pengambilan keputusan mengenai RUU Kesehatan Omnibus Law hanya dilakukan sepihak saja. Padahal, menurutnya, diperlukan sinergitas bersama stakeholder terkait untuk membahas hal ini.
“Negara menjadi aktor utama, namun pemerintah memerlukan aktor lain dan stakeholder lain, yaitu masyarakat dan ahli profesi. Situasi pandemi telah memberikan pelajaran permasalahan kesehatan tidak dapat diselesaikan sendiri oleh pemerintah. Sinergi dan kerja sama diperlukan untuk memperbaiki sistem kesehatan saat ini,” kata Eka kepada wartawan usai menyampaikan sikap organisasi profesi di PPNI, Bandung, Senin (14/11).
Eka juga menjabarkan penerapan RUU Kesehatan Omnibus Law nantinya akan mengancam keberadaan dari 9 UU kesehatan dan organisasi profesi yang ada saat ini. Menurutnya, hal itu akan berimbas pada masyarakat sebagai penerima layanan kesehatan.
“Ada beberapa pasal di RUU omnibus law ini yang menjadi perhatian kami. Misalnya, ada 450 pasal di omnibus law yang salah satunya, pada pasal 455, dinyatakan tertulis bila UU ini berlaku, maka ada 9 UU terkait kesehatan yang selama ini ada akan dicabut dan tidak berlaku lagi,” ungkapnya.
“Yang dicabut, UU kesehatan itu sendiri, UU Rumah sakit, UU tenaga kesehatan, UU praktik kedokteran, UU keperawatan, UU kebidanan, UU wabah, UU karantina, dan lain-lain,” imbuhnya.
Baca juga: Organisasi Profesi Kesehatan di NTB Tolak RUU Kesehatan (Omnibus Law)
Eka menambahkan, RUU Kesehatan Omnibus Law nantinya akan membuat Surat Tanda Registrasi (STR) yang dibutuhkan oleh ahli kesehatan untuk melakukan praktik tidak lagi perlu diperpanjang.
“Dalam RUU kesehatan ini, tidak berjangka waktu namun berlaku seumur hidup. Padahal STR ini menjalankan kompetisi. Bayangkan tenaga kesehatan yang sudah lama tidak berhadapan dengan masyarakat, namun STR-nya tetap berjalan,” tuturnya.
Eka berharap DPR tidak akan melanjutkan RUU Kesehatan Omnibus Law ke dalam Prolegnas. Namun, dapat diganti dengan UU dari pemerintah dan kementerian terkait.
“Kalau ada perbaikan, bukan UU yang dihapus, namun lebih baik ada peraturan dari pemerintah atau Menkes. Kemudian kebijakan bisa diperbaiki bukan UU-nya yang dihapus,” pungkasnya.(OL-5)
SEJUMLAH orangtua siswa mengaku masih kebingungan melakukan pendaftaran secara daring atau online untuk Seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (SPMB) 2025 di Jawa Barat (Jabar).
Dia menambahkan pendaftaran SPMB dapat dilakukan melalui kanal spmb.jabarprov.go.id atau melalui aplikasi Sapawarga.
SETARA Institute mengecam penyegelan masjid Ahmadiyah di Kota Banjar, Jawa Barat dan mendesak Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi turun tangan
Direktur Jenderal Kesehatan Layanan Primer dan Komunitas Kemenkes, Endang Sumiwi, menjelaskan bahwa Jawa Barat menjadi provinsi dengan angka kematian ibu dan bayi tinggi.
Adnan Prasetyo, bocah yang viral karena menaiki sepeda dari Brebes hendak menemui Gubernur Jawa Barat Dedy Mulyadi, akhirnya dijadikan anak asuh oleh Bupati Brebes Paramitha Widya Kusuma.
Gempa bumi itu juga dirasakan di sejumlah wilayah Jawa Barat, khususnya di sekitar Kabupaten Pangandaran.
Pemerintah akan memberikan perlindungan kepada ibu korban kekerasan dan pengidap HIV
DPR RI hari ini mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA) menjadi UU.
Sebagian pekerja perempuan masih menghadapi tantangan dalam menjalankan peran laktasi atau menyusui ditempat kerja. Bagaimana solusinya?
WACANA pemberian program hak cuti pendampingan bagi suami yang istrinya melahirkan atau keguguran, menjadi salah satu topik bahasan yang mengemuka pada debat capres terakhir
Anggota Komisi IX DPR Fraksi Partai NasDem Irma Suryani Chaniago menegaskan fraksinya menolak mandatory spending dalam penganggaran kali ini.
Ketua DPR RI Puan Maharani menegaskan RUU ini akan memberi jaminan kesehatan bagi ibu dan anak, khususnya dari kalangan yang kurang mampu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved