Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
ZAHRA Aisha Dana, yang dikenal dengan nick name DG ChriimusAF di dunia esport, merupakan salah atlet atau profesional player (proplayer) yang membuktikan potensi perempuan di ranah olahraga modern itu.
Rara, demikian sapaannya, memilih untuk menggeluti gim Call of Duty: Mobile (CODM). Bersama tim ladies-nya, dia berhasil menoreh berbagai prestasi, salah satunya meraih juara 1 Official Tournament Queen Series Season 3 dan menjadi Favorite Female Proplayer Call Of Duty Mobile Award 2021.
Pada awal tahun ini, selain tetap aktif sebagai atlet, mahasiswi semester lima program studi public relation ini disibukkan dengan kuliahnya sembari bekerja.
Kepada Muda, Rara berbagi cerita tentang pengalamannya sebagai proplayer, prospek esports, sampai caranya membagi waktu. Yuk, simak kutipan wawancara yang dilakukan via daring, Sabtu (15/1).
Bagaimana awalnya tertarik dengan dunia gim?
Aku pertama kali bermain gim dari SD sama kakak. Waktu SD aku main gim PC seperti DOTA. Pas SMA, aku mulai main PUBG PC lalu PUBG mobile.
Pertama-tama aku main gim PUBG mobile, abis itu aku merasa kayak feel-nya kurang kalau cuma main PUBG doang. Terus waktu itu pas CODM launch juga aku tertarik buat coba.
Lalu mulai masuk ke dunia esport?
Mulai terjun di dunia esport ini pada saat aku di season dua CODM. Lalu sampai akhirnya di season dua coba kompetitif dan tertarik karena ladies player-nya itu jago-jago, terus mereka juga saling kenal satu sama lain. Jadi, menurut aku saat itu ada kesempatan buat aku dan peluangnya besar.
Aku juga pernah bergabung di tim cowok yang ternyata mereka juga baik. Jadi, aku merasa mereka ternyata menggaet kita. Lalu aku gabung ke tim cewek, BTR ATHENA tim pertama aku, lalu saat pindah ke DG Scarlet, aku merasa kompetitifnya makin naik dan aku pun menjadi tertantang.
Apa yang membuat kamu jatuh hati dengan dunia ini?
Aku suka dan menyadari kalau dunia gim ini tidak memberikan hal yang negatif seperti hanya menghabiskan waktu dan stereotip lainnya. Gim itu bisa menciptakan banyak prestasi dan juga koneksi. Aku juga melihat prospek di gim menjanjikan, bisa menjadi proplayer, youtuber, maupun streamer.
Bagaimana dukungan orangtua?
Pas aku SMA, aku masih turun di komunitas, belum turun sebagai proplayer. Jadi, aku masih bisa membagi waktu dengan baik sama belajar. Orangtua pada awalnya tidak mendukung, seperti stereotip orangtua pada umumnya tentang buat apa perempuan bermain gim dan sebagainya. Ternyata setelah aku membuktikan, orangtuaku melihat potensi aku ada di bidang ini dan mendukung sampai sekarang.
Saat ini kamu berkutat dengan gim CODM dibanding lainnya, kenapa?
CODM punya daya tarik sendiri, mereka punya Battle Royale (BR) dan Multiplayer (MP), sedangkan gim-gim lain itu genregenrenya satu aja. CODM ini menarik karena developernya dari Garena juga dipegang sama orang Indonesia, jadi aku merasa potensinya bagus. Awal-awal juga aku ngerasa launching-nya tunggu-tungguan gitu pas season 1, jadi kayaknya gimnya bakalan ramai. Potensi untuk gamers perempuan di CODM juga besar banget.
Bagaimana tantangan kamu sebagai perempuan proplayer CODM?
Tantangan pas awalnya banyak, ya. Sewaktu dulu masih baru, orang-orang mikir di gim ini akan ada potensi besar. Selain itu tim-tim esport besar juga ikut bergabung karena mereka mikir kalau CODM ini akan berpotensi besar menyaingi gim-gim lain di Indonesia. Dengan dua mode di gim ini, mungkin mereka mikir itu akan bisa menggaet banyak player.
Menurut aku, sebagai ladies pro player di CODM, scene CODM di Indo nesia juga banyak karena kayak turnamennya kita banyak banget dan official dari Garena juga mendukung. Ini yang membuat kita betah di gim ini.
Kenapa kamu akhirnya memutuskan bergabung ke tim ladies?
Aku mikirnya kalau di tim cowok biasanya cowok lawannya cowok juga, sedangkan untuk ladies juga ada scene ladies-nya. Jadi aku pikirnya masuk ke tim cewek juga untuk mencari new journey. Selain itu, pastinya karena sesama cewek akan mudah mengerti. Peluang yang cewek dulunya bukan sebesar seperti saat ini di CODM, turnamennya dulu masih kecil, jadi aku mikirnya ini kayaknya akan memiliki peluang yang bagus untuk gabung di tim cewek.
Sudah pernah bergabung di tim mana saja?
Pertama kali aku di tim cowok. Setelah itu aku pindah ke tim cewek, BTR ATHENA. Di situ aku masih cadangan karena kemampuan aku masih biasa saja. Lalu ada satu orang di tim yang bilang ke teman aku kalau kayaknya aku enggak cocok di gim ini karena enggak bisa apa-apa. Aku sakit hati dan mulai belajar mati-matian buat tingkatkan kemampuan. Itu benar-benar menjadi motivasi buat aku, dan berkat dia, aku menjadi seperti sekarang.
Di saat itu, aku dulu double team dengan VOIN SAKURA. Orang-orangnya lebih percaya sama aku. Setelah itu, aku pindah ke DG Scarlet. Aaku mulai dipercaya dan dikasih kesempatan untuk menjadi In Game Leader (IGL).
Lalu, aku pindah ke Blossom dan sempat meraih juara 3 di turnamen internasional Queen Series Season 2. Di Blossom aku juga menjadi IGL. Lalu aku ke Kayze Avere Fede, itu aku main Princess Series. Setelah itu, kebetulan aku kenal anak DG Scarlet, jadi aku tarik Kayze Avere Fede ini ke Dunia Games (DG) Avere Fede.
Bagaimana perjalanan kamu meraih prestasi sebagai proplayer?
Alhamdulillah setiap di event CODM dari awal sampai akhir aku selalu ikut dan dikasih kesempatan. Pas series di season satu aku belum terjun, jadi pas di season dua sampai selesai aku ikut. Aku ikut Indonesia Gamers Championship (IGC) Telkomsel, tapi waktu itu belum menang, masih jadi juara empat, lalu aku belajar lagi sama temanteman.
Terus aku ikut Queen series season pertama, aku gabung sama DG Scarlett. IGC juga sama DG Scarlet. Terus aku pindah ke Blossom, nah dari Blossom aku melihat potensi juga disini karena ini gabungan dari beberapa player juga dan aku melihat temantemannya juga baik dan asik. Terus aku ikut Queen series season dua dan tiga sama turnamen-turnamen kecil. Nah, dari turnamen-turnamen kecil, unofficial aku menangnya banyak dan mendapatkan sampai 40 sertifikat.
Setelah itu, aku join di DG Avere Fede, aku ditarik. Di sini aku menjadi IGL juga, terus aku menang di Queen Series 3, juara pertama. Princess Series season 2, juara kedua. Terus Princess series 3, juara pertama.
Apa sih tugas IGL?
Di DG Avere Fede ini biasanya aku atur jadwalnya stream dari Senin sampai Jumat, terus aku juga biasanya gambar sketsa mappingnya. Setiap di CODM itu map-map yang kita mainkan ada banyak. Jadi, biasanya aku bikin sketsa mappingnya gimana, misalnya aku mau menentukan skemanya ke mana, bagaimana aku menentukan per orang itu aku gambar satu-satu misalkan posisi teman aku di sini, latihannya seperti apa, senjatanya apa yang harus dia pakai, taktikalnya harus bagaimana, dan sebagainya.
Tentu aku tetap koordinasi sama teman-teman aku seperti kalian cocok enggak di sini, apa mau diubah, atau gimana. Aku juga atur evaluasi. Jadi, setiap selesai stream itu akan ada evaluasi, misalnya nyari kesalahan dan kelebihan kita apa. Selain itu, juga lawan-lawan kuat kita apa saja. Kalau dalam salah satu mapnya itu kalah, kita bahkan bisa ulang lagi sampai tujuh kali.
Bagaimana menurut kamu potensi proplayer perempuan di dunia esport Indonesia?
Bagus untuk sekarang karena enggak kayak dulu pas stereotip yang orang-orang anggap cewek enggak bisa main gim dan cewek kayak beban enggak bisa main. Sekarang cowok-cowoknya lebih open minded juga terhadap para cewek-cewek di bidang ini. Pemerintah pun juga sudah membuka esport khusus ladies. Banyak juga turnamen-turnamen untuk cewek juga di Indonesia bahkan juga luar negeri. Jadi, menurut aku sekarang sudah lebih baik dan tertata.
Untuk pendapatan di bidang esport ini bagaimana?
Menurut aku, dari ceweknya sendiri enggak sebesar cowok, makanya aku berharap juga dari pemerintah juga adil sama yang cewek-cewek. Dari CODM major series di Indonesia itu Rp250 juta untuk prize full cowoknya, sedangkan yang cewek prize full hanya Rp10 juta. Jadi jauh banget, aku berharap yang cewek juga bisa seperti itu.
Kalau sumber pendapatannya pastinya juga banyak, bisa dari streamer, apalagi kalau youtuber juga, dia live dan dapat endorsement dan kontrak juga.
Selain proplayer apakah kamu juga akan berencana untuk menjadi youtuber dan streamer?
Ada rencana juga, aku juga udah ngomong ke beberapa tempat. Orangorang juga ngomong kalau Rara cocok jadi streamer, youtuber, dan lain sebagainya. Selain menambah relasi, ini juga bisa lebih tahu sosial media management, juga bisa influence orangorang, aku suka yang seperti itu.
Kamu juga tertarik mengambil program studi public relation?
Aku memang suka untuk berkomunikasi dengan banyak orang apalagi bisa menjadi influence untuk banyak orang. Semua hal terkait ini menurut aku cocok banget sama aku. Saat ini pun, aku juga udah kerja di bidang terkait public relation ini sebagai key opinion leader.
Bagaimana kamu membagi waktu antara bekerja, berkuliah, dan latihan tim?
Menurut aku kita harus ada prioritasnya, kalau aku sendiri, aku percaya dengan empat skala. Empat skala ini mulai dari yang penting banget, lumayan penting, gak penting tapi kita bisa lakukan, sama gak terlalu penting. Skala ini berdasarkan pada yang harus banget kita lakukan dan mendadak seperti deadline, meeting, dan sebagainya.
Sejauh ini Alhamdulillah semuanya berjalan baik dari pekerjaan aku, perkuliahan dan esport juga. Aku orangnya perfeksionis, jadi bagaimana caranya aku harus bisa handle semuanya dengan baik.
Apa rencana kamu selesai kuliah?
Aku mikirnya dengan bekerja saat ini, sambil kuliah, dan juga sebagai pro player, aku mampu mengerjakannya dengan baik. Jadi, ke depannya, aku akan mengambil S2 sambil kerja full time juga. Rencananya mengambil double degree dan aku coba juga melakukan streamer. (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved