Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
INDONESIA mencatat kasus kematian akibat Covid-19 tertinggi di dunia selama 4 hari berturut-turut pada 18-21 Agustus, menanggapi hal itu, Jubir Vaksinasi Kemenkes Siti Nadia Tarmidzi menyebut bahwa adanya perbaikan data pada perkembangan penanganan pandemi Covid-19 per 21 Agustus 2021 secara nasional hingga berdampak pada data kematian di daerah.
"Kan angka kematian disampaikan ada perbaikan data kemarin," kata Nadia dalam keterangannya Minggu (23/8).
Baca juga: Goenawan Mohammad: Penghargaan Bukan Tujuan Penulis, Yang Penting Berkarya
Menurutnya, Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan juga melakukan perbaikan data kematian Covid-19 setelah sejumlah daerah merapel pelaporan data tersebut. "Jadi banyak daerah yang merapel data ya," sebutnya.
Apalagi adanya rekor pada 19 Agustus lalu saat angka kematian menyentuh 1.492 kasus. Sedangkan sebelumnya, 18 Agustus sekitar 1.128 kasus dan pada Jumat (20/8), kematian harian di Indonesia mencapai 1.348 kasus serta pada Sabtu (21/8) kematian mencapai 1.361 kasus.
Apalagi data berbagai negara menunjukkan mayoritas masyarakat yang terinfeksi dan jalani rawat inap adalah mereka yang belum divaksin.
Data dari Public Health England (PHE) Inggris, misalnya, tunjukkan bahwa vaksinasi 2 dosis efektif cegah rawat inap dan kematian karena varian Delta.
Atau data dari Centers for Disease Control (CDC) Amerika Serikat yang sebutkan tingkat rawat inap dan kematian menurun sejak vaksinasi dimulai pada awal 2021.
Di Italia, misalnya, data dari Data National Health Institute menunjukkan 99% kematian terjadi pada penderita Covid-19 yang belum divaksin.
Vaksin ampuh dan efektif bukan hoaks, karena sudah dibuktikan dengan banyak data. Jangan ragu, segera akses vaksin yang tersedia di sekitar kita serta tetap patuhi protokol kesehatan.
"Disiplin 3M + Vaksinasi Covid-19 adalah ikhtiar kita bersama," ujarnya.
Sebelumnya Tenaga Ahli Kementerian Kesehatan dr. Panji Fortuna Hadisoemarto menyampaikan berdasarkan analisis dari data National All Record (NAR) Kementerian Kesehatan, didapati bahwa pelaporan kasus kematian yang dilakukan daerah tidak bersifat realtime dan merupakan akumulasi dari bulan-bulan sebelumnya.
NAR adalah sistem big data untuk pencatatan laboratorium dalam penanganan Covid-19 yang dikelola oleh Kemenkes.
Seperti berdasarkan laporan kasus Covid-19 di tanggal 10 Agustus 2021, misalnya, dari 2.048 kematian yang dilaporkan, sebagian besar bukanlah angka kematian pada tanggal tersebut atau pada seminggu sebelumnya. Bahkan 10,7% diantaranya berasal dari kasus pasien positif yang sudah tercatat di NAR lebih dari 21 hari namun baru terkonfirmasi dan dilaporkan bahwa pasien telah meninggal.
“Kota Bekasi, contohnya, laporan 10 Agustus dari 397 angka kematian yang dilaporkan, 94% diantaranya bukan merupakan angka kematian pada hari tersebut, melainkan rapelan angka kematian dari bulan Juli sebanyak 57% dan bulan Juni dan sebelumnya sebanyak 37%. Lalu 6% sisanya merupakan rekapitulasi kematian di minggu pertama bulan Agustus,” sebut dr. Panji.
Contoh lain adalah Kalimantan Tengah dimana 61% dari 70 angka kematian yang dilaporkan kemarin adalah kasus aktif yang sudah lebih dari 21 hari namun baru diperbaharui statusnya.
Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat drg. Widyawati mengakui adanya keterlambatan dalam pembaharuan pelaporan dari daerah akibat keterbatasan tenaga kesehatan dalam melakukan input data akibat tingginya kasus di daerah mereka pada beberapa yang minggu lalu.
“Tingginya kasus di beberapa minggu sebelumnya membuat daerah belum sempat memasukkan atau memperbarui data ke sistem NAR Kemenkes,” terangnya.
“Lonjakan-lonjakan anomali angka kematian seperti ini akan tetap kita lihat setidaknya selama dua minggu ke depan," lanjutnya.
dr. Panji menuturkan lebih dari 50 ribu kasus aktif yang saat ini adalah kasus yang sudah lebih dari 21 hari tercatat namun belum dilakukan pembaharuannya.
“Kita saat ini sedang mengkonfirmasi status lebih dari 50 ribu kasus aktif. Jadi beberapa hari kedepan akan ada lonjakan di angka kematian dan kesembuhan yang bersifat anomali dalam pelaporan perkembangan kasus Covid-19. Tapi ini justru akan menjadikan pelaporan kita lebih akurat lagi,” sebut dr. Panji.
Kementerian Kesehatan sangat mengapresiasi pemerintah daerah yang telah melakukan pembaharuan data sesegera mungkin.
“Tentunya ini tidak mengurangi semangat kita untuk terus berpacu menyampaikan data yang transparan dan realtime kepada publik,” pungkas drg Widyawati. (OL-6)
Berdasarkan data Riskesdas 2018, diperkirakan setidaknya sebanyak 4,2 juta orang di Indonesia memiliki penyakit jantung.
Seorang pria yang identitasnya belum diketahui ditemukan tewas tergantung dengan kondisi mata dan mulut ditutup lakban.
KASUS kematian yang disebabkan demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia per 18 Maret 2024 mencapai 316 kasus. Angka tersebut diprediksi masih akan bertambah.
Aryna Sabalenka, petenis peringkat dua dunia, tetap bertekad untuk berpartisipasi dalam Miami Open meskipun mengalami tragedi kematian pacarnya dalam sebuah kejadian bunuh diri.
Total kasus kematian di Indonesia akibat bunuh diri dalam 1 tahun sebanyak 1.800 kasus.
Sebagian masyarakat menilai Wali Kota Jakarta Barat dianggap lalai terkait kematian sekeluarga di Kalideres, Jakarta Barat yang awalnya diduga karena kelaparan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved