Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
PANDEMI covid-19 yang belum juga lenyap dari muka bumi memang membutuhkan penangan khusus. Berbagai upaya pun sudah dilakukan pemerintah untuk menghambat penyebaran virus.
Upaya terakhir adalah melalui program vaksinasi. Vaksin itu merupakan hal yang penting karena memiliki banyak manfaat, yaitu melindungi orang yang divaksin, mengurangi mortalitas, mencegah kematian, mencegah manusia menjadi sumber penyebaran virus. Vaksinasi pada akhirnya diharapkan dapat memotong penyebaran penyakit covid-19.
Baca juga: Selama Ramadan, Vaksinasi Covid-19 Terus Berjalan
Hal tersebut dipaparkan Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Profesor Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Tim Konsorsium Vaksin Nasional Prof. Amin Soebandrio dalam kuliah umum yang diselenggarakan secara daring yang digelar oleh Swiss German University bertema 'Seputar Vaksinasi Covid-19: Kenali Jenis dan Efek Sampingnya'.
Dalam kuliahnya, ia juga memaparkan berbagai jenis vaksin yang diproduksi di seluruh dunia termasuk ditemukannya berbagai varian virus baru, baik di luar negeri maupun di Indonesia. Maka dari itu, penerapan protokol Kesehatan akan sangat relevan bukan saja bagi mereka yang belum divaksinasi, tetapi juga bagi masyarakat yang sudah mendapatkan vaksinasi.
“Jadi vaksin yang bisa dipergunakan itu syaratnya oleh WHO adalah memiliki efikasi lebih dari 50 persen. Selama efikasinya lebih dari 50%n masih bisa dipakai,” ujar Prof. Dr. Amin.
Nah, yang diklaim oleh salah satu perusahaan vaksin dari Tiongkok itu kan sekitar 65% dibandingkan klaim yang diajukan oleh vaksin lain.Ada yang 90%, dan lain sebagainya. Mungkin itu yang melatarbelakangi perusahaan itu ingin meningkatkan efikasinya,” ujar Prof. Amin.
“Kita ketahui bahwa efikasi vaksin itu bisa ditingkatkan antara lain dengan pemberian adjuvan, dengan pemberian secara bersamaan bahan-bahan tertentu untuk bisa meningkatkan respons imun. Nah itu mungkin yang akan dilakukan oleh perusahaan tersebut untuk meningkatkan efikasi, tapi tidak berarti bahwa vaksin yang sekarang sudah diberikan itu tidak bermanfaat,” tutur Prof. Amin.
Animo peserta yang mengikuti Kuliah Umum cukup luar biasa. Sejumlah peserta mengaku pemaparan yang tepat dari sumber yang tepat akan memberikan pemahaman yang baik juga. Kuliah Umum ini juga diharapkan dapat meminimalisir hoaks yang beredar di masyarakat.
Sebelumnya memang sempat beredar informasi yang menyebutkan bahwa vaksin buatan Tiongkok memiliki tingkat kemanjuran yang rendah. Mengenai hal tersebut, mungkin bisa menyebabkan masyarakat menjadi khawatir.
Menurut Prof. Amin, dari beberapa pengamatan yang dilaukan setelah adanya program vaksinasi yang sudah dilakukan selama ini memang antibodi yang terbentuk itu sudah ada.
”Sebagian besar sudah menunjukkan adanya antibodi walaupun kadarnya memang beda-beda. Ada yang tinggi, ada yang sedang, dan sebagainya tapi itu wajar saya kira. Upaya dari pembuat vaksin untuk meningkatkan efikasinya saya kira itu satu hal yang wajar,” jelas Prof. Amin.
Sementara itu, Rektor Swiss German University Dr. rer. nat. Filiana Santoso mengatakan bahwa Kuliah Umum ini dilandasi kepedulian Swiss German University terhadap masyarakat. (Ant/A-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved