Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pelayanan Kesehatan Jiwa di Daerah Masih Belum Merata

M. Iqbal Al Machmudi
14/12/2021 15:05
Pelayanan Kesehatan Jiwa di Daerah Masih Belum Merata
REHABILITASI MENTAL: Pasien gangguan jiwa yang menjalani masa rehabilitasi mental di komplek RSU Jantho, Aceh Besar.(ANTARA/ Ampelsa)

RUJUKAN pelayanan kesehatan jiwa belum merata di seluruh daerah dan masih terpusat di Pulau Jawa. Kondisi yang masih sangat minim terutama di Papua. Dari Kementerian Kesehatan saat masih terus menata rujukan pelayanan kesehatan jiwa agar terjadi pemerataan.

Hal tersebut dikemukakan Staff Khusus Menteri Bidang Ketahanan Industri Obat dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan Laksono Trisnantoro dalam webinar bertema Mental Health for Rural Indonesia, Selasa (14/12). "Tentunya penataan pelayanan kesehatan jiwa ini penting untuk ditata tentunya melibatkan rumah sakit, puskesmas, dan profesi lain seperti perawat jiwa, psikolog dan pekerja sosial," kata Laksono.

Jika diperhatikan bersama bahwa pelayanan kesehatan jiwa ini terbagi menjadi 3 bagian yang menyebabkan pelayanan jiwa ini tidak merata. Pertama yakni Tertiary Mental Health Service yang menyediakan specialized mental health facilities, clinical psychologist or psychotherapist.

Kedua yakni secondary mental health service yang menyediakan psychological clinic at general hospital dan psychiatric clinic at general hospital. Ketiga yakni primary mental health service yang banya menyediakam primary service at primary health care.

"Untuk mengurangi masalah akses ini maka diperlukan penataan pelayanan kesehatan jiwa ke rural dan daerah sulit. Tentunya penataan sangat komprehensif dan membutuhkan waktu yang sangat banyak," ujar Laksono.

Selain itu, terdapat problematika lain yang dihadapi pelayanan kesehatan jiwa seperti akses inovasi yang masih minim dan ketersediaan SDM seperti dokter jiwa, psikiater, psikolog klinis dan perawat jiwa masih sedikit sehingga menjadi satu isu yang perlu diperbaiki bersama.

"Dala inovasi pelayanan kesehatan harus dilakukan screening menjadi pencegahan dalam skala primer, setelah itu siapa yang menangani dengan segera penderita gangguan jiwa yang ditemukan setelah screening itu. Dalam konteks teknologi itu bisa membantu dalam hal konsultasi, " ungkapnya. (H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya