Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
TIDAK ada orang yang mau jadi pengungsi. Sebab bagaimanapun tinggal di negara sendiri jauh lebih menyenangkan ketimbang jadi pengungsi di negara orang. Apalagi dengan segala keterbatasan yang mereka dapat dan temui.
Berangkat dari situ penulis muda Indonesia yang kini menetap di Amerika Serikat, Bianca Sada menuangkan apa yang ia rasakan saat mendengarkan langsung kisah anak-anak seusianya yang harus meninggalkan rumah mereka dan terpaksa tinggal di pengungsian, melalui buku ilustrasi berjudul One Day:Letters from Lives in Limbo.
Baca juga: 84 Pengungsi Afghanistan Tiba di Spanyol
Hasil penjualan dari buku ilustrasi yang merupakan karya pertama dari Bianca itu sepenuhnya akan disumbangkan untuk membantu pengungsi anak-anak dalam mendapatkan pendidikan sehingga suatu hari nanti mereka dapat merasakan kehidupan yang lebih baik.
“Semua berawal pada 2018 saat saya mendapatkan undangan dari Hope Learning Center (HLC) yang berlokasi di Cisarua, Jawa Barat untuk membantu mengajarkan pengungsi anak-anak melukis. Saat saya minta mereka untuk menceritakan kisah di balik lukisan yang mereka buat, saya menyaksikan bagaimana sinar mata anak-anak di sana terlihat begitu bersinar saat menceritakan kehidupan mereka di negara asalnya. Namun, saat mereka mulai bercerita tentang mengapa mereka meninggalkan tanah kelahirannya, sinar mata yang sebelumnya bersinar pun perlahan meredup,” tutur Bianca menceritakan awal mula pertemuannya dengan para pengungsi.
Salah satu sosok yang menarik perhatian Bianca adalah seorang pengungsi bernama Naweed Aieen yang kini mendedikasikan dirinya sebagai Direktur HLC. Bianca merasa kagum dengan semangat juang Aieen yang meskipun sedih karena harus meninggalkan kampung halamannya dan melalui perjuangan berat untuk sampai di Indonesia, namun tetap semangat untuk menata kehidupannya kembali.
Bersama teman-teman pengungsi lain, pria yang dulu berprofesi sebagai jurnalis di Afghanistan itu berkomitmen membantu anak-anak yang tinggal di kamp pengungsian agar mendapat pendidikan yang layak.
“Sikap Aieen yang memilih untuk tidak sedih berkepanjangan namun mendedikasikan dirinya untuk membantu anak-anak pengungsi agar tetap bisa belajar menyadarkan saya akan nilai kebaikan. Nilai kebaikan itu tidak hanya ada dalam diri Aieen, saya percaya nilai itu juga ada dalam diri kita semua. Jika Aieen yang hidup dalam keterbatasan masih bisa berkontribusi untuk sesama, maka saya pun harus melakukan apa yang saya bisa untuk membantu. Itulah yang memotivasi saya dalam menghadirkan karya buku ilustrasi ini,” tutur Bianca.
Terlepas dari negara asal para pengungsi, bagi Bianca, fakta bahwa banyak di antara mereka adalah anak-anak seusianya, bahkan tak sedikit yang lebih muda, merupakan hal yang sangat memprihatinkan mengingat mereka seharusnya masih menikmati pendidikan dan berkesempatan untuk bermain. Oleh karena itu, dalam buku ilustrasi pertamanya ini, Bianca pun berusaha menyuarakan kisah pengungsi seusianya.
“Para pengungsi tidak meminta kita untuk mengasihani mereka. Yang mereka butuhkan adalah kesadaran dan pengertian kita semua untuk membantu menjadi suara bagi mereka, agar kisah mereka dapat didengar dunia. Agar tidak ada lagi yang harus mengalami apa yang mereka alami.”
Melalui buku ilustrasi berbahasa Inggris ini, Bianca mengajak pembaca untuk mengarungi kehidupan para pengungsi dari berbagai negara. Kisah perjalanan, perjuangan hingga harapan dan impian para pengungsi melalui susunan kata dan gambar-gambar ilustrasi penuh makna. Bianca menjelaskan untuk dapat menghadirkan makna yang lebih mendalam, selain bercerita melalui kata-kata, ia memutuskan untuk memvisualisasikan kisah para pengungsian melalui gambar ilustrasi. "Ada pepatah yang mengatakan bahwa satu gambar dapat bermakna seribu kata."
Hasil dari penjualan buku ilustrasi 'One Day: Letters from Lives in Limbo' karya Bianca Sada ini akan disumbangkan sepenuhnya ke HLC di Cisarua, Indonesia. Buku itu bisa didapatkan melalui e-commerce di Indonesia seperti Tokopedia maupun Shopee. “Saya berharap melalui karya ini, saya dapat berkontribusi dalam membangun kesadaran publik akan kondisi yang dialami para pengungsi di seluruh dunia. Kita semua tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari. Jika keadaan ini terbalik dan saya ada di posisi para pengungsi, saya harap akan ada sosok anak muda seusia saya yang bersedia melakukan apa yang ia bisa untuk membantu menyuarakan kisah saya agar dapat terdengar oleh dunia. Suatu hari di masa lalu, sesuatu mengubah kehidupan mereka. Saat ini, mereka menyambung kehidupan di pengungsian, maka suatu hari nanti, saya harap mereka akan mendapatkan kehidupan mereka kembali,” ujar Bianca. (Ant/A-1)
###
Banjir setinggi hingga satu meter melanda 23 desa di 13 kecamatan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, sejak Senin malam (7/7), akibat curah hujan tinggi dan luapan sungai.
Kementerian Sosial memastikan kebutuhan dasar bagi warga terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), bisa terpenuhi.
Petugas terus berjaga dan memberikan bantuan sesuai kebutuhan para pengungsi.
BPBD DKI mengaktifkan mekanisme tanggap darurat untuk menjamin kebutuhan dasar para pengungsi dapat segera terpenuhi.
Acara bertajuk Suara Pengungsi: A Celebration of Shared Humanity, Hope, and Dignity digelar untuk memperingati Hari Pengungsi Dunia yang jatuh setiap bulan Juni.
Puluhan warga Dusun Kebonagung, Desa Depok, Kecamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, yang berhasil selamat dari musibah tanah longsor, masih bertahan di tempat pengungsian.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved