Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Tidak Masalah Mengajar dengan Honor Minim

MI
10/9/2021 06:10
Tidak Masalah Mengajar dengan Honor Minim
: Aef Saepudin selain menjadi guru honorer di SLB Bina Insani Pasawahan Purwakarta juga memiliki usaha kreatif dengan mengolah limbah bambu(MI/Reza Sunarya)

SELAIN membuat kerajinan dari bambu, Aef Saepudin juga menjadi guru penyandang disabilitas. Ia menjadi seorang pengajar anak-anak difabel di Sekolah Luar Biasa (SLB) Bina Insani Pesawahan Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Pertama kalinya ia menjadi guru bermula saat ia mengikuti pameran kreasi seni yang digelar di Gedung Sigrong Purwakarta pada 2020. Di situlah Aef bertemu Kepala Sekolah SLB Bina Insani dan memintanya untuk mengajar bagi murid-murid di sekolahnya.

Dari aktivitasnya mengajar anak-anak difabel, ia memahami nilai ketulusan dan kepedulian. Di SLB Bina Insani, Aef mengajar mata pelajaran kreasi seni. Bagi Aef, keterbatasan yang ia miliki justru menjadi teladan bagi anak-anak didiknya untuk semangat mengejar mimpi di tengah keterbatasan.

"Menjadi sebuah kebanggaan dan nilai plus, bisa menjadi role model dalam pembelajaran. Di saat itu saya bangkit memanfaatkan keadaan saya. Saya tidak boleh mengeluh karena jika saya mengeluh, mereka akan putus asa," ungkapnya.

Aef tak mempersoalkan masalah honor dari mengajarnya. Dalam sepekan, Aef mengajar dua kali setiap Senin dan Rabu. Dari mengajarnya tersebut Aef mendapat honor Rp30.000 dalam setiap pertemuan. Dalam sebulan ada empat pertemuan berarti, dalam sebulan Aef mendapat honor Rp120.000.

"Saya tidak mempersoalkan honor yang diterima karena ini pengabdian" kata Aef.

Aef berharap, perhatian pemerintah akan semakin besar untuk anak-anak difabel. Menurutnya, klasifikasi kurikulum harus lebih disempurnakan sesuai dengan kondisi anak didik, seperti tunadaksa, tunarungu, tunagrahita, dan lain-lain.

"Di lapangan anak-anak kita variatif. Satu anak, satu program. Selain itu, perlu juga bagi peserta didik normal diberikan pemahaman dalam kurikulum tentang bagaimana cara memperlakukan anak-anak disabilitas dengan baik," terangnya.

Ia berharap pemerintah akan lebih sering meninjau ke lapangan secara langsung. (RZ/N-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya