Penerbit Buku Independen ini Fokus pada Budaya Kreatif

Mediaindonesia.com
06/10/2021 10:55
Penerbit Buku Independen ini Fokus pada Budaya Kreatif
Primo Rizky.(DOK Pribadi.)

DALAM satu dekade ke belakang, industri kreatif di Indonesia sedang berada di fase terbaik. Sektor ini tumbuh pesat dengan laporan dari Opusonomi Kreatif 2020, kontribusi subsektor ekonomi kreatif pada produk domestik bruto (PDB) nasional mencapai Rp1,211 triliun. Angka tersebut membawa Indonesia menduduki posisi ketiga terbesar di dunia setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan dengan kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap PDB.

Pada 2019 sektor itu mampu menyerap hingga 17 juta tenaga kerja di Indonesia. Angka ini lebih besar dari Amerika Serikat yang hanya mencapai 4,7 juta. Tidak heran belakangan kerap kita temui sejumlah merek maupun sosok baru di industri ini yang penuh karya dan ide segar mewarnai.

Tidak hanya dari sektor swasta, pemerintah pun kini mulai banyak melakukan inisiatif program yang memfasilitasi para pelaku ekonomi kreatif. Yang dicapai saat ini, semua tidak lepas dari peran para figur yang memiliki integritas, minat, dan panggilan untuk melambungkan sektor kreatif sekitar 10 tahun ke belakang. Karena itu, Primo Rizky membuat Geometry pertama kali pada 2012 sebagai awal dari ketertarikannya pada budaya kreatif dan media independen.

Saat itu, ia merintisnya sebagai penerbit buku independen dengan fokus pada budaya kreatif bernama Studio Geometry. Pada waktu itu, industri kreatif Indonesia masih belum kencang terdengar seperti saat ini. Buku pertama yang diterbitkan pertama kali yaitu Brand Cookbook yang membahas mengenai strategi branding dan pemasaran kreatif ala buku resep masakan dalam menjelaskan isi materi.

Seiring waktu berjalan, judul-judul lain di bawah naungan Studio Geometry bergulir. Pada 2015, We Indonesians Rule terbit. "Buku ini merupakan dokumentasi para pelaku industri kreatif Indonesia yang karya mereka telah dikenal di dunia, mulai dari Joko Anwar, Mouly Surya, Andra Matin, Alvin T, hingga Papermoon Puppet Theatre. Tidak lama setelahnya, Magno: The Story Behind, buku berisi kisah proses kreatif pembuatan radio kayu Magno yang ditulis oleh Singgih Kartono, sang artisan di baliknya, juga dirilis oleh penerbit ini," ujar Primo dalam keterangan resmi, Rabu (6/10).

Beberapa judul lain yang masih terkait dengan industri kreatif yang diterbitkan Studio Geometry antara lain Made In Jakarta merupakan publikasi yang meliput sejumlah artisan, makers, dan desainer lokal di ibu kota. Ada pula Top Tables sebagai buku panduan kuliner karya Kevindra Soemantri dan Natasha Lucas yang disusun atas rekomendasi oleh sejumlah figur publik di Jakarta seperti William Wongso, Daniel Mananta, Eva Celia, Mike Lewis, Laksmi Pamuntjak, dan lain sebagainya. Buku-buku tersebut, mulai dari We Indonesians Rule hingga Top Tables telah dipamerkan di berbagai ajang seperti Frankfurt Book Fair, Shanghai Book Fair, London Book Fair, dan Singapore Book Fair.

Selain mempublikasikan buku dan majalah, pihaknya banyak mengerjakan publikasi, program, dan konten untuk sejumlah perusahaan, organisasi, brand, media, hingga festival. Greatmind (www.greatmind.id), media pertama di Indonesia yang berfokus pada publikasi mengenai mindfulness, kesehatan mental, dan positivity, ialah salah satu platform yang dilahirkan serta diasuh oleh Studio Geometry dalam hal penyusunan dan manajemen konten atau program harian. Selain itu, terdapat majalah Kayyu (publikasi yang ditujukan untuk woodworking community) dan Kenduri (sebuah jurnal gastronomi) yang Studio Geometry terbitkan bersama Polychemie dan Akademi Gastronomi Indonesia. Ini memperlihatkan cakupan eksplorasi pengerjaan konten yang luas di bidang kreatif oleh penerbit ini.

Pada 2020, Studio Geometry bertransformasi menjadi Geometry dengan mulai menjajaki platform digital melalui situs www.geometry.id yang mengangkat berbagai kisah mengenai bisnis kreatif. Dilengkapi dengan sejumlah kanal media sosial pendukungnya, seperti Instagram, YouTube, dan LinkedIn, Geometry kini tengah berkembang secara konsisten sebagai tempat untuk mencari ide, inspirasi, dan jejaring dengan para pelaku industri kreatif di Tanah Air.

Menurut Primo, dengan semakin berkembangnya sektor ekonomi kreatif di Indonesia belakangan ini, belum banyak media yang dapat mengakomodasi kebutuhan para pelaku di industri ini dalam hal referensi, pengetahuan industri terapan, serta ruang bagi mereka untuk saling terhubung, dan menunjukkan karya. Di sinilah Geometry memosisikan diri sebagai agregator untuk memfasilitasi dan mengisi rumpang yang ada. Mulai di tahun yang sama, Geometry dipercaya untuk memegang program sejumlah festival kreatif tahunan seperti Ideafest dan Live Stream Fest dengan Primo Rizky yang didapuk sebagai Head of Content dari kedua festival tersebut.

Melihat sifat dan pergerakan sektor kreatif yang dinamis, siapa akan menduga bagaimana bentuk eksplorasi Geometry ke depan? Namun, terlepas dari apapun itu, satu yang pasti, identitas dan dedikasinya pada industri kreatif tidak akan pernah hilang. Entah sebagai kreator, kurator, kolaborator, ataupun mentor yang pada waktunya nanti menyerahkan tongkat estafet pada mereka generasi setelahnya. Semua dilakukan untuk makin memajukan lanskap kreatif Indonesia di masa mendatang. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya