Headline

Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.

Penyandang Vitiligo Didorong untuk Lebih Percaya Diri

Eni Kartinah
25/6/2021 20:13
Penyandang Vitiligo Didorong untuk Lebih Percaya Diri
Ilustrasi penderita Vitiligo.(Ist/Istock)

VITILIGO merupakan suatu penyakit depigmentasi didapat pada kulit, membran mukosa, dan rambut yang memiliki karakteristik lesi khas berupa makula berwarna putih susu (depigmentasi) dengan batas jelas dan bertambah besar secara progresif akibat hilangnya melanosit fungsional.

Terjadinya Vitiligo disebabkan oleh matinya sel melanosit yang bertugas memproduksi warna pada kulit.

Penyebab matinya sel tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti genetik atau keturunan, penyakit autoimun, dan faktor eksternal seperti terbakar sinar matahari, atau bahan kimia.

Pada kasus Vitiligo, bila gejala awal dapat terdeteksi dan segera mendapatkan penanganan yang tepat, penyakit ini dapat dicegah untuk berkembang pada tubuh penderita. Prevalensi global Vitiligo yaitu sekitar 0.5%-2%, tidak berbeda dengan prevalensi di Indonesia.

Populasi laki-laki dan perempuan yang mengalami penyakit ini seimbang, namun pada pasien perempuan dan kasus vitiligo pada anak masalah psikososial lebih terlihat dan menjadi masalah.

Saat ini Indonesia melalui Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) atau INSDV (Indonesia Society Dermatolgy and Venereology) mendapat kesempatan menjadi penyelenggara kegiatan World Vitiligo Day (Hari Vitiligo Dunia) Ke-11 diadakan pada Jumat (25/6).

Kegiatan World Vitiligo Day XI yang mengusung tema: “Embracing life with Vitiligo”.mengundang peserta dokter, psikolog dan semua pasien serta keluarga dan masyarakat yang peduli terhadap penyakit kulit yang hampir terlupakan ini. .

Honorary President of WVD 2021 dr. Srie Prihianti Gondokaryono, SpKK(K), PhD, FINSDV, FAADV menyampaikan terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan World Vitiligo Day Sedunia tahun ini merupakan suatu kehormatan yang luar biasa.

“Kegiatan ini dapat memberikan fokus perhatian terhadap situasi dan tantangan Vitiligo di Indonesia dari semua pihak terkait secara nasional maupun internasional baik secara ilmiah maupun sosial,” jelasnya.

Menurut  dr.Sri, kesempatan ini juga digunakan untuk membangun “VitiHOPE” suatu wadah support group untuk pasien vitiligo di Indonesia.

“Diharapkan kesempatan ini bisa menjadi awal kolaborasi jangka panjang dengan berbagai organisaasi di dalam maupun luar negeri demi meningkatkan kualitas hidup pasien-pasien vitiligo di Indonesia,” jelasnya.

Dr. dr. Reiva Farah Dwiyana, SpKK(K), PhD, FINSDV, FAADV Pengurus Perdoski, dan staf pengajar di Departemen Dermatologi dan Venereologi FK UNPAD menyatakan bahwa salah satu kampanye yang akan digelorakan kepada pasien-pasien Vitiligo agar tetap optimis.

“Dare to bare  atau berani untuk menunjukkan Vitiligonya, bukan ditutupi dengan make up atau baju. Suatu langkah yang kontroversial karena dalam menerima kenyataan Vitiligo sangat sulit, apalagi bila menunjukkannya,” katanya.

“Tetapi dengan acceptance dan embrace Vitiligo dengan penuh ikhlas, akan menumbuhkan rasa percaya diri untuk terus berusaha, beriktiar secara medis, psikologis, dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, sehingga tumbuh rasa self-love, menerima kondisi tubuh apa adanya dan berteman dengan Vitiligo, sehingga diharapkan para pasien akan lebih produktif, sehat jasmani, dan terjadi repigmentasi spontan akibat menurunnya kadar oksidan di dalam tubuh,” paparnya.

Sali Rahadi Asih MSi, MGPCC, PhD, seorang Psikolog klinis dan staf pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia juga menyampaikan bahwa vitiligo adalah penyakit kronis yang dapat membawa dampak bagi kondisi mental pasien dan juga orang-orang terdekat.

“ Rasa malu, cemas, bahkan depresi tidak luput dirasakan oleh pasien Vitiligo dan anggota keluarganya,” katanya.

Sementara itu, Prof. Yan Valle, MSc sebagai CEO Vitiligo Research Foundation, menyampaikan : Hari Vitiligo Dunia menjadi acara besar dan bahkan lebih besar dalam setiap tahunnya.

“Covid-19 mungkin telah mengubah banyak hal tahun ini, tetapi itu (Hari Vitilogo Dunia) masih akan menjadi hari yang besar – merayakan semua yang telah kita capai dan menyoroti prasangka dan ketidaktahuan yang masih mempengaruhi jutaan orang yang menderita penyakit vitilogi yang kurang dipahami dan disalahartikan ini,” paparnya. (Nik/OL-09)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya