Selasa 11 Oktober 2022, 07:25 WIB

Trauma Healing Melalui Coaching bagi Korban Tanah Longsor

Dr Lulu Lusianti Fitri MSc KK Fisiologi Perkembangan Hewan dan Sains Biomedika ITB | Humaniora
Trauma Healing Melalui Coaching bagi Korban Tanah Longsor

Dok. ITB
Tanah longsor di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

 

PADA 9 Januari 2021 terjadi tanah longsor di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Akibat bencana itu, 40 orang meninggal dunia, puluhan lainnya luka-luka, serta menimbulkan kerugian bagi lebih dari 1.000 penduduk di sekitarnya. Tidak hanya kerugian materiel, bencana alam sering kali menimbulkan pula kerugian nonmateriel bagi para penyintas. Salah satunya dalam bentuk gangguan psikologis seperti PTSD (post-traumatic stress disorder).

PTSD atau gangguan stres pasca-traumatik dapat menimbulkan gejala seperti rasa cemas berlebihan yang muncul berulang kali, gangguan tidur, bahkan berujung pada depresi. Dalam rangka pengabdian kepada masyarakat, pada 3 Oktober 2021 anggota Kelompok Keahlian Fisiologi, Perkembangan Hewan, dan Sains Biomedika dari Program Studi Biologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung (SITH-S ITB), bersama dengan para coach profesional dari BUMN (PT KAI dan PT Telkom) melakukan kegiatan coaching, yang diikuti dengan pengukuran gelombang otak sebagai upaya trauma healing kepada para korban bencana tanah longsor di Desa Cihanjuang.

Coaching merupakan salah satu metode yang dapat mendukung proses trauma healing. Dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, metode coaching melibatkan interaksi antara coach dan para korban bencana sebagai responden dalam durasi kurang lebih 40 - 45 menit. Umumnya, coaching dilakukan untuk mencapai satu tujuan utama yang hendak dicapai oleh responden, seperti mencapai target tertentu atau meningkatkan kualitas hidup.

Sepanjang sesi coaching, sebanyak 28 responden, terdiri atas 16 laki-laki dan 12 perempuan, dipandu para coach masing-masing untuk merefleksikan diri mereka melalui jawaban atas berbagai pertanyaan yang diberikan. Pada akhir sesi, diharapkan proses tersebut dapat meringankan beban emosional para responden. Tidak hanya itu, diharapkan pula metode ini dapat membantu mereka untuk menyadari kemampuan diri sendiri agar dapat bangkit dan mengambil pembelajaran atau tindakan positif dari pengalaman traumatik yang pernah mereka alami.

Sejalan dengan proses coaching, responden memberikan persetujuan untuk pengambilan gelombang otak yang direkam melalui perangkat elektroensefalografi (EEG) Muse™. Tampilan visual gelombang otak yang terdeteksi oleh alat ini dapat dilihat langsung melalui aplikasi Mind Monitor di smartphone. Berdasarkan keterkaitannya dengan kondisi sadar dan juga pengalaman traumatik, jenis gelombang otak yang difokuskan pada kegiatan ini ialah gelombang alfa dan beta. Kedua gelombang itu direkam sebelum dan sesudah sesi coaching. Para responden berada dalam kondisi mata terbuka dan suasana tenang.

Menyelisik otak manusia 

Otak merupakan organ yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Organ ini bekerja tanpa henti selama 24 jam dan berfungsi sebagai regulator utama yang mengatur seluruh kinerja organ tubuh lainnya. Otak juga memfasilitasi berbagai bentuk emosi dan perilaku sehari-hari melalui pola aktivitasnya yang dapat diukur secara elektrikal. Aktivitas kelistrikan ini kemudian diterjemahkan dalam bentuk tampilan gelombang otak dengan bantuan perangkat elektroensefalografi (EEG). Alat ini dapat memberikan informasi terkait dinamika aktivitas gelombang otak manusia secara langsung (realtime) dengan akses penggunaan yang mudah dan praktis. Kelebihan perangkat Muse™ EEG antara lain memiliki resolusi temporal yang tinggi, efisiensi biaya, juga desain yang ringan dan mudah digunakan sehingga praktis untuk dibawa ke mana-mana.

Dalam pengukuran EEG terdapat standar peletakan elektroda sebagai sensor gelombang otak pada kulit kepala naracoba. Salah satu standar yang sering digunakan ialah sistem internasional 10-20. Sistem ini menerapkan jarak peletakan antarelektroda berkisar sekitar 10% - 20% dari total jarak antara letak elektroda di bagian kepala paling depan dan paling belakang.

Gelombang otak adalah tegangan listrik yang berosilasi di area otak sebagai hasil dari sinkronisasi pulsa elektrik antarsel saraf yang berkomunikasi satu sama lain. Pulsa elektrik inilah yang ditangkap oleh sensor elektroda perangkat EEG dan diterjemahkan dalam bentuk grafik gelombang otak. Hasil dari sinkronisasi aktivitas saraf ini berperan dalam fungsi fisiologis tubuh yang berhubungan dengan kondisi perilaku individu yang berbeda-beda.

Gelombang otak alfa dan beta merupakan dua jenis gelombang yang umum ditemukan pada saat kondisi sadar. Gelombang alfa mengindikasikan individu dalam kondisi relaksasi dan tenang, yang ditampilkan dalam bentuk grafik dengan amplitudo lebar dan nilai frekuensi sedang (7,5-12 Hz). Adapun gelombang beta sering ditemukan pada individu yang sedang dalam kondisi konsentrasi penuh disertai proses berpikir seperti pembelajaran, pemecahan masalah, hingga pengambilan keputusan. Gelombang ini ditampilkan dalam bentuk grafik dengan amplitudo yang lebih sempit serta nilai frekuensi yang lebih tinggi dari gelombang alfa (12-30 Hz).

Penggunaan perangkat teknologi seperti Muse™ EEG dapat menampilkan karakteristik gelombang otak alfa dan beta melalui aplikasi Mind Monitor. Aplikasi ini sangat membantu untuk melihat situasi dan kondisi mental yang dihadapi oleh responden saat sesi coaching berlangsung. Adanya sensor elektroda pada perangkat Muse™ EEG mampu menangkap aktivitas gelombang listrik di otak dan memberikan laporan langsung sesuai kondisi responden.

Gelombang otak alfa

Hasil analisis data gelombang otak alfa menunjukkan perubahan aktivitas yang nyata setelah korban bencana menjalani sesi coaching. Perubahan aktivitas ini dapat diketahui dari perbedaan aktivitas gelombang otak antara sesi awal dan akhir dari sesi coaching. Rata-rata gelombang alfa responden menunjukkan penurunan aktivitas yang signifikan di kedua area anterofontal, baik di kiri dan kanan (AF7 dan AF8). Secara keseluruhan, aktivitas gelombang alfa tergolong rendah di area AF.

Penurunan aktivitas ini juga mengindikasikan terjadinya defisit pada aktivitas otak yang terlibat dalam fungsi-fungsi eksekutif, seperti fungsi kontrol gerakan motorik dan atensi. Defisit atensi merupakan salah satu ciri khas dari individu yang terdampak PTSD. Fenomena ini diduga terjadi sebagai bentuk penghindaran para responden terhadap kejadian traumatis yang mereka alami. Hal itu disebabkan saat sesi coaching berlangsung, para responden secara tidak langsung mengingat kembali pengalaman traumatisnya. Oleh sebab itu, kondisi defisit atensi dapat menjadi penanda (marker) penting bahwa para responden masih dalam kondisi PTSD. Meski demikian, bila dikaitkan dengan fungsi area AF, aktivitas gelombang alfa berasosiasi dengan perhatian penuh (attentiveness) dan kewaspadaan (alertness) saat sesi coaching berlangsung sehingga mampu memengaruhi responden bersikap cukup rileks.

Sebaliknya, aktivitas gelombang alfa di kedua area temporoparietal (TP9 dan TP10) justru meningkat secara signifikan. Aktivitas gelombang alfa yang lebih tinggi di area TP menunjukkan sisi emosional para naracoba yang cenderung lebih kuat. Peningkatan aktivitas gelombang alfa di area TP9 dan TP10 berkontribusi terhadap tiga kemungkinan. Pertama, kondisi naracoba menjadi semakin rileks setelah sesi coaching berlangsung. Kedua, munculnya lonjakan emosional. Terakhir, adanya proses ingatan yang muncul kembali (memory retrieval) terkait kejadian traumatis di masa silam.

 

Gelombang otak beta

Berbeda dengan gelombang alfa, tampilan gelombang beta menunjukkan nilai yang tinggi saat sesi awal coaching dan berangsur menurun signifikan sejalan dengan usainya sesi coaching. Penurunan ini ditemukan di seluruh area, yakni AF dan TP. Gelombang beta berasosiasi dengan proses berpikir atau konsentrasi yang aktif, sibuk, hingga kecemasan, tergantung seberapa intens aktivitas gelombang beta di area otak tertentu. Semakin tinggi aktivitas gelombang beta pada individu, maka orang tersebut sangat mungkin mengalami kecemasan yang tinggi.

Penurunan aktivitas gelombang beta yang terjadi di kedua area anterofrontal mengindikasikan proses berpikir yang intensif meskipun dapat diasumsikan para responden tengah berada dalam konsentrasi yang sudah berkurang. Di sisi lain, penurunan gelombang beta di area temporoparietal, yakni TP 9 dan TP 10, berkaitan dengan menurunnya tingkat kecemasan dan proses pelepasan emosional. Keduanya saling berhubungan serta membentuk indikasi bahwa telah terjadi penurunan tingkat stres dan munculnya rasa rileks pada responden setelah melalui sesi coaching.

Kondisi ini diduga berkaitan dengan proses trauma healing yang dialami oleh para responden sepanjang coaching, yang selama sesi itu para responden diarahkan untuk meringankan perasaan emosional mereka serta melakukan proses refleksi terhadap diri sendiri. Agar dapat lebih meringankan beban traumatis para responden maka perlu dilakukan sesi coaching lanjutan sehingga dapat dicapai hasil trauma healing yang optimal. Sesi coaching lebih lanjut dapat difokuskan pada bagaimana mengikis rasa trauma secara bertahap dengan meningkatkan rasa percaya diri agar dapat melakukan aktivitas harian secara normal.

Dampak sesi coaching

Hasil dari perubahan aktivitas gelombang otak ini juga sesuai dengan ungkapan yang disampaikan oleh para responden. Hampir umumnya mengaku lega setelah berinteraksi dengan para coach masing-masing. Meski sering tampak responden menangis saat mengingat kembali peristiwa bencana tanah longsor, perasaan lega muncul berkaitan dengan proses pelepasan emosional. Setelah sesi coaching usai, banyak responden yang notabene menjadi korban tanah longsor masih memendam perasaan negatif pada diri masing-masing. Berbagai perasaan tersebut mencakup rasa sedih, kecewa, marah, dan kecemasan. Dampak dari memendam perasaan yang lama ini akan berpengaruh terhadap kemunculan gejala PTSD, atau bahkan bisa memperparah gejala tersebut. Salah satu ciri PTSD yang paling umum ialah ketidakstabilan dalam regulasi dan pengendalian stres yang sering muncul di fase arousal. Stres dalam kadar yang berlebihan justru dapat menjadi gangguan yang berbahaya dari segi psikologis dan fisiologis. Oleh karena itu, sesi coaching sangat bermanfaat bagi para korban bencana untuk memulai langkah baru yang positif dalam melanjutkan kehidupan.

Sebagai kesimpulan, perangkat Muse™ EEG yang berfungsi untuk mengukur gelombang otak responden korban bencana tanah longsor merupakan salah satu bukti penggunaan teknologi dan menjadi metode yang bermanfaat untuk mengetahui efek dari sesi coaching. Meski coaching yang dilakukan baru satu kali, perubahan aktivitas gelombang otak para responden secara nyata telah dapat ditunjukkan. Perubahan itu ditandai dengan penurunan gelombang alfa di area anterofrontal, penurunan gelombang beta di seluruh area, serta peningkatan gelombang alfa di area temporoparietal.

Hasil perubahan tersebut membuktikan adanya pelepasan rasa stres emosional akibat kejadian traumatis yang dialami oleh responden sebelumnya, meski masih tampak beberapa gejala PTSD. Berdasarkan hasil tersebut, diperlukan sesi coaching lebih lanjut bagi para korban agar dapat memulihkan rasa traumatis mereka dan mengembalikan kepercayaan diri para responden untuk bangkit dan memulai kehidupan sehari-hari secara normal. (M-3)

 

 

Tim Peneliti

Dr Lulu Lusianti Fitri MSc

- Dosen Program Studi Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB

- Doktor di bidang biologi perilaku, Universite de Paris X, Prancis (2001)

- Master di bidang zoologi, The University of New England, Australia (1994)

- Sarjana di bidang biologi, FMIPA Institut Teknologi Bandung (1989)

 

Shanty Rahayu Kusumawardani SPd, MSi

KK Fisiologi Perkembangan Hewan dan Sains Biomedika (FPHSB)

-VDosen Program Studi Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB

 

Sra Harke Pratama MSi

KK Fisika Nuklir dan Biofisika

- Mahasiswa pascasarjana dan peneliti FMIPA ITB

 

Ahmad Syafiq Zuhri SSi

Sarjana Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB (2017)

Baca Juga

MI/Dok MCH

Jemaah Lansia yang Ingin Turun Pesawat untuk Kasih Makan Ayam Kini Semangat Berhaji

👤Windy Dyah Indriantari 🕔Senin 05 Juni 2023, 10:27 WIB
Abah Juhani ini memiliki demensia atau penurunan daya ingat. Ia mudah lupa sekalipun baru saja melakukan...
MI/HO

Sambut Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Walhi Gelar Pekan Rakyat Lingkungan Hidup 2023

👤Media Indonesia 🕔Senin 05 Juni 2023, 10:08 WIB
Suara-suara dan tuntutan rakyat untuk perubahan Indonesia yang lebih berkeadilan disampaikan melalui karnaval lingkungan...
MI/HO

Kemenag Minta Garuda Indonesia dan Saudia Airlines Segera Atasi Delay Keberangkatan Haji

👤Despian Nurhidayat 🕔Senin 05 Juni 2023, 09:56 WIB
“Maskapai, baik Saudia Airlines maupun Garuda Indonesia, harus lebih kooperarif dalam menginformasikan setiap perubahan atau...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya