Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Ekosistem Teknologi Kemendikbudristek Jadi Akselerator Transformasi Pendidikan

Mediaindonesia.com
11/8/2022 09:00
Ekosistem Teknologi Kemendikbudristek Jadi Akselerator Transformasi Pendidikan
Acara Puncak Hakteknas di kantor Kemendikbudristek, Jakarta, Rabu (10/8).(Ist/Kemendikbudristek)

BERTEPATAN dengan Puncak Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) Tahun 2022, berbagai terobosan yang dilakukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam transformasi digital selama tiga tahun terakhir patut diacungi jempol.

Dalam situasi penuh tantangan, Kemendikbudristek sukses merancang dan meluncurkan Ekosistem Teknologi Pendidikan sebagai akselerator dari transformasi pendidikan nasional.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim terharu atas capai­an Kemendikbudristek dalam menyediakan platform ekosistem pendidikan di Indonesia ini.

“Saya melihatnya itu merin­ding, karena tiga tahun yang lalu kita mencanangkan ide untuk benar-benar mendigitalisasi aktivitas kita di Kemendikbud. Pada saat itu, saya sama sekali tidak mengetahui apakah hal sebesar ini bisa terjadi atau tidak, tapi kita berkomitmen. Ternyata hasilnya terlihat sekali,” ungkap Menteri Nadiem dalam acara Puncak Hakteknas di kantor Kemendikbudristek, Jakarta, Rabu (10/8).

Nadiem pun berterima kasih kepada seluruh pengguna platform teknologi yang diluncurkan Kemendikbudristek melalui Merdeka Belajar.

Lebih dari 1,2 juta pendidik sudah mengakses dan berbagi materi di platform Merdeka Mengajar, yakni sebuah kanal bagi guru-guru untuk belajar, mengajar, berkarya, serta mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.

Baca juga: Diselenggarakan di Indonesia, IOI Ke-34 Jadi Inspirasi Anak Muda

“Selain itu, sebanyak 3,2 juta pendidik dan dinas pendidikan di seluruh Indonesia telah meng­akses berbagai platform teknologi dengan akun belajar.id,” ujar Nadiem. 

Mendikbudristek berterima kasih kepada 714 ribu mahasiswa, 2.600 perguruan tinggi, 2.700 mitra industri, dan 43 ribu praktisi yang telah mewujudkan terobosan Merdeka Belajar Kampus Merdeka.

Pada platform Rapor Pendidikan, lebih dari 100 ribu satuan pendidikan telah mengidentifikasi capaian hasil belajar peserta didiknya. Penggunaan platform Aplikasi Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (ARKAS) dan Sistem Informasi Pengadaan di Sekolah (SIPLah) telah digunakan oleh lebih dari 200 ribu satuan pendidikan.

Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi (Kapusdatin) M Hasan Chabibie mengungkapkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berperan penting dalam transformasi pendidikan nasional. 

Platform-platform yang sudah ada pada ekosistem teknologi pendidikan di Indonesia saat ini, jelas Hasan, adalah Merdeka Mengajar, Rapor Pendidikan, ARKAS, SIPLah, Tanya BOS, Akun Belajar.id dan Kampus Merdeka.

Saat ini, Ekosistem Teknologi Pendidikan di Indonesia sudah menjangkau 364 ribu satuan pendidikan di 514 kabupaten/kota dari total 435 ribu sekolah dasar, menengah, kejuruan, dan PAUD. 

Ekosistem tersebut menjangkau 2,7 juta guru,  724 ribu mahasiswa, 2.655 perguruan tinggi dan vokasi di Tanah Air, 2.700 mitra industri, 84 ribu penyedia barang dan jasa, serta 35 juta peserta didik.

Kemendikburistek bekerja sama dengan GovTech Edu dalam menciptakan berbagai platform. Chief Technology Officer GovTech Edu Ibrahim Arief mengatakan, platform Merdeka Mengajar membantu guru dalam mengajar sesuai kemampuan murid, mengakses materi pelatih­an mandiri kapan pun dan di mana pun.

Salah satu terobosan Kemendikbudristek lainnya adalah Mahakarya Vokasi. SMK Raden Umar Said (RUS) Kudus, Politeknik Negeri Batam (Polibatam), dan Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung berkontribusi sesuai dengan kompetensi dan keahliannya menciptakan Vokasiland. Tempat 10 produk Indonesia terbaik atau 10 Maha Karya Vokasi dipamerkan secara digital.

“Pameran secara virtual reali­ty dikemas dalam format ga­ming sehingga mereka yang menikmati dapat merasakan sensasi petualangan yang berbeda dari sekedar melihat pameran biasa,” ungkap Mahasiswa Polibatam, Gastya Eka Putra. (Ifa/OL-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya