Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
SEKITAR 56% dari keseluruhan mahasiswa Indonesia mencapai 8,5 juta merupakan perempuan. Bahkan sekitar 60% lulusan mahasiswa merupakan perempuan atau lebih dari 1 juta orang. Dengan demikian, perempuan yang cerdas dapat menghasilkan generasi berkualitas dan menjadi pemimpin di masa depan.
Itu disampaikan Sri Puji Saraswati Nizam selaku Ketua DWP Dikti-Ristek sebagai pembicara kunci dalam Forum Diskusi Inspirasi Kepemimpinan Perempuan mengangkat tema besar Pimpin Pemulihan, Bergerak untuk Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Forum itu bertujuan menginspirasi para pemimpin perguruan tinggi dan civitas dalam tata kelola perguruan tinggi merdeka belajar, kampus merdeka. Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR menggelar forum diskusi itu bersama dengan peresmian pendirian London School Centre for Leadership dan Peluncuran Buku Wonderful Woman by Ibu Prita Kemal Gani dalam rangka Hari Pendidikan Nasional di Jakarta, Jumat (27/5).
Menurutnya, kita perlu membangun generasi emas, cedas, berkarakter. Pendididkan berkarakter harus dijalankan sistematis dan berkelanjutan. Cerdas itu harus komprehensif, mulai dari cerdas spiritual, emosional, sosial, intelektual, kinestetik, dan lingkungan. Ada empat area penguatan pengarusutamaan gender yang harus perkuat, yakni ekosistem sekolah, pembelajaran bermakna, guru sebagai panutan, serta lingkungan keluarga dan masyarakat.
Kesimpulannya, generasi cerdas berkarakter tidak hanya membutuhkan pendidikan formal dan nonformal dari PAUD sampai pendidikan tinggi, tetapi membutuhkan kehadiran perempuan yang cerdas, mandiri, berkemauan kuat, dan pengetahuan serta wawasan yang luas. "Kehadiran perempuan-perempuan yang berpendidikan tinggi akan menjadi tulang punggung bagi tumbuh suburnya generasi cerdas berkarakter yang dimulai dari pendidikan keluarga di rumah," tambahnya.
Dalam organisasi ataupun institusi, dominasi pria sebagai pemimpin masih menjadi mendominasi beberapa wilayah baik di kota-kota besar terlebih wilayah terpencil. Pada kenyataannya wanita memiliki potensi yang tidak kalah berkualitas dalam kepemimpinan, terlepas dari individu yang berperan sebagai pemimpin. Kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai seorang pemimpin memengaruhi perilaku tim agar dapat bekerja sama secara produktif untuk mencapai tujuan bersama. Pimpinan punya pengaruh besar terhadap keberhasilan organisasi atau institusi.
Semakin berkembangnya zaman, gender bukan merupakan faktor pembeda yang dominan. Hal ini sejalan dengan gerakan emansipasi dan gerakan kesetaraan gender yang menuntut hak wanita dalam berbagai bidang kehidupan. Melalui kesetaraan dalam pendidikan dan meniti karier, perempuan juga memiliki kesempatan untuk menduduki posisi tertinggi di perusahaan dan pemerintahan.
Founder & CEO LSPR Prita Kemal Gani membagi pengalamannya dalam merintis LSPR hingga sekarang. "Dalam memimpin LSPR, saya melakukannya seperti memimpin di dalam rumah. Oleh karena itu, suasana yang dihadirkan seperti keluarga. Di LSPR, di tengah dinamika dan kendala, pendekatan yang kami utamakan yakni persuasif dan kekeluargaan. Selain itu, ada prinsip entrepreneurialship yang kami usung dalam membangun LSPR. Entreprenerialship inilah yang harus kami terus tularkan," ujar Prita.
Untuk menciptakan pemimpin perempuan, menurut Prita, perempuan harus kuat lebih dulu. Ini dimulai dari kemampuan mengurus diri sendiri, keluarganya, selanjutnya ditempa menjadi pemimpin. Umumnya, pemimpin perempuan yang berhasil adalah mereka yang berhasil dalam rumah tangganya.
Rektor Universitas Gunadarma Margianti menambahkan sebagai pemimpin perempuan, ada berbagai prinsip pengembangan yang ia kedepankan di Gunadarma. "Pertama, kami semua tumbuh bersama (we all grow together). Hingga kini tidak ada karyawan yang kami pecat. Kedua, saling win win, saling asah, saling asuh. Ketiga, damage control. Keempat, trouble conviyer," paparnya.
Pada kesempatan yang sama, Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR (LSPR Institute) juga meluncurkan LSPR Centre for Leadership yang bertujuan mengambil bagian dalam mengembangkan kapasitas kepemimpinan mahasiswa. Perguruan tinggi menjadi jembatan penting untuk meningkatkan kapasitas mahasiswa dan mempersiapkan mereka untuk terjun ke dunia profesional. Kepemimpinan merupakan salah satu kemampuan tersingkat yang harus dimiliki siswa agar dapat berkembang, mulai dari karir hingga bagaimana siswa berkontribusi dalam masyarakat.
LSPR Centre for Leadership siap berperan dan berkontribusi aktif melalui berbagai program acara di antaranya LSCL Leadership Forum/Symposium (Seminar/Webinars); LSCL Training and Development (Workshop & Mini Class); LSCL Global Leadership Conference; LSCL Leadership Podcast; LSCL Student Global Leadership Program (SGLP); LSCL Leadership Roundtables; LSCL Courses for Students, Alumni, Lecturers, Staff and Organizations. "LSPR Centre for Leadership (LSCL) diharapkan dapat menjadi wadah bukan hanya untuk civitas akademika LSPR tetapu juga untuk organisasi dan masyarakat dalam dunia pendidikan untuk pengembangan kemampuan kepemimpinan agar bermanfaat bagi sesama," ungkap Prita.
Rektor Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR Andre Ikhsano menyampaikan peran pemimpin dalam pendidikan yaitu menentukan arah dan strategi, menjadi pusat koordinasi, sumber motivasi, dan dapat ditiru oleh seluruh rekan kerja dalam suatu organisasi. LSPR Centre for Leadership diharapkan menjadi wadah untuk meningkatkan kompetensi, kapasitas, dan kapabilitas di bidang leadership.
Chairman LSPR Centre for Leadership Taufan Teguh Akbari juga turut menyampaikan dukungan dan rasa bahagia terhadap peluncuran LSCL. "Di masa seperti ini kita harus bisa saling bergandengan tangan, bersinergi, belajar dan berkolaborasi untuk menghadapi seluruh tantangan yang ada di depan agar tidak dihadapi sendirian. Saya dengan berbahagia mengucapkan selamat atas lahirnya LSPR Centre for Leadership yang akan berguna bagi seluruh civitas LSPR Jakarta, baik dosen, manajemen, staf, karyawan, maupun seluruh mahasiswa," tutupnya. (RO/OL-14)
Meski menghadapi tantangan global yang sama, ASEAN memiliki keunggulan kompetitif, khususnya dari sisi demografi dan arus perdagangan.
ADA kata-kata bijak, ‘pemimpin itu juga guru’. Maknanya, pemimpin semestinya juga berjiwa pendidik karena ucapan, sikap, dan perilakunya harus bisa menjadi contoh.
Acara ini dimaknai sebagai capaian tonggak kepemimpinan dan praktisi muda yang telah menyelesaikan serangkaian pembelajaran intensif selama hampir 6 bulan.
Pemimpin yang sukses di era digital bukan hanya mereka yang menguasai teknologi, tetapi juga yang mampu membentuk budaya kerja yang agile dan kolaboratif.
LAN merilis Indonesia Leadership Outlook 2025 yang mengulas tantangan para pemimpin tahun ini. 3 tantangan utama adalah integritas dan korupsi, teknologi dan transformasi digital
Ada tiga nilai utama yang bisa membuat pemimpin bisa bertahan menghadapi berbagai situasi. Ketiga nilai ini ialah fondasi dari setiap keputusan dan langkah para pemimpin masa depan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved