Sabtu 27 November 2021, 08:45 WIB

Di Era Digital, Kemampuan Empati dan Sosialisasi Anak Harus Diasah

Basuki Eka Purnama | Humaniora
Di Era Digital, Kemampuan Empati dan Sosialisasi Anak Harus Diasah

ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo
Anak bermain sepak bola di Sekolah Alam Empathy Center, Desa Pejeng Kangin, Gianyar, Bali.

 

PSIKOLOG Klinis Fungsional RSUP Dr Sardjito Indria Laksmi Gamayanti mengatakan kemampuan berempati dan bersosialisasi pada anak-anak perlu diasah untuk meminimalisasi dampak negatif dari digitalisasi.

"Hal yang paling sederhana, keterampilan orang untuk bersosialisasi bisa menjadi berkurang. Kalau ini (terjadi) sejak kecil, dibutuhkan untuk mengembangkan kemampuan berempati dan bersosialisasi," ujarnya dalam webinar, Kamis (25/11).

"Terlebih, digitalisasi di masa pandemi menjadikan pertemuan tatap muka sebagai sesuatu kelaziman sehingga orang menjadi lebih nyaman dengan situasi yang serba bisa digital dan tidak mengharuskan bertemu secara langsung dengan orang lain," tambah Gamayanti.

Baca juga: Vaksinasi Rabies Tekan Risiko Kematian 'Anak Bulu'

Menurut Gamayanti, banyak anak-anak yang mengalami berbagai keluhan akibat perubahan proses pembelajaran menjadi daring. Hal tersebut juga ditemukan Satgas IPK Indonesia untuk Penanggulangan Covid-19.

"Banyak anak yang cemas, harus menyesuaikan diri, terlebih untuk anak-anak berkebutuhan khusus, mereka sulit sekali menyesuaikan diri dengan sistem belajar online," tutunya.

Sebagai psikolog klinis, pihaknya mengatakan telah melakukan sejumlah upaya untuk menjawab permasalahan tersebut, seperti melakukan konseling melalui orangtua dan guru serta melakukan terapi secara langsung pada anak-anak, baik secara daring maupun luring.

"Walaupun (saat ini) kita terpaksa online, kita bisa mengajak beberapa remaja untuk berdiskusi bersama kemudian dipandu sehingga mereka juga bisa menceritakan pengalamannya dan bermain bersama secara daring," katanya.

Meski demikian, ia juga mendorong agar anak-anak ini dapat melakukan aktivitas-aktivitas luar ruangan yang lebih banyak dengan mengikuti protokol kesehatan sehingga proses tumbuh-kembang anak tidak terganggu.

"Bagaimana pun juga keterampilan untuk bersosialisasi secara langsung ini juga menjadi lebih penting dan akan berkembang menjadi lebih banyak ketika kita bertemu langsung, empati juga lebih terasah," ujar Gamayanti.

Psikolog Klinis dan Forensik Adityana Kasandravati Putranto mengatakan situasi pandemi memang telah menghadang aktivitas tatap muka dan mengharuskan anak-anak berinteraksi melalui gadget, ditambah hanya berdiam diri di dalam rumah.

Meski demikian, katanya, orangtua juga dapat mendorong anak-anak untuk melakukan permainan yang bersifat sportivitas, seperti olahraga atau permainan serta budaya lokal yang mengandung nilai-nilai sosial sehingga kemampuan berempati dan bersosialisasinya dapat terasah.

"Anak-anak bisa mengembangkan kemampuan empati itu juga bergantung apa yang dia lihat sepanjang masa kehidupannya," tutur psikolog lulusan Fakultas Psikologi UI itu. (Ant/OL-1)

Baca Juga

Dok. BPN-GESID

Resmi Dilantik, Presiden BPN-GESID Viviana Hanifa Sebut Masa Depan Indonesia Ada di Desa 

👤Ghani Nurcahyadi 🕔Rabu 31 Mei 2023, 23:11 WIB
"Kehadiran GESID sebagai mediator yang siap menampung aspirasi dari seluruh anak muda se-Indonesia yang ingin sama-sama memajukan...
Dok. Ist

Generasi Muda sebagai Bagian Integral Pengembangan Desa

👤Dero Iqbal Mahendra 🕔Rabu 31 Mei 2023, 23:03 WIB
PENGEMBANGAN desa pada hari ini tidak hanya sebatas membangun fasilitas maupun infrastruktur. Tidak bisa dipungkiri, digitalisasi dan...
Dok.MI

Implementasi UU PKDRT dan TPKS Dilematis bagi Penegak Hukum

👤Despian Nurhidayat 🕔Rabu 31 Mei 2023, 22:41 WIB
JAKSA Ahli Madya pada JAM Pidum Erni Mustikasari menegaskan masih terdapat banyak persoalan yang menyebabkan implementasi UU PKDRT dan TPKS...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya