Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Direktur Promosi kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Imran Agus Nurali mengingatkan masyarakat agat bijak dan rasional menggunakan obat, termasuk antibiotik, untuk kebutuhan klinis supaya tak terjadi resistensi antibiotik.
Menurut dia, gunakan antiobiotik hanya untuk infeksi bakteri, tidak membelinya sendiri melainkan perlu resep dokter, menyimpannya di rumah (sebagai stok) dan tidak memberi antibiotik sisa pada orang lain.
"Tepat untuk kebutuhan klinis. Antibiotik hanya untuk infeksi bakteri, tidak dapat membunuh virus atau mikroba lain seperti jamur parasit dan protozoa. Berbahaya bila tidak sesuai kebutuhan klinis, penyakit virus tidak memerlukan antibiotik tetapi antivirus," kata Imran dalam virtual media briefing bertema "Kemitraan Sektor Swasta dan Peran Masyarakat dalam Mempromosikan Penggunaan Antibiotik Secara Rasional dan Tuntas", Kamis (10/6).
Sejumlah penyakit yang diketahui akibat infeksi bakteri dan membutuhkan antibiotik antara lain demam tifoid, meningitis, tuberkulosis (TBC), infeksi paru seperti pneumonia, difteri, infeksi saluran cerna sepert disentri, infeksi saluran kemih, gonore (kencing nanah) dan sifilis.
Di sisi lain, para tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk membantu masyarakat agar bijak dan rasional menggunakan antibiotik, salah satunya memberikan antibiotik sesuai indikasi yakni hanya untuk infeksi bakteri, memperbaiki dan mempercepat diagnostik infeksi serta melakukan pemantauan dan evaluasi penggunaan antibiotik.
Selain itu, memberikan dosis antibiotik memenuhi kebutuhan yang umumnya minimal untuk 5 hari terkait indikasi penyakit dan penggunaan obat untuk jangka waktu yang cukup serta biaya terjangkau.
Mereka juga perlu memberikan pemahaman dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penggunaan antimikroba secara bijak, salah satunya memanfaatkan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GeMa CerMat).
GeMa CerMat juga bertujuan meningkatkan kemandirian dan perubahan perilaku masyarakat dalam penggunaan obat secara benar serta meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
"Advokasi, edukasi, pemberdayaan masyarakat, optimalisasi tenaga kesehatan. Berbagai sisi, dari tenaga medis termasuk peranan masyarakat melalui cara belajar aktif," tutur Imran.
Resistensi antibiotik sendiri merupakan kondisi saat bakteri bertahan hidup dari serangan antibiotik yang sebenarnya berfungsi mengatasi infeksi bakteri penyebab penyakit serius seperti diare parah.
Dalam sejumlah kasus, kondisi ini sulit disembuhkan dan memerlukan perawatan di rumah sakit serta biaya pengobatan yang lebih mahal.
"Pembiayaan jadi meningkat, ini dampak besar penggunaan obat yang sebabkan resisten. Pengobatan jadi lebih mahal dari antibiotik sebelumnya," kata Imran.
Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan rekomendasi dokter (overuse & misuse) merupakan salah satu penyumbang terbesar angka resistensi antimikroba (AMR) di dunia kesehatan.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penggunaan antibiotik meningkat 91 persen secara global dan meningkat 165 persen di negara-negara berkembang pada periode 2000 – 2015 sehingga menjadikan AMR salah satu dari sepuluh ancaman kesehatan global yang paling berbahaya di dunia. (Ant/OL-12)
Studi klinis yang diterbitkan dalam jurnal New England Journal of Medicine menemukan obat diabetes mampu melambatkan perkembangan masalah motorik terkait penyakit Parkinson.
Meskipun obat-obatan dapat menjadi solusi dalam pengelolaan kondisi tersebut, banyak orang mencari alternatif alami untuk mengontrol atau bahkan mengurangi risiko berbagai penyakit.
Salah satu saran, masyarakat juga perlu mewaspadai jika memperoleh skincare yang bertekstur terlalu kental atau lengket.
Penelitian terbaru menunjukkan obat untuk mengatasi diabetes dan obesitas, dapat meningkatkan risiko kelumpuhan lambung (gastroparesis).
Obat antinyeri seperti ibuprofen dan allopurinol adalah obat yang sangat merusak ginjal.
Pengidap migrain jangan mengonsumsi obat selama lebih dari 15 hari dalam sebulan karena bisa menyebabkan medication-overuse headache(MOH) atau sakit kepala akibat dosis obat berlebihan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved