Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Bersabarlah dalam Menyerukan Kebaikan

Quraish Shihab
06/6/2016 08:10
Bersabarlah dalam Menyerukan Kebaikan
(MI/Seno)

TAFSIR Al-Mishbah kali ini menjelaskan makna dari surat Asy-Syu'ara ayat 10-28. Surah itu secara garis besar menjelaskan banyak nabi yang diceritakan kisahnya kepada Nabi Muhammad SAW. Setiap nabi itu selalu mendapat tantangan berbeda dari masyarakatnya.

Salah satu tujuan uraian pada surat Alquran tentang nabi-nabi itu, agar Nabi Muhammad SAW dan penganjur-penganjur kebaikan sesudah beliau sadar bahwa kebaikan hendaknya disampaikan, tapi hendaknya pula disadari bahwa itu tidak mudah dan diperlukan kesabaran.

Nabi yang diuraikan dalam surat itu ialah Musa AS. Ayat 10 dan 11 menjelaskan bahwa Allah berseru kepada Musa, "Datangilah kaum yang zalim itu." Kaum yang dimaksud ialah kaum Firaun yang tidak bertakwa. Kita lihat sekarang ada istilah menjemput bola.

Nabi penganjur kebaikan jangan menanti, tapi jemput, kunjungi, dan datang kepada mereka. Adil sama dengan menempatkan sesuatu pada tempatnya, sedangkan zalim kebalikannya.

Puncak kezaliman ialah menyatakan bahwa ada penguasa yang menguasai alam raya ini selain Allah. Kemusyrikan merupakan puncak kezaliman.

Ayat 12-14 menjelaskan tentang ketakutan Musa mengajak mereka bertakwa. "Ya Tuhanku, sungguh, aku takut mereka akan mendustakanku, sehingga dadaku terasa sempit, dan lidahku tidak lancar." Lalu Musa meminta Allah SWT mengutus Harun untuk menemaninya karena Musa takut kaum itu membunuhnya.

Ada kecemasan dalam diri Musa yang membuatnya ragu mendatangi kaum Firaun. Namun dalam ayat 15-17, Allah meyakinkan Musa bahwa ia tidak sendiri.

Allah meyakinkan Musa bahwa kaum itu tidak bisa menggangu Musa. Bawalah bukti ayat-ayat kami dan Allah selalu mendengar apa yang akan dikatakan Musa dan kaum itu.

Ayat 18 dan 19 menjelaskan jawaban Firaun kepada Musa. "Bukankah Kami telah mengasuhmu, pernah mendidik kamu sejak kecil, dan kamu telah hidup bersama kami di istana kami. Dan kau Musa telah melakukan kesalahan dan engkau termasuk orang yang tak tahu balas budi."

Tanpa sengaja, Musa pernah mendorong orang sehingga orang itu terjatuh dan mati. Bagi Firaun, orang yang berdosa tidak mungkin kamu jadi utusan Allah. Tidak pantas seseorang yang pernah membunuh menjadi rasul.

Ayat 20-22 menjelaskan perkataan Musa pada Firaun bahwa benar Musa pernah berbuat buruk. Ketika itu, Musa masih termasuk orang yang khilaf. "Lalu aku lari darimu karena aku takut kepadamu. Kemudian Tuhanku menganugerahkan ilmu kepadaku serta menjadikanku salah seorang rasul." Dan Musa meminta Firaun melepaskan Bani Israil yang diperbudaknya.

Ayat 23 menjelaskan pertanyaan Firaun kepada Musa yang mempertanyakan siapa memangnya Tuhan seluruh alam itu. Musa tidak menjelaskan hakikat dan zat tuhan, tetapi menjelaskan sifat yang dimiliki Allah.

Dalam ayat 24 dan 25, Musa mengatakan, "Dia (Tuhanmu) ialah yang memiliki, menguasai, dan memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya." Dan kalau kamu mau percaya, niscaya kamu bisa percaya. Namun Firaun justru menghina Musa.

Musa tetap melanjutkan penjelasannya dalam ayat 26, "Dia itu Tuhan pemelihara kamu dan pemelihara orang-orang tua kamu yang terdahulu." Namun, kembali Firaun menjawab dan menghina Musa dalam ayat 27, "Sungguh Rasulmu yang diutus kepada kamu benar-benar orang gila."

Diterangkan kembali oleh Musa yang ada pada ayat 28 bahwa Allah itu ialah Tuhan yang menguasai arah timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya, kalau kamu memang mempunyai akal dan mau menggunakannya, kamu akan percaya.

Sebenarnya seorang pemimpin untuk dipercaya oleh masyarakat bukan ditentukan oleh ucapan, melainkan perbuatan.
Alangkah banyaknya orang yang berucap baik, tapi perbuatannya tidak menunjukkan bahwa dia itu baik. (H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya