Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Keresahan akan isu lingkungan, khususnya sampah plastik, telah disuarakan banyak kalangan masyarakat. Keprihatinan itu juga dirasakan oleh anak-anak muda dari Universitas Negeri Semarang (Unnes). Tentu saja, mereka tak hanya berdiam diri tanpa mencari solusi.
Berangkat dari kejelian melihat kondisi lingkungan sekitar, terutama di daerah Jepara, Melissa Salma Darmawan bersama dua rekannya mencoba mencari solusi akan isu sampah plastik yang krusial ini.
Timnya menciptakan sedotan yang bisa dimakan atau yang dikenal dengan edible straw yang diolah dari kulit buah naga. Ide brilian ini pun mendapat pendanaan dari Kemendikbud Ristek di tahun ini lewat proyek Yummy Edible Straw di Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K).
Mahasiswa Berprestasi FMIPA Unnes ini memang aktif berkegiatan, seperti menjadi moderator, narasumber, bahkan juri di beberapa acara. Perempuan berusia 21 tahun ini juga sudah memiliki hak cipta atas karya-karyanya.
Kepada Muda, Melissa menjelaskan bagaimana cerita di balik pembuatan edible straw, kejeliannya melihat isu dari lingkungan sekitar, hingga berbagi kiat-kiat melahirkan ide out of the box. Yuk, simak potongan obrolan muda bersama Melissa via daring, Senin (3/1).
Dari berbagai kompetisi yang sudah kamu ikuti, bidang apa yang mendominasi?
Lomba yang aku ikuti lebih ke arah esai dan karya tulis ilmiah (KTI). Yang lainnya, mungkin ke arah penghargaan, misalnya ikut pemakalah di seminar atau publikasi jurnal. Selain itu, juga menerbitkan hak cipta dari karya aku.
Kamu ikut kompetisi PKM terkait kulit buah naga yang diubah menjadi edible straw, bisa diceritakan?
PKM ini awalnya dimulai dari membuat proposal awal. Nah, jadi kita lihat potensi hal yang ada di sekitar kita. Nah, salah satunya adalah limbah sampah plastik yang ternyata masih banyak dan itu menjadi masalah yang luar biasa di Indonesia. Karena Indonesia masuk ke negara penyumbang sampah plastik yang terbesar kedua, setelah China, di dunia.
Dari situ mulailah kira-kira solusi inovatif apa yang bisa kita menyelesaikan masalah itu. Kemudian dibuatlah edible straw, sedotan yang bisa dimakan, dari kulit buah naga. Jadi, selain kita bisa menyelesaikan masalah sampah plastik, kita juga bisa menyelesaikan masalah kulit buah naga yang seringkali tidak dimanfaatkan dengan baik. Kurang lebih satu bulan sekaligus menyusun proposalnya dan dilanjutkan ke tahapan-tahapan berikutnya.
Awal 2021 membuat proposal, lalu di bulan April lolos pendanaan. Setelah membuat proposal terlebih dahulu lalu lulus di tingkat universitas, masuk ke dikti kemudian dari dikti ada pengumuman pendanaan.
Setelah itu, diberikan waktu empat bulan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas dana yang diberi. Karena kami PKM kewirausahaan (PKM-K), kami jualan produk ini kemudian proses produksi.
Selama proses pendanaan ini juga ada monev internal dari universitas dan monev eksternal dari dikti juga. Ada penilaian kemajuan juga. Kami juga dituntut untuk output-output lainnya seperti laporan dan lainnya. Setelah empat bulan, ada pengumuman Pimnas yang menjadi puncak dari PKM. Alhamdulillah tim kami lulus di Pimnas, kemudian mempersiapkan Pimnas dengan output-output Pimnas seperti laporan akhir, lalu presentasi juga.
Dari mana ide mengolah sampah kulit buah naga?
Dilihat dari lingkungan sekitar. Seperti sampah plastik, kita lihat masih banyak orang yang menggunakan plastik dan membuangnya sembarangan. Sama halnya dengan kulit buah naga, misalnya, kami beli jus itu banyak sekali kulit buah naga yang terbuang sia-sia.
Nah, dari lingkungan sekitar tersebut, kami melakukan riset seperti kulit buah naga ini apakah bisa dibuat dengan olahan yang lain atau tidak. Ternyata kulit buah naga ini banyak sekali manfaatnya, kandungannya. Dari segi warnanya pun juga bagus jika digunakan sebagai olahan.
Awalnya saya sebagai ketua di tim PKM lalu saya mencari anggota, ada Fitri Daeni dari Ilmu Lingkungan dan Tessa Surya Kurniawan dari Manajemen, kami mulai berdiskusi. Dari sini, mulai muncul ide-ide kolaborasi dari tim kami.
Kalau melihat permasalahan dari lingkungan datang dari diri saya sendiri dan ternyata teman-teman yang lain merasakan hal yang sama terkait sampah plastik dan sampah kulit buah naga. Kebetulan di PKM ini, kami mengambil studi kasusnya di Jepara, di daerah saya.
Di sana banyak sampah kulit buah naga yang masih belum dimanfaatkan dengan baik, terutama dari penjual jus. Nah, dari situ mulailah ide itu. Kemudian untuk produksi dan sebagainya juga dilakukan di Jepara.
Bagaimana proses pembuatan kulit buah naga menjadi sedotan ini?
Proses pembuatannya dimulai dari bahan-bahannya antara lain ada kulit buah naga yang kami ekstraksi. Lalu, kita campurkan bahan-bahan lain, misalnya ada tepung terigu, baking soda, dan sebagainya. Kemudian kita bentuk seperti bentuk sedotan melalui cetakan sedotannya. Selanjutnya, kita oven sekitar satu jam. Lalu, dibuka dari cetakannya. Bagian ini agak riskan karena terkadang edible straw ini bisa retak.
Tantangannya bagaimana?
Banyak. Kami belum pernah membuat edible straw seperti ini dan kami mengajukannya atas dasar riset. Nah, ternyata setelah didanai dan mengajukan bahan-bahannya seperti ini, saat kami implementasikan banyak sekali tantangannya. Produksinya tidak semudah yang kita kira seperti dari bahan-bahannya. Di situ ada evaluasi dan modifikasi bahan-bahan yang ada sehingga bisa menjadi edible straw yang saat ini.
Keunggulan produk edible straw ini apa saja?
Yang pertama, dipastikan semuanya food grade, dimulai dari kulit buah naga dan proses pembuatannya dipastikan higienis sehingga aman untuk dikonsumsi. Kedua, kulit buah naga ini juga dijadikan sebagai pewarna dari sedotan itu sendiri.
Kemudian, untuk harga mungkin lebih terjangkau jika dibanding dengan edible straw yang lainnya, walau jika dibandingkan dengan sedotan plastik, masih lebih murah sedotan plastik. Harga satu pouch edible straw yang kami berikan nama Yummy Edible Straw Rp40 ribu untuk 25 buah sedotan.
Sedotan ini bisa digunakan satu kali, tahan sekitar dua sampai empat jam di minuman yang bersuhu normal. Jadi, tidak bisa untuk minuman dingin dan panas.
Bagaimana penjualan edible straw ini?
Kami sudah menjual di berbagai platform ecommerce. Tujuan kami bukan hanya menjual, tetapi kami juga ingin mengedukasi masyarakat tentang sampah plastik di Indonesia dan mengajak untuk coba beralih ke sedotan yang lebih ramah lingkungan melalui media sosial. Dalam tiga bulan kami menjual lewat e-commerce dengan penjualan sekitar 240 pouch.
Selain PKM-K, kamu juga ikut serta dalam LKTI internasional, ya?
Iya, ini aku ikuti bersama tim aku di bulan Februari 2021. Jadi, itu salah satu event dari IYSA (Indonesian Young Scientist Association) dengan program ASEAN innovative Science Environmental and Entrepreneur Fair (AISEEF) di tingkat ASEAN. Di situ, aku mengajukan alat pengering ikan, Fish Drainage Device Automatically menggunakan internet of things.
Daerah Jepara itu identik dengan daerah pesisir. Banyak sekali di sekitar aku yang menjual ikan kemudian mengeringkan ikan. Jadi, aku berpikir untuk mencoba membuat alat pengering ikan berbasis teknologi. Nanti nelayannya bisa mengontrol pengeringan ikan lewat jarak jauh melalui handphone. Pada LKTI kami mendapatkan medali silver.
Tahun lalu, kamu juga mendapatkan kesempatan ikut dalam Credit Transfer to Kasetsart University, Thailand. Bagaimana pengalaman kamu mengikuti ini?
Luar biasa banyak sekali pengalaman yang aku dapatkan. Namun, karena credit transfer di tahun aku di masa covid-19 sehingga dilakukan secara online. Yang aku dapat banyak sekali, dimulai dengan bisa melatih public speaking aku di English, juga kemudian kenal relasi dari teman-teman dan dosen di Thailand. Ternyata ada pola pikir yang berbeda juga di Thailand dan Indonesia.
Seperti apa perbedaannya?
Memang sebelum kuliah, ada istilah yang namanya mungkin seperti ospek, kita dikenalkan dulu tentang budaya-budaya di Thailand dan lainnya. Ternyata untuk sopan santunnya luar biasa di Thailand karena kalau kita bertemu dengan orang yang lebih tua dari kita, kita harus nunduk banget dan sebagainya. Kalau di Thailand, dosennya free untuk jam malamnya juga, seperti sudah malam pun kita dan dosen masih bisa berkomunikasi dan berdiskusi.
Pernah aku microteaching karena basic aku pendidikan IPA. Posisinya aku mau ngajar dengan posisi jarak jauh, jadi di situ aku minta tolong ke salah satu teman di Thailand untuk misalnya print games yang akan diimplementasikan di pembelajarannya di situ, lalu aku juga diskusi materi pembelajaran IPA di Indonesia dan Thailand.
Kamu juga sudah memiliki hak cipta atas karya-karya kamu. Apa saja karya kamu yang sudah mendapat hak cipta?
Kalau hak cipta lumayan banyak mungkin ada 10 lebih. Misalnya salah satu video pembelajaran yang aku buat kemudian buku panduan dan sebagainya. Ini aku coba hak ciptakan dan, alhamdulillah, dari universitas pun mendukung dari hal dana dan sebagainya.
Selama dua tahun di masa pandemi, seperti apa kesibukan kamu?
Mengembangkan potensi diri dengan aku perbanyak iku lomba-lomba. Selain itu, aku juga ikut pelatihan dan pengembangan diri karena sewaktu pandemi dengan kuliah online membuat waktu lebih banyak jika dibanding biasanya. Potensi diri yang aku kembangkan lebih ke arah menulis. Jadi, aku suka mengikuti lomba-lomba ke arah esai dan KTI.
Seperti apa target kamu ke depannya?
Target jangka pendeknya, pengin lulus tepat waktu karena ini sudah semester tujuh juga. Kemudian, dilanjutkan kalau misalkan ada rezeki di beasiswa lanjut ke S-2. Mau S-2 di mana, belum riset lagi, tetapi pastinya ke arah pendidikan karena aku memang suka mengajar. Kalau cita-citanya, aku ingin menjadi dosen karena dosen bukan hanya mengajar, tapi juga meneliti dan mengabdi. (M-2)
_______________________________________________________________________________
BIODATA •
MELISSA SALMA DARMAWAN
Tempat tanggal lahir Bekasi, 1 Agustus 2000
Riwayat karier
1. Asisten Laboratorium IPA dasar 2019
2. Sekretaris Himpunan Mahasiswa IPA terpadu 2019-2020
3. Ketua Departemen MIPA English Club 2019-2021
4. Penerima Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik, Kemristekdikti 2019/2020
5. Penerima Djarum Beasiswa Plus, Djarum Foundation 2020/2021
Riwayat pendidikan
1. Jurusan IPA, SMA Negeri 1 Jepara 2015-2018
2. Pendidikan IPA, FMIPA, Universitas Negeri Semarang 2018 - sekarang
Prestasi
1. Credit Transfer to Kasetsart University, Thailand, 2020
2. Silver Medal on ASEAN Innovative Science Environmental and Entrepreneur Fair (AISEEF) IYSA (Indonesian Young Scientist Association) 2021
3. Juara 1 Mahasiswa Berprestasi FMIPA Unnes FMIPA Unnes 2021
4. Harapan 1 Mahasiswa Berprestasi Unnes 2021
5. Penyaji Terbaik (Best Presentation) LKTI Mahasiswa Berprestasi Unnes 2021
6. Penerima dana hibah dan Finalis PIMNAS Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)-Bidang Kewirausahaan Direktorat Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat (DITLITABMAS) Ditjen Dikti 2021
7. Juara 1 Inovasi Kategori Mahasiswa (Unnes Innovation Award) LPPM Unnes 2021
8. Juara 1 MIPA LPTK Bidang Kewirausahaan Nasional SSC FMIPA Unnes 2020
9. Juara 3 Lomba Esai Mahasiswa Nasional, Hima Kimia Unnes 2020
10. Juara 2 Lomba Esai Nasional HAORNAS BEM FIK Unnes 2020
11. Juara 3 Lomba Legislative Esai Nasional (LEN) DPM FMIPA Unnes 2020
12. Juara 2 Kompetisi Esai Nasional Hima IPA Terpadu Unnes 2020
13. Harapan 1 Computer Science Essay Competition (CSEC) Hima Ilkom Unnes 2020
14. Harapan 1 National Essay Competition (NEC) Hima IPA Terpadu Unnes 2019
15. Harapan 1 National Essay Competition (NEC) of MIPA English Club (MEC) MIPA English Club (MEC) Unnes 2021
16. Juara 2 National Legislative Competition Kategori Podcast DPM FMIPA Unnes 2021
17. Mentor Modul Nusantara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) 2021
18. Finalis 5 Besar Writing Competition Bidang Eksakta Tingkat Regional Semarang Beswan Djarum Beasiswa Plus Djarum Foundation 2021
19. Publikasi di Jurnal Internasional yang dipublikasikan pada 29 Oktober 2020 di Physics Education, Institute of Physics.
20. Publikasi di Jurnal Nasional yang dipublikasikan pada tanggal 30 November 2020 di Unnes Science Education Journal.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved