Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
Stroke lebih dikenal sebagai penyakit yang menyerang otak. Namun, stroke juga bisa menyerang mata. Dalam dunia medis, penyakit itu disebut sebagai stroke mata. "Gejala stroke mata ialah penglihatan yang tiba-tiba kabur atau menghilang. Dulu, orang-orang yang terkena stroke mata banyak yang menduga dirinya sedang 'dikerjai' atau diguna-guna musuh karena penglihatan mereka tiba-tiba jadi gelap," ujar Ketua Vitreoretina Service Jakarta Eye Center, dr Elvioza SpM(K), dalam diskusi bertajuk Gangguan pada Retina: Stroke Mata & Retinopati Diabetik, di Jakarta beberapa waktu lalu. Dari pengalaman praktiknya, Elvioza mengungkapkan penderita stroke mata cukup banyak. Rata-rata, 2-3 orang dalam sehari datang berobat karena stroke mata. "Indonesia merupakan negara yang penduduknya paling banyak mengalami penyakit ini bersama India dan Tiongkok," imbuhnya.
Umumnya, pasien penyakit itu berada di kisaran usia 50 tahun. Namun, ada juga pasien yang lebih muda, sekitar 30 tahun. "Pada pasien muda, umumnya dipicu gaya hidup." Terjadinya stroke mata, lanjut Elvioza, mirip dengan stroke pada otak. Pada otak, stroke terjadi ketika pembuluh darah otak tersumbat atau pecah. Pada stroke mata, yang tersumbat ialah pembuluh darah pada retina. Retina merupakan bagian mata yang berfungsi sebagai sensor penangkap sinar yang masuk ke mata lalu meneruskannya ke otak dalam proses penglihatan. Retina memiliki struktur mirip otak. Pada retina terdapat banyak pembuluh darah kecil-kecil. “Ketika pembuluh darah tersebut tersumbat, akan pecah. Itulah yang disebut stroke mata. Bisa terjadi baik pada pembuluh darah arteri maupun vena pada retina. Akibatnya, penglihatan jadi kabur atau timbul kebutaan mendadak, tanpa ada gejala apa pun sebelumnya,” terang Elvioza. Stroke mata harus ditangani secara cepat. Jika tidak, penderita bisa mengalami kebutaan permanen karena luasnya kerusakan retina. "Penanganannya dengan terapi laser. Fungsinya untuk menutup kembali pembuluh darah yang pecah," kata Elvioza. Dengan penanganan yang cepat dan tepat, penglihatan dapat dinormalkan kembali. Sayangnya, sambung Elivioza, kebanyakan pasien baru berobat ketika kondisinya sudah parah. Kerusakan retinanya sudah sedemikian luas sehingga sulit dipulihkan. Sesudah pengobatan, pasien harus menjalani pemeriksaan kontinu untuk mengontrol penyakit tersebut. Untuk penderita yang tingkat penyakitnya masih tergolong ringan, pemeriksaan dilakukan 6 bulan sekali. Namun, jika sudah sampai pada tahap mengkhawatirkan, kontrol 2 bulan sekali sangat disarankan untuk melihat perkembangan penyakitnya. "Stroke mata dapat menyebabkan komplikasi, seperti terjadinya serangan berulang, atau serangan pada mata sebelahnya, juga bisa menyebabkan glaukoma," imbuh Elvioza.
Faktor risiko
Timbulnya stroke mata dipengaruhi faktor-faktor yang meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis. Itu kerusakan pembuluh darah yang ditandai dengan berkurangnya kelenturan dan penyempitan diameter pembuluh darah hingga mudah tersumbat. Jadi, sama persis seperti pada kasus stroke dan serangan jantung. Faktor-faktor risiko itu ialah memiliki riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, penyakit kardiovaskular, kolesterol tinggi, penggunaan alat kontrasepsi hormonal, dan merokok. Ibu hamil juga termasuk yang berisiko. Selain itu, faktor genetik berpengaruh. "Makin banyak kita memiliki faktor-faktor risiko itu, semakin besar peluang kita untuk terkena stroke mata ini, juga stroke di otak," jelas Elvioza. Berdasarkan faktor-faktor risiko tersebut, Elvioza menambahkan, stroke mata sejatinya bisa dicegah. "Jauhi gaya hidup yang meningkatkan faktor risiko itu." Misalnya, tidak merokok, menjalani diet sehat, dan rutin berolahraga. Bagi pasien diabetes dan hipertensi, mereka wajib mengontrol penyakit-penyakit tersebut. (*/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved