Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Tetap Aman, Ini yang Harus Dilakukan Saat Isolasi Mandiri di Rumah

Faustinus Nua
29/6/2021 23:30
Tetap Aman, Ini yang Harus Dilakukan Saat Isolasi Mandiri di Rumah
Alat kesehatan yang perlu disiapkan ketika isolasi mandiri(Medcom.id/handout Freepik.com)

LONJAKAN kasus Covid-19 yang terjadi beberapa  hari terakhir yang mencapai 20 ribu kasus per hari telah menyebabkan fasilitas kesehatan di Tanah Air kewalahan. Sejumlah RS di beberapa kota melaporkan bahwa Bed Occupancy Rate (BOR) melampaui batas aman, sementara pusat-pusat isolasi pasien pun mulai penuh.

Selain menambah pusat isolasi atau menambah kapasitas tempat tidur di RS, isolasi ternyata masih aman dan nyaman di lakukan di rumah. Dengan protokol kesehatan yang ketat sesuai standar Kementerian Kesehatan atau Organisasi kesehatan Dunia (WHO), isolasi mandiri di rumah memberi opsi agar fasilitas kesehatan tidak kolaps.

Dokter Setyo Gundhi P, Sp.PD dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (FK Undid) Semarang mengatakan, tidak semua pasien Covid-19 harus dirawat di RS. Hanya pasien yang mengalami gejala berat atau kritis yang harus ditangani segera di RS.

"Tidak semua pasien covid perlu dirawat. Sebagian pasien tanpa gejala dan gejala ringan sebetulanya tidak perlu dirawat, bisa cukup dilakukan isolasi mandiri," ungkapnya dalam Webinar Isoman Nyaman dan Aman di Rumah, Selasa (29/6).

Dijelaskannya, isolasi memang untuk pasien yang sudah dinyatakan positif. Hal itu berbeda dengan karantina yang dilakukan terhadap orang yang dicurigai positif karena melakukan kontak dan sebagainya.

Lantas, ketika individu sudah terkonfirmasi positif maka isolasi wajib dilakukan. Akan tetapi, isolasi tersebut bisa dilakukan di rumah bila hanya mengalami gejala ringan seperti batuk, pilek atau pun tanpa gejala.

"Kalau tidak memenuhi syarat (gejala ringan) mau tidak mau harus ke RS atau tempat isolasi terpusat," imbuhnya.

Isolasi yang dilakukan, kata dia, bukan hanya untuk diri sendiri tetapi untuk orang lain agar tidak terpapar virus. Isolasi ditujukan supaya tidak menularkan ke orang lain tapi tentu saja tanpa mengabaikan keselamatan diri sendiri. Jadi sasarannya diri sendiri dan juga kepentingan orang lain.

"Tujuan isolasi itu dinyatakan sukses bila melewati fase aktif covid hingga dinyatakan selesai isolasi, setelah di-tes negatif. Tapi juga bila semakin berat segera ke RS atau faskes sebelum terlambat," tuturnya.

Menurut Setyo, kunci sukses isolasi di rumah adalah memiliki persediaan yang cukup seperti makanan dan obat-obatan. Kemudian juga harus ada izin atau dukungan dari lingkungan. Sehingga, warga paham dan tidak panik..

Baca juga : Pemerintah Berlakukan PPKM Darurat, Luhut Jadi Koordinator

Akan tetapi, dia menegaskan, terlebih dahulu perlu berkonsultasi dengan dokter. Apalagi bagi pasien komorbid, isolasi mandiri harus atas saran dokter sesuai keadaan pasien tersebut.

Adapun hal-hal yang harus disiapkan dalam melakukan isolasi mandiri yang aman, yakni ada ruangan isolasi tersendiri, terpapar sinar matahari dan ventilasi cukup. Akses kamar juga harus baik, obat-obat disiapkan sesuai anjuran, obat kronis lain, termometer, pulse oximeter, tekanan darah, oksigen dan perlengkapan lainnya.

Pasien boleh saja keluar berinteraksi, tapi tetap dibatasi dengan selalu menggunakan masker, jaga jarak, sering cuci tangan, etika batuk. Alat makan pun terpisah dan dicuci dengan sabun sesegera setelah terpakai. Pakaian kotor pun harus terpisah dan bersihkan sesering mungkin linkungan yang mungkin terpapar.

"Tanpa gejala, isolasi 10 hari sejak pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi. Gejala ringan, 10 hari sejak onset + 3 hari bebas demam dan saluran pernafasan. Kalau berat ya harus segera ke RS," kata dia.

Sementara itu, dokter Meita Hendrianingtyas, Msi.Med.,Sp.PK(K) mengatakan virus SARS CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 memiliki protein-protein penyusunan. Dari proteinnya tersebut maka bisa dilakukan deteksi virus yang juga berbeda-beda.

Gejala klinis Covid-19 membutuhkan masa inkubasi 2-4 hari dan akan muncul gejala rata-rata 5-6 hari. Bila awalnya masih gejala ringan, kemudian ternyata pasien itu komorbid, ada obesitas, maka bisa cepat menjadi berat. 

"Kasusnya itu 80% ringan, 13,8% berat, 6,1% kritis . Kritis itu bisa terjadu kerusakan-kerusakan organ di seluruh tubuh. Yang ringan itu macam flu, meriang, batuk, pilek, kadang-kadang ada sesak tetap beraktifitas biasa," jelasnya.

Gejala lain yang tidam boleh diabaikan adalah kehilangan indra perasa dan penciuman. Begitu pula dengan kelelahan fisik, kelelahan mental, kehilangan nafsu makan, sakit perut dan diare hingga mata merah.

Menurutnya, masyarakat perlu mengenal gejala-gejala Covid-19 dari ringan hingga berat. Hal itu untuk memudahkan mendeteksi virus dan bisa melakukan isolasi lebih cepat, sehingga penyebaran virus bisa terhenti. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya