Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PEMERINTAH melalui Kementerian Kesehatan telah menetapkan penggunaan Rapid Antigen sebagai salah satu metode untuk pelacakan kontak, penegakan diagnosis dan skrining Covid-19 dalam kondisi tertentu.
Dalam grafik yang dipublikasikan di Nature 590, 202-205 (2021) dengan judul "Rapid coronavirus tests: a guide for the perplexed" adaptasi dari Crozier et al. Br. Med. J. 372, n208 (2021), terlihat jelas mengenai sensitivitas diagnosis PCR dan Rapid Antigen.
Baca juga: Ini 3 Gejala Kanker Prostat, Penyakit yang Diidap Kak Seto
Ahli genomika molekuler, Riza Putranto, mengutip hasil penelitian itu bahwa PCR mampu mendeteksi virus dari masa pre-simptomatik (sebelum gejala), masa menular hingga paska-menular (sudah sembuh). Namun kekurangannya, PCR membutuhkan waktu lebih lama dibanding Rapid Antigen.
"Rapid Antigen mampu mendeteksi virus utamanya saat load virus tinggi seperti pada masa menular (hari ke 5-7 onset gejala). Rapid Antigen hasilnya keluar dalam hitungan menit-jam," tulisnya di akun Instragram @rizaputranto.
Menurutnya, mengejar kasus dengan Rapid Antigen bisa membantu mengidentifikasi lebih cepat mereka yang berada pada fase menular dan segera bisa diisolasi. Pendekatan ini juga bisa digunakan untuk melakukan tracing kasus positif.
"Yuk, terus aplikasikan 5M dan dukung 3T yang sedang diusahakan untuk ditingkatkan relatif pesat," ajaknya.
5M (Masker, Menjaga Jarak, Mencuci Tangan, Menjauhi Kerumunan, Mengurangi Keluar Rumah) - kewajiban individu. 3T (Test, Tracing dan Treatment) - kewajiban yang berwenang. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved