Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
BENTROKAN berdarah antara dua suku besar di Rwanda, yaitu suku Tutsi dan Hutu, dimulai. Dalam waktu tiga bulan, kelompok ekstremis Hutu membunuh secara massal sekitar 800 ribu orang Tutsi dan orang-orang moderat dari sukunya sendiri.
Akibat perang besar itu, dua juta warga Rwanda terpaksa mengungsi ke tempat lain yang lebih aman. Bentrokan antara dua suku besar di Rwanda ini memang memiliki akar sejarah sejak puluhan tahun lalu.
Pada 1994, sebenarnya sudah terjadi rekonsiliasi antarpemuka suku.
Disepakati bahwa mereka akan membentuk pemerintahan koalisi lewat pemilihan umum yang demokratis. Akan tetapi, pada April tahun itu, terjadi insiden misterius berupa jatuhnya pesawat yang mengangkut Presiden Rwanda yang berasal dari suku Hutu.
Kelompok ekstremis Hutu menuduh suku Tutsi berada di balik insiden itu dan langsung mengobarkan perang antarsuku. Suku Hutu yang merupakan kelompok mayoritas di Rwanda dikenal dekat dengan Prancis. Tutsi secara terang-terangan mendapatkan dukungan dari AS. Akhirnya, berkat dukungan AS, kelompok minoritas Tutsi berhasil meraih kemenangan dan hingga kini menjadi rezim yang berkuasa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved