Kamis 07 April 2022, 07:10 WIB

Mengembangkan Teknologi Pemetaan Padang Lamun

Pramaditya Wicaksono | Humaniora
Mengembangkan Teknologi Pemetaan Padang Lamun

Dok. Pribadi
Kenampakan ekosistem padang lamun dari foto udara.

 

BERBICARA kampanye peduli lingkungan dan penyelamatan wilayah pesisir, sebagian besar masyarakat pasti akrab dengan hutan bakau (mangrove) atau terumbu karang. Padahal, di antara kedua ekosistem laut itu terdapat satu lagi ekosistem superpenting, yaitu tumbuhan lamun (seagrass).

Padang lamun ialah salah satu ekosistem karbon biru (blue carbon) di wilayah pesisir yang didominasi vegetasi lamun (angiosperm). Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati padang lamun dunia dan memiliki 5%-10% luas padang lamun dunia.

Meski jarang disinggung, ekosistem padang lamun sangat berperan menjaga kelangsungan hidup biota laut, membuat air laut jernih, dan menjadi stabilisator sedimen perairan. Tumbuhan air berbunga itu juga melindungi bumi karena mampu mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan dan mitigasi perubahan iklim.

Tulisan ini dibuat berdasarkan penelitian saya terkait dengan padang lamun yang saya tekuni sejak 2010 hingga kini dan akan terus berlanjut karena roadmap risetnya masih panjang. Terbaru, kami sedang mengembangkan tools pengolahan citra digital pengindraan jauh untuk kebutuhan pemetaan stok karbon atas permukaan dan sekuestrasi karbon ekosistem padang lamun secara otomatis.

Banyak pihak yang pernah saya libatkan, dari dosen, peneliti, hingga mahasiswa. Institusi dalam negeri di antaranya Pusat Penelitian Oseanografi LIPI (sekarang menjadi Pusat Riset Oseanografi BRIN), Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Informasi Geospasial, Universitas Hasanuddin, dan Lapan (sekarang menjadi Pusat Riset Antariksa BRIN). Lembaga luar negeri di antaranya The University of Queensland, Wageningen University and Research, dan TH Koeln (Cologne University of Applied Sciences).

 Dok. Pribadi

Padang lamun Thalassia hemprichii

 

 

Si tumbuhan super

Nilai ekonomi jasa ekosistem padang lamun jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ekosistem karbon biru lain, seperti hutan mangrove dan terumbu karang. Valuasi ekosistem padang lamun mencapai US$19.004 per hektare per tahun, sedangkan hutan mangrove sebesar US$9.990 per hektare per tahun dan terumbu karang US$6.075 per hektare per tahun.

Gambaran lainnya, meskipun luasnya kurang dari 1% dari lautan bumi, padang lamun mampu menyimpan sekitar 18% total karbon di laut. Kemampuannya dalam menyerap karbon dan menguburnya dalam sedimen mencapai lebih dari 10 kali lipat lebih tinggi daripada hutan hujan tropis, yang selama ini dikenal sebagai ekosistem penyerap karbon yang tinggi. Fakta tersebut menempatkan padang lamun sebagai ekosistem carbon sink yang paling efektif dan efisien di bumi.

Padang lamun saat ini telah ditentukan sebagai salah satu nature-based solutions yang sangat efektif dan efisien dalam proses mitigasi dan adaptasi perubahan iklim oleh PBB/UNEP (United Nations Environment Programme).

Meskipun demikian, padang lamun berikut fungsi pentingnya masih jarang dikenal orang dan kalah populer dari ekosistem terumbu karang dan hutan mangrove. Karenanya, sangat penting untuk mempromosikan ekosistem super itu.

 

 

Pengelolaan belum optimal

Sayangnya, karena minimnya pengetahuan dan popularitas, pengelolaan ekosistem padang lamun hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia, belum optimal. Adanya charisma gaps terkait dengan pentingnya jasa ekosistem padang lamun menyebabkan ekosistem itu belum terkelola secara khusus.

Padahal, saat ini 30% padang lamun di dunia telah hilang. Luas padang lamun di dunia berkurang hampir 1 hektare setiap 30 menit atau 2%-5% per tahun. Jika dibandingkan dengan usaha pemulihan terumbu karang dan hutan mangrove, intensitas aktivitas rehabilitasi padang lamun pun jauh lebih sedikit.

Estimasi luas padang lamun di Indonesia saat ini yang divalidasi Pusat Riset Oseanografi-BRIN (PRO-BRIN) dan dipublikasikan dalam buku Status Padang Lamun Indonesia baru 293.464 hektare atau sekitar 16%-35% dari potensi sesungguhnya. Program pemetaan padang lamun bahkan belum masuk secara khusus dalam Perpres Nomor 23 Tahun 2021.

Mengingat luasnya ekosistem karbon biru di Indonesia, apabila segala informasi terkait bisa diperoleh dan Indonesia berhasil memasukkan kontribusi ekosistem karbon biru ke dokumen Nationally Determined Contributions (NDCs), peran Indonesia dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim akan semakin signifikan.

Untuk dapat mengoptimalkan peran ekosistem padang lamun perlu dikelola secara berkelanjutan. Upaya utama dan pertama ialah dengan memetakan distribusi spasial dan temporalnya, beserta informasi biofisiknya, dari variasi spesies, persentase tutupan, biomassa, cadangan karbon, dan laju serapan karbonnya. Ketersediaan informasi sangat penting untuk melihat dinamika pada ekosistem padang lamun.

Dengan segala tantangan dalam perolehan informasi padang lamun tersebut, pengindraan jauh merupakan teknologi paling optimal untuk distribusi spasial dan temporal padang lamun. Karenanya, kami terus mengembangkan metode pengolahan data pengindraan jauh untuk memetakan padang lamun secara akurat, efektif, dan efisien.

 

 

Pengindraan jauh sebagai solusi

 PRO-BRIN sebagai wali data padang lamun nasional memanfaatkan data pengindraan jauh dalam memvalidasi luas padang lamun Indonesia hingga 2018. Sesuai dengan rekomendasi aksi dari PBB (UNEP), pengindraan jauh menjadi pendekatan utama dalam melengkapi data set global distribusi spasial padang lamun yang masih belum lengkap dan memetakan jasa ekosistem padang lamun yang saat ini masih sangat terbatas.

Pengindraan jauh merupakan teknologi paling optimal untuk distribusi spasial dan temporal padang lamun. Karenanya, kami terus mengembangkan metode pengolahan data pengindraan jauh untuk memetakan padang lamun secara akurat, efektif, dan efisien.

Sejak 2013, saya bersama Coastal Biodiversity Remote Sensing Research Group, grup riset di bawah Laboratorium Pengindraan Jauh, Departemen Sains Informasi Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, terus mengembangkan berbagai metode pengindraan jauh untuk memetakan berbagai macam parameter ekosistem karbon biru, termasuk padang lamun dan hutan mangrove. (*/Hym/X-6)

Baca Juga

ANTARA FOTO/Febri Angga Palguna

Menghijaukan Kabupaten Manggarai dengan Tanaman Bambu Berkelanjutan

👤Siswantini Suryandari 🕔Rabu 31 Mei 2023, 18:01 WIB
Dari 162 jenis keragaman bambu yang tersebar di seluruh dunia, 12% di antaranya ada di Indonesia....
Ist

Hasil Seleksi, Sebanyak 70 Orang Terima Beasiswa OSC S2

👤Media Indonesia 🕔Rabu 31 Mei 2023, 17:29 WIB
Sebanyak 70 orang penerima dari 80 beasiswa S2 yang disediakan di tahun ini mengatakan sebanyak 70 orang penerima dari 80 beasiswa S2 yang...
Biotis Pharmaceuticals Indonesia

Biotis Pharmaceuticals Indonesia Meluncurkan Program Vaksinasi Massal Inavac

👤Gana Buana 🕔Rabu 31 Mei 2023, 17:04 WIB
PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia meluncurkan Program Vaksinasi Massal Inavac di Gunung Sindur, Bogor, Rabu...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya