"KAYAKNYA kemarin beratku enggak segitu deh, Mbak. Mungkin alat ini salah," cetus Deista, 24, kepada petugas pengukur umur biologis (body age) yang berdiri di sampingnya, beberapa waktu lalu.
Petugas tersebut hanya tersenyum dan kembali melanjutkan tugasnya. Deista akhirnya diam sambil menatap layar kecil di hadapannya. Namun, ia kembali tidak bisa menutupi keterkejutannya saat alat pengukur menampilkan hasil perhitungan umur biologisnya.
Angka 31 terpampang jelas di layar hingga membuat wajah perempuan berkaca mata itu pucat pasi. Itu berarti usia tubuhnya tujuh tahun lebih tua daripada usia sebenarnya.
"Udah (ukuran) berat badan buat shocked, (hitungan) usia biologis juga buat shocked. Jadinya, double shocked," sahutnya kepada Media Indonesia saat ditemui di Jakarta Health Week 2015, Jakarta.
Account executive di sebuah majalah itu mengaku awalnya tidak percaya karena berat badannya sebulan lalu masih di angka ideal.
Belakangan, ia mulai menerima dengan perhitungan tersebut karena mengaku tidak terlalu menjaga gaya hidupnya. Ia sering kali melewatkan asupan sayur dan buah dalam menu makannya sehari-hari.
Ia juga hanya mengandalkan jalan kaki yang tidak pernah sampai 30 menit sehari sebagai caranya berolahraga. "Ini pelajaran buat aku. Aku harus lebih sayang sama diri sendiri. Ternyata ngerasa sehat itu belum tentu sehat," cetusnya.
Bukan hanya Deista yang mengalami keyakinan semu tersebut. Dalam survei Jakarta Professional Health Index 2015 ditemukan bahwa 90% responden yang berlatar belakang kalangan profesional di Jakarta dan sekitarnya merasa bahwa diri mereka sehat.
Mereka beralasan selama mereka belum masuk rumah sakit, itu menandakan diri mereka sehat. Padahal, survei tersebut juga mengungkapkan hanya 50% dari responden yang menjalankan gaya hidup sehat.
"Ini sesuatu yang ironis yang harus dicermati. Bahwa banyak dari kita yang overconfident dengan kesehatan kita sendiri," ujar Vice President PT Cerebos Indonesia Agus Setio Joewono sebagai penggagas survei tersebut.
Lemak tubuh Spesialis gizi klinis dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Inge Permadhi SpGK, menyatakan umur biologis ialah usia tubuh yang dipengaruhi kondisi kesehatan secara umum. Banyak cara untuk menghitungnya, tapi yang paling umum ialah berdasarkan komposisi lemak dalam tubuh. Sel lemak mengeluarkan zat-zat yang sifatnya oksidatif/radikal bebas yang menyebabkan umur sel lebih tua.
"Karena itu, orang gemuk cenderung memiliki usia biologis yang lebih tua," sahut Inge pada kesempatan berbeda.
Penghitungan usia biologis itu bermanfaat untuk mengetahui kelebihan lemak tubuh. Informasi itu berguna untuk memicu Anda hidup lebih sehat.
Lemak memang diperlukan tubuh sebagai insulator, isolator panas tubuh dan sumber energi, tetapi kebutuhannya terbatas hanya 30% dari total asupan energi harian.
"Kalau berlebihan, dia akan kirim sinyal-sinyal radikal bebas," ujar Inge. Hal itu tidak bisa dibiarkan tanpa intervensi perilaku sehari-hari. Inge mengatakan orang yang kelebihan komposisi lemak harus mengubah pola makan dan bentuk aktivitasnya sehari-hari. Semua itu harus dimulai secepat mungkin karena pertambahan usia akan mempersulit upaya mencapai bobot ideal."Dengan semakin tua, metabolisme menurun. Karena itu, semakin tua seseorang cenderung lebih gemuk daripada saat dia muda," paparnya.
Bergerak dan beristirahat Inge menyarankan agar memilih olahraga yang bersifat aerobik sebagai cara untuk membakar lemak sekaligus menjaga kebugaran. Contohnya ialah berjalan, berenang, dan bersepeda. Waktu ideal yang harus dipenuhi adalah 150 menit per minggu.
"Jangan sampai terengah-engah. Kalau terengah-engah, sifatnya jadi anaerobik, sedangkan kita ingin membakar kalori," ingatnya. Tidak hanya berolahraga, pola tidur pun harus dijaga. Enam jam ialah waktu yang cukup untuk orang dewasa beristirahat. Jika kurang, tubuh akan lemas dan tidak kuat untuk menjalankan aktivitas seharian. Anda bisa saja melampiaskan kekurangan tidur Anda di hari-hari kerja saat akhir pekan tiba. "Tapi jangan sampai kebablasan juga. Nanti malah tidak segar akhirnya," pungkasnya. (H-1)