Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Tolak Bala Kalangan Wali

Nasaruddin Umar Imam Besar Masjid Istiqlal
15/4/2021 03:00
Tolak Bala Kalangan Wali
Nasaruddin Umar Imam Besar Masjid Istiqlal(MI/Seno)

SUATU ketika Rabi’ah al-Adawiyah, seorang sufi perempuan terkenal, mengembara demi mencari tempat yang lebih tenang dan khusyuk untuk beribadah. Tidak terkecuali keluar-masuk hutan belantara dan turun-naik gunung. Ia seperti tidak punya rasa takut, baik kepada binatang buas maupun terhadap orang jahat. Ia yakin jika seseorang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhannya maka semua makhluk-Nya akan menyayangi dan melindungi dirinya. Ia dengan penuh percaya diri keluar-masuk hutan menyeberang sungai dan mengarungi laut mencari sesuatu yang bergelora di hatinya.

Di dalam perjalanannya ada suatu kejadian aneh yang disaksikan oleh orang lain. Rabi’ah bercanda dengan binatang-binatang dan burung-burung liar yang tentu saja sangat membahayakan. Salah seorang sahabatnya bernama Hasan Basri, yang juga dikenal sebagai seorang sufi, mendekat. Akan tetapi, tiba-tiba berhamburanlah binatang liar masuk ke hutan dan burung-burung liar terbang ke angkasa.

Ia bertanya kepada Rabi’ah al-‘Adawiyah, “Mengapa mereka pada berlarian masuk hutan dan beterbangan semuanya ke angkasa bebas.” Dijawab oleh Rabi’ah, “Tidak mungkin mereka pergi tanpa pernah engkau mengonsumsi saudara-saudara mereka.” Hasan Basri menjawab, “Sudah lama saya tidak menjadikan perut saya sebagai ‘kuburan binatang’ (makan daging).” Namun, akhirnya ia ingat bahwa minyak sisa penggorengan di rumahnya yang pernah digunakan menggoreng daging digunakan lagi untuk memasak sayur-sayuran.

Dalam kitab-kitab kuning, khususnya kitab-kitab tasawuf, banyak diceritakan keajaiban para sufi. Menurut pandangan orang awam, perbuatan yang membahayakan nyawa banyak dilakukan para wali. Misalnya bersemedi di sebuah batang kecil yang di bawahnya air sungai mengalir deras. Juga bepergian ke puncak gunung tanpa perbekalan makanan dan pakaian pelindung dingin, tetapi pada akhirnya bisa kembali ke rumah tanpa mengalami hal-hal yang dikhawatirkan.

Bahkan sejumlah riwayat menceritakan bahwa binatang buas menjadi pengawal mereka. Ada juga yang berjalan di atas air. Yang terakhir ini banyak dilakukan para wali dari berbagai tempat.

Yang paling mengesankan ialah sejumlah wali yang diceritakan di dalam surah Al-Kahfi. Di antaranya ada tujuh wali ditambah seekor anjing penjaganya tidur di dalam Gua Kahfi 309 tahun lamanya tanpa mengalami gangguan.

Ada kisah Khidhir yang menjadi gurunya Nabi Musa diceritakan di dalam 22 ayat di surah al-Kahfi (ayat 60-82). Mereka, para wali seperti tidak ada takutnya sama sekali kepada para makhluk karena rasa takutnya sudah tercurah semuanya kepada Allah SWT. Jika keadaan menjadi de mikian, semua makhluk Allah termasuk binatang buas akan respek terhadap para pencinta Tuhannya.

Para Walisongo juga diceritakan banyak melakukan sesuatu yang sangat menantang, tetapi mereka lewati tanpa ada masalah. Mereka seperti bersahabat dengan alam raya. Mereka tidak mengenal istilah binatang buas yang membahayakan atau alam yang ekstrem dan mencelakakan. Semua mereka lalui dengan keyakinan, Wa la haula wa la quwwata illa billah al-‘Aliy al-‘Adhim (Tiada Yang Maha Kuasa selain Allah SWT).

Belajar dari pengalaman para nabi dan wali di atas, jika kita sudah memiliki daya tahan tubuh, daya tahan mental psikologis, lalu disempurnakan dengan daya tahan batin dengan doa dan keyakinan yang mendalam, tidak perlu terlalu takut kepada makhluk karena mereka tidak mungkin akan mengganggu kekasih Tuhan. Allahu a’lam.

Kita juga sering menyaksikan pa wang ular kobra, buaya, harimau, dan burung-burung elang mendemonstrasikan keakrabannya dengan binatang liar. Mereka tidak mungkin bersahabat dengan sesuatu yang membahayakan jika tidak tertancap rasa saling mencinta di dalam hati mereka.

Kita diisyaratkan ayat dan hadis, semakin dekat kita dengan Sang Pencipta semakin dekat dan respek pula semua ciptaan-Nya.

Semua ciptaan dari Yang Maha Cerdas, Allah SWT, pasti juga cerdas. Pendekatan kita kepada virus korona sebaiknya tidak dengan cara-cara kebencian dan sombong. Siapa tahu korona itu membawa misi tersendiri dari Sang Penciptanya untuk memberi pembelajaran dan penyadaran terhadap manusia. Makhluk halus yang tak terlihat mata kepala ini bisa melumpuhkan dunia, termasuk negara-negara adidaya. Itu belum Dajjal dan Ya’juj dan Ma’juj, yang lebih dahsyat lagi.

Sekian lama Allah SWT menyadarkan kita dengan cara kenikmatan dan keberuntungan, tetapi ti dak digubris, lalu Allah mengubah undangannya dalam bentuk musibah. Jangan-jangan virus ini ditugasi untuk mengembalikan manusia ke atas rel yang benar setelah sekian lama kita menyimpang dari misi utama kita diciptakan sebagai hamba dan khalifah. Satu ekor korona yang marah bisa mencelakai seseorang, tetapi 1.000 korona yang bersahabat dengan kita bisa menjadi vaksin yang memproteksi temantemannya yang mau merusak diri kita. Kehadiran Ramadan di tengah korona pertanda positif untuk kita umat Islam. Bukankan doa kita akan lebih mudah diijabah Tuhan di dalam bulan mulia yang penuh ampunan?



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya