Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
KEMENTERIAN Kesehatan terus mengkampanyekan aksi bersama mencegah stunting dan obesitas. Kedua hal itu memang masih menjadi permasalahan dunia dan penting bagi seluruh keluarga Indonesia untuk memahaminya serta menerapkan pola makan teratur dan sehat dengan gizi seimbang. Untuk itu PT Ajinomoto Indonesia (Ajinomoto) turut berperan dalam menyebarluaskan edukasi pencegahan obesitas dengan bekerjasama bersama Pergizi Pangan Indonesia menggelar acara webinar bertajuk 'Benarkah Umami Menyebabkan Obesitas?'
Dalam acara yang diselenggarakan pada 2 Februari lalu dan dihadiri 430 peserta dari seluruh indonesia itu turut hadir juga Ketua Pergizi Pangan Indonesia, Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS. “Siapa saja beresiko mengalami obesitas, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Pada prinsipnya, ada banyak factor pemicu obesitas, ada pemicu dari potensi genetik, potensi gangguan metabolisme, atau juga ketidakseimbangan hormonal. Nah dalam webinar kali ini, yang mau saya highlight masih banyak juga anggapan bahwa bumbu umami seperti MSG dapat menyebabkan obesitas,” ungkap Prof. Hardin.
Baca juga: Anak Perlu Makanan Beragam Demi Tercukupi Kebutuhan Gizi
“Ada banyak jurnal penelitian seperti di Tiongkok dan Vietnam yang dapat membuktikan bahwa penggunaan MSG tidak menyebabkan overweight atau obesitas. Semua penelitian itu dimulai dari menggunakan sampel hewan hingga yang terbaru adalah pada manusia, di mulai dari 2008 hingga 2013,” lanjutnya.
Pada kesempatan sama Guru Besar Bidang Keamanan Pangan dan Gizi di Fakultas Ekologi Manusia IPB, Prof Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS menyampaikan bahwa MSG atau bumbu umami juga memiliki manfaat seperti dapat mengontrol nafsu makan, meningkatkan pencernaan makanan berprotein, serta mampu meningkatkan produksi saliva (air liur) yang berperan membantu proses pencernaan senyawa kompleks di mulut, sehingga pada saat sudah di lambung pun kemudian mudah diserap tubuh.
“Untuk mencegah penyakit degeneratif, seperti diabetes, obesitas, jantung, dan hipertensi, guna mewujudkan hidup sehat, penting untuk diperhatikan anjuran dari Kementerian Kesehatan RI tentang pembatasan asupan gula, garam, lemak (GGL),” ungkap Prof Ahmad.
“Sebenarnya jika kita ingin makanan yang kita konsumsi memiliki cita rasa yang tinggi, namun juga ingin diet rendah garam, dengan menggunakan bumbu umami seperti MSG bisa dijadikan solusi. Banyak penelitian di luar negeri seperti di Jepang, menunjukkan bahwa penggunaan MSG bisa menjadi strategi diet rendah garam. Sebab, kandungan natrium dalam MSG hanya 1/3 dari kandungan natrium pada garam dapur biasa,” lanjutnya.
Menyadari pentingnya diet garam bagi kesehatan, Ajinomoto memperkenalkan kampanye Bijak Garam. “Saat ini kami memiliki kampanye Bijak Garam yang mengedukasi masyarakat tentang pentingnya diet rendah garam dan mengajak keluarga Indonesia untuk hidup lebih sehat dengan mengurangi asupan atau penggunaan garam dalam memasak. Salah satu faktor kendala sulitnya mengurangi garam dalam masakan adalah membuat rasanya tetap lezat dan tidak hambar. Kampanye ini bisa menjadi solusi cermat dalam mengurangi penggunaan garam dalam setiap masakan dengan mempertahankan cita rasa yang tetap seimbang. Pengurangan asupan garam atau diet rendah garam dapat diganti dengan penggunaan garam dengan bumbu umami seperti MSG," ujar Head of Public Relation Department Ajinomoto, Grant Senjaya. (RO/A-1)
Kegiatan dikemas dalam format talkshow, workshop, dan nonton bareng, dengan melibatkan para ibu rumah tangga sebagai peserta aktif.
Kebiasaan makan bergizi seimbang beragam dan aman pada anak bukan semata tentang apa yang disajikan, namun juga penanaman nilai gizi secara konsisten dalam keluarga.
Ajang Peduli Gizi 2025 kembali digelar sebagai bentuk apresiasi terhadap individu, institusi, dan pelaku industri yang dinilai telah memberikan kontribusi nyata.
Konsekuensi dari konsumsi susu berlebihan adalah anak akan merasa kenyang dan kehilangan selera untuk mengonsumsi makanan lain. Akibatnya, asupan gizi menjadi tidak seimbang.
Pemenuhan gizi yang cukup dan seimbang tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik anak, tetapi juga sangat menentukan perkembangan kognitif, motorik, hingga sosial emosionalnya.
ICW menyebut program Makan Bergizi Gratis (MBG) hanya menjadi program untuk menghamburkan uang negara. MBG tidak memenuhi standar gizi dan justru berpotensi menjadi pemborosan anggaran.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved