Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
PENULIS Nadhifa Allya Tsana, atau yang lebih dikenal dengan nama pena Rintik Sedu, mengatakan, saat ini, literasi menjadi semakin dekat dengan masyarakat, khususnya kaum muda, berkat kehadiran teknologi.
"Semua tentang literasi (sekarang) lebih dekat dengan kita. Literasi yang sekarang lebih banyak warnanya, banyak bentuk adaptasinya, banyak formatnya. Sekarang, baca buku enggak selalu harus ke toko buku atau perpustakaan dulu," kata Tsana di Sarinah Jakarta Content Week, Rabu (8/12).
"Sekarang, dunia anak muda lebih banyak di handphone, jadi sebetulnya literasi enggak hilang. Bahkan, menurut saya, berkembang karena mereka bisa baca kapan pun dan di mana pun," lanjutnya.
Baca juga: Literasi Jadi Kunci Penting Indonesia Maju
Tsana juga menceritakan, 15 tahun lalu, dia masih membaca buku yang warna kertasnya masih abu-abu serta kesulitan mencari teman untuk berdiskusi tentang buku.
Berbeda dengan sekarang, lanjut Tsana, dia bisa sangat mudah menemukan teman untuk berdiskusi tentang buku.
"Jadi (dulu) kalau mau ngerumpiin buku kesulitan. Sekarang ngomongin buku lewat direct message (DM) juga bisa, kita punya forum di internet," ujar Tsana.
Dengan perkembangan teknologi tersebut, Tsana merasa anak muda punya tugas penting untuk mempromosikan buku kepada orang lain.
Menurutnya, banyak buku-buku bagus di Indonesia namun kurang dikenal masyarakat.
Oleh karena itu, Tsana mengatakan dia memiliki akun Instagram khusus yakni @lefthebook berisi rekomendasi buku karya penulis lain agar anak muda semakin tertarik membaca.
"Anak-anak muda ini kan suka banget diracun, racun skin care, racun makanan. Lalu, saya pikir kenapa saya gak racuni mereka dengan buku. Menurut saya, mereka suka baca buku tapi mereka butuh seseorang untuk ngasih tahu buku yang bagus," kata Tsana.
Tsana juga memberikan tips singkat bagi anak-anak muda yang ingin mulai membaca buku, yaitu dengan meningkatkan rasa ingin tahu.
"Dimulai dari rasa keponya dulu. Kenapa orang bisa suka baca? Kenapa ya ada penulis bikin buku tentang boneka yang bisa hidup? Jadi banyakin pertanyaan 'kenapa'," ujar Tsana.
"Karena cuma butuh satu buku untuk membuat teman-teman jatuh cinta sama literasi," pungkas dia. (Ant/OL-1)
Membaca pada dasarnya adalah sebuah latihan bagi otak.
Acara yang digelar Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Toba ini mengusung tema "Membaca, Berdaya dan Sejahtera dengan Literasi".
Melalui Program Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia, sebanyak 716 judul buku cerita anak telah diproduksi dan dipilih secara ketat.
TOKOH politik sekaligus mantan Ketua DPRD Buleleng, Dewa Nyoman Sukrawan, menyebut Buleleng kebobolan di rumahnya sendiri.
MEMBACA adalah jantungnya literasi. Membaca memberi asupan kepada nalar dan pikiran sehingga semakin terbuka, kritis, dan analitis.
Literasi harus dimulai dari rumah. Anak-anak yang terbiasa membaca akan memiliki wawasan luas yang mempersiapkan mereka untuk meraih cita-cita.
Salah satu wujud nyata komitmen Andrean Hendranata adalah karya bukunya berjudul Topeng yang Memikat: Memahami Bahaya NPD & Cara Melindungi Diri.
SALAH satu misi fundamental didirikannya negara ini ialah mencerdaskan kehidupan bangsa.
PARA kader muda Partai Golkar yang berasal dari latar belakang aktivisme organisasi Cipayung dan BEM meluncurkan buku reflektif.
Buku ini hadir sebagai respons atas fenomena pencucian uang yang tidak lagi mengenal batas geografis dan sering kali tak tersentuh oleh hukum nasional yang lemah atau lamban.
Buku yang ditulis Kelly Tandiono tersebut terinspirasi dari pengalaman pribadinya saat pertama kali menyelam pada 2011.
Buku, disebut Dedi, merupakan medium yang efektif untuk memperkenalkan kecintaan terhadap alam Indonesia kepada anak-anak, sekaligus menumbuhkan empati terhadap lingkungan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved