Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PEREMUAN ke-3 Deputi Lingkungan dan Kelompok Kerja Keberlanjutan Iklim atau Environment Deputies Meeting and Climate Sustanability Working Group (3rd G20 EDM-CSWG) yang berlangsung di Bali pada 29 – 30 Agustus 2022.
Kegiatan tersebut dilaksanakan secara hybrid (luring dan daring) dan dihadiri oleh 211 delegasi dari negara-negara anggota G20, negara undangan, dan organisasi internasional.
Pertemuan ini diharapkan dapat meningkatkan upaya-upaya pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian perubahan iklim global.
Pertemuan EDM-CSWG dengan Co-Chair Laksmi Dhewanthi (Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim) dan Co-Chair Sigit Reliantoro (Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan).
Pertemuan tingkat kelompok kerja akan dilanjutkan dengan pertemuan tingkat menteri lingkungan hidup dan iklim atau The Joint Environment and Climate Ministers Meeting (JECMM) pada tanggal 31 Agustus 2022 yang diketuai oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya.
Adapun pertemuan puncak adalah pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali pada November 2022
EDM-CSWG pada Presidensi G20 Indonesia kali ini mengusung tiga isu prioritas yang menjadi fokus pembahasan dari setiap pertemuan.
Baca juga: Indonesia Ajak Negara-Negara G20 Lakukan Restorasi Terumbu Karang
Ketiga isu prioritas tersebut adalah (1) Mendukung pemulihan yang berkelanjutan (supporting more sustainable recovery);.
(2) Peningkatan aksi berbasis daratan dan lautan untuk mendukung perlindungan lingkungan hidup dan tujuan pengendalian perubahan iklim (enhancing land-and sea-based actions to support environment protection and climate objectives).
(3) Peningkatan mobilisasi sumber daya untuk mendukung perlindungan lingkungan hidup dan tujuan pengendalian perubahan iklim (enhancing resource mobilization to support environment protection and climate objectives).
Ketiga isu prioritas tersebut dibahas secara paralel melalui 2 elemen utama yaitu segi lingkungan dan perubahan iklim serta interlinkage diantara kedua aspek tersebut.
Tujuan Pertemuan dua hari ini untuk membahas, dan menyelesaikan penyusunan Komunike yang nantinya akan dibahas pada pertemuan tingkat Menteri.
Pertemuan EDM-CSWG yang ke tiga ini melanjutkan rangkaian beberapa pertemuan EDM-CSWG sebelumnya yang secara intensif membahas ketiga isu prioritas dimaksud di atas untuk menghasilkan sebuah dokumen keluaran bersama negara anggota G20.
Dalam prosesnya, pembahasan komitmen tersebut cukup menghadapi tantangan mengingat adanya berbagai pandangan dan implikasinya kepada kepentingan masing-masing negara anggota.
Co-Chair EDM Sigit Reliantoro menyambut baik partisipasi para delegasi yang sudah menyampaikan masukan untuk rancangan komunike yang sedang disusun.
Selama dua kali pertemuan EDM-CSWG di Yogyakarta dan Jakarta lalu, semua delegasi telah mendiskusikan berbagai isu prioritas untuk mencapai visi dan tujuan yang sama.
Aspek lingkungan (EDM) membahas komitmen, aksi nyata dan kepemimpinan dari negara G20 dalam menjawab ketiga isu prioritas tersebut melalui diskusi terkait topik: (1) Land Degradation; (2) Halting Biodiversity Loss; (3) Integrated and Sustainable Water Management; (4) Resource Efficiency and Circular Economy; (5) Marine Litter; (6) Ocean Conservation; dan (7) Sustainable Finance.
Ajakan Indonesia pada Negara G20
Pada isu kerusakan lahan (Land Degradation), Indonesia kembali mengajak negara G20 untuk menekankan komitmennya dalam mencapai target pengurangan 50% lahan terdegradasi pada tahun 2040 sesuai dengan Global Initiative yang dicanangkan sejak tahun 2020.
Dalam hal upaya menahan laju kehilangan keanekaragaman hayati (Halting Biodiversity Loss), komitmen negara G20 penting untuk memperkuat aksi menahan dan membalikkan laju kehilangan keanekaragaman hayati melalui aksi nasional dan kerja sama multilateral.
Isu pengelolaan air terpadu dan berkelanjutan (Integrated and Sustainable Water Management), pembahasan meliputi isu pengelolaan sumber daya air berkelanjutan dalam hal pengelolaan danau berkelanjutan, efisiensi sumber daya air di seluruh sektor, sanitasi dan air bersih, serta koneksi air-energi-pangan berkelanjutan melalui upaya pemantauan, penyusunan kebijakan, dan kerjasama multi sektor.
Menyoroti perihal efisiensi sumber daya dan ekonomi sirkular dalam kerangka konsumsi dan produksi berkelanjutan (Resource Efficiency and Circular Economy), penyusunan draft komunike harus disesuaikan dengan pencapaian SDGs, terutama SDGs 12.
Penanganan sampah laut (Marine Litter) masih menjadi perhatian negara-negara G20 khususnya sampah plastik yang dikenal sebagai sumber pencemar lintas batas yang memberikan dampak dan ancaman secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan, kesehatan, sosial, dan ekonomi global.
Pembahasan isu sampah laut berfokus pada bagaimana negara-negara G20 dapat bersinergi dalam mengatasi tantangan sampah laut melalui pendekatan ekonomi sirkular dan penggunaan plastik yang berkelanjutan.
Isu lingkungan kelautan selanjutnya adalah mengenai konservasi laut (Ocean Conservation) yang berfokuskan kepada restorasi ekosistem maritim dan Blue Economy.
Pembahasan draft komunike pada isu ini membahas mengenai pentingnya konservasi dan pengelolaan sumber daya laut berkelanjutan dan restorasi ekosistem sebagai salah satu prioritas utama.
Selanjutnya isu yang dibahas adalah mengenai pendanaan berkelanjutan (Sustainable Finance) yang bertujuan untuk memobilisasi keuangan global sehingga memberikan dampak pada aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.
G20 berkomitmen untuk memperkuat regulasi yang dapat mendorong sektor swasta dan institusi keuangan agar berpartisipasi dalam pendanaan berkelanjutan melalui implementasi peta jalan G20 dalam pendanaan berkelanjutan.
Pertemuan ketiga ini diharapkan dapat menghasilkan sebuah dokumen keluaran yang memuat pandangan dan komitmen untuk terus meningkatkan upaya-upaya implementasi pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian perubahan iklim oleh negara anggota G20.
Pertemuan juga akan memberikan kontribusi kepada pencapaian tujuan dan target lingkungan global dengan berprinsip pada leading by example, recover together recover stronger. (RO/OL-09)
ERA digitalisasi, yang telah berjalan selama ini memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap lahirnya jenis aset baru, yaitu aset-aset yang berbasis digital.
Batik Betawi yang ditunjuk terlibat dalam forum besar G20 yang digelar pada 23-25 Februari 2022 ini merupakan kebanggaan bagi Elemwe.
KTT yang berlangsung pada 30-31 Agustus ini akan memberi kesempatan bagi para pemimpin kota U20 untuk memperkuat kolaborasi.
Program yang dirancang untuk jangka panjang itu adalah sebuah platform edukasi yang akan meningkatkan kesadaran serta melakukan pengembangan masyarakat,
Tempat tersebut akan dibuka kembali untuk pertama kali acara Meeting G20 Parliamentary Speakers' Summit (P20) pada Oktober mendatang.
Presiden akan memimpin KTT G20 di Bali pada 15 -16 November 2022.
MURAM, kelam, gelap. Begitulah narasi dalam yang terus mendominasi jagat media dalam beberapa bulan terakhir.
Ketiga negara, yakni Jepang, Korea Selatan dan Inggris, akan masuk sebagai konsorsium yang memberikan pinjaman untuk kelanjutan pembangunan proyek MRT Jakarta.
Menlu Amerika Serikat Antony Blinken dijadwalkan ke kawasan Asia, dua hari sebelum pertemuan para menlu negera anggota G20 (FMM G20) di Bali, Indonesia.
"Ada kebutuhan mendesak untuk mengatasi gangguan rantai pasokan pangan global--mengintegrasikan kembali pangan dan pupuk dari Ukraina dan Rusia ke pasar global sangat penting," kata Retno.
Elon Musk menilai Indonesia memiliki masa depan yang sangat cerah, didorong dengan besarnya populasi usia muda dan kekayaan energi.
Pasalnya, negara anggota G20 membentuk 45% garis pantai dunia dan 21 dari zona eksklusif. Sehingga, G20 memiliki peran besar dalam melindungi ekosistem laut.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved