Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
PENGUASAAN bahasa asing para sarjana dalam negeri dianggap masih kurang.
Pakar pendidikan Arief Rachman mengatakan lulusan perguruan tinggi seharusnya menguasai bahasa asing baik itu Inggris, Tiongkok, Arab, maupun Jepang.
Saat ini kita tengah menghadapi persaingan di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang menekankan kemampuan sumber daya manusia (SDM).
Kemampuan bahasa asing membantu para sarjana untuk mempertahankan pendapat mereka untuk berdiskusi atau berdebat sehingga mempunyai daya tawar.
Selain itu, penguasaan bahasa asing membuat lulusan perguruan tinggi memiliki kemampuan menulis, membuat laporan, dan membaca literatur kelas dunia yang akan meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan mereka.
"Kemampuan bahasa asing juga bisa membantu para sarjana untuk meraih kesuksesan dalam berkarier, khususnya posisi strategis di perusahaan. Saat ini lulusan perguruan tinggi masih minim yang mencapai posisi tertinggi di badan usaha," ujar Arief Rachman ketika dihubungi Media Indonesia, Kamis (28/4).
Hal senada diakui juru bicara Universitas Gunadarma Budi Hermana.
Sayangnya, lanjut Budi, masih banyak perguruan tinggi yang tidak membiasakan mahasiswa mereka dalam menguasai bahasa asing.
"Contohnya, dalam beberapa mata kuliah, dosen-dosen malah memberikan literatur bahasa Indonesia. Akibatnya, mereka tidak terbiasa menggunakan bahasa asing," pungkas Budi.
Selain penguasaan bahasa asing, para sarjana harus memiliki pengetahuan lintas budaya karena mereka akan bekerja atau berbisnis dengan orang asing.
Mereka juga harus mempunyai kebajikan intelektual, antara lain jujur, disiplin, tepat waktu, tahan banting, tekun, percaya diri, keberanian intelektual, dan rendah hati.
Penekanan terhadap pendidikan itu, sambung Arief, harus diberikan kepada mahasiswa saat menimba ilmu di perguruan tinggi.
Arief meminta perguruan tinggi kini tidak lagi memikirkan masalah status, pencapaian, dan indeks prestasi (IP).
"Sifatnya terlalu berat di kognitif, sementara character building kurang," tuturnya.
Arief juga menekankan para mahasiswa untuk menguasai teknologi yang membantu mereka berhubungan secara luas.
Sekarang ini kemampuan lulusan perguruan tinggi dianggap belum mumpuni.
Perusahaan menolak untuk memperkerjakan SDM yang belum memahami teknologi.
Saat ini semuanya direspons dengan cepat. (Bow/*/S-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved