Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Pengetahuan Masyarakat Soal Mitigasi Bencana Harus Ditingkatkan

Atalya Puspa
01/2/2021 14:23
Pengetahuan Masyarakat Soal Mitigasi Bencana Harus Ditingkatkan
Petugas mempraktekan cara mengevakuasi korban bencana dalam simulasi penanganan bencana gempa dan tsunami di Sulteng.(ANTARA/Mohamad Hamzah )

LETAK geografis dan geologis Indonesia menjadikan wilayah-wilayah Indonesia rawan akan berbagai jenis bencana. Beberapa bencana yang sering terjadi di Indonesia, antara lain gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan banjir. Oleh karenanya, strategi penanganan dan upaya mitigasi yang tepat dengan melibatkan kerja sama dan kolaborasi baik pemerintah maupun masyarakat sangat diperlukan.

“Pemasyarakatan pengetahuan mitigasi bencana ini penting untuk dapat menjangkau publik,” ujar Kepala Biro Kerja Sama Hukum dan Humas LIPI Mila Kencana dalam keterangan resmi, Senin (1/2).

Baca juga: Akhir Tahun Lalu, 164 Ribu Wisman Datang ke Indonesia

Pada kesempatan tersebut, Peneliti Geoteknologi LIPI Eko Yulianto mengatakan bahwa bencana alam seperti gempa dan tsunami merupakan bagian dari siklus bumi, sehingga tidak dapat terhindarkan. Maka dari itu, siaga bencana harus dipahami oleh semua masyarakat. Eko menyebut peristiwa tsunami dan gempa merupakan peristiwa berulang. Oleh karena itu, bencana tsunami dan gempa masa lalu pun dapat menjadi sumber pengetahuan dan peringatan dini untuk peristiwa tsunami yang dapat terjadi di masa mendatang.

“Bencana itu benar-benar berkaitan dengan perilaku manusia. Kitalah yang menentukan apakah sebuah ancaman alam akan berubah menjadi sebuah bencana, atau hanya menjadi ancaman saja.” terang Eko.

Terkait dengan korelasi gempa dan tsunami, Eko menjelaskan, tidak semua gempa berkekuatan besar dapat memicu tsunami. Di sisi lain, gempa berkekuatan kecil pun dapat memicu tsunami jika berlangsung cukup lama.

“Keterampilan untuk melakukan evakuasi mandiri berbasis guncangan gempa menjadi hal yang wajib dimiliki setiap orang. Yang harus diperhatikan adalah lamanya guncangan,” jelas Eko.

Dirinya pun menambahkan beberapa hal penting yang harus dilakukan saat proses evakuasi tsunami yaitu mengabaikan harta benda, melarikan diri tanpa kendaraan, menjauhi sungai dan jembatan, serta berlindung di pohon, bangunan tinggi atau bukit. Selain itu, pembangunan kontruksi rumah dan gedung harus dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor kebencanaan.

Dalam upaya pengurangan risiko bencana, perencanaan tata ruang wilayah juga merupakan kebutuhan vital, terutama untuk mitigasi bencana hidrologi seperti banjir. Peneliti Limnologi LIPI Iwan Ridwansyah menekankan perencanaan tata ruang wilayah harus melibatkan kolaborasi multisektor dan berbasis kebencanaan.

“Pembangunan perlu memperhatikan aspek sumber daya air dan faktor-faktor kebencanaan. Bagaimana tata ruang kota, bagaimana waduk dibangun, bagaimana bendungan dibangun. Supaya bencana seperti banjir dan longsor dapat diantisipasi,” tutur Iwan.

Senada dengan Iwan, Peneliti Geoteknologi LIPI Adrin Tohari menyatakan permasalahan kebencanaan yang harus diselesaikan antara lain regulasi tata ruang yang berkaitan tentang kerentanan lereng, tingkat pengetahuan masyarakat dan pemerintah daerah terhadap bencana longsor, serta sistem peringatan dini. “Sistem peringatan dini gerakan tanah perlu diperkuat, masih banyak wilayah dengan risiko tinggi namun belum memliki sistem peringatan,” ungkapnya.

Adrin pun menyebutkan bahwa dalam upaya pencegahan dan mitigasi bencana, LIPI telah mengembangkan teknologi stabilisasi lereng berbasis drainase siphon bernama The Greatest LIPI (Technology of Gravity-driven Groundwater Extraction for Slope Stabilization). Teknologi ini dikembangkan untuk membantu mencegah risiko terjadinya longsor.

Sementara itu, untuk membantu meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat akan terjadinya bencana longsor, LIPI pun telah mengembangkan teknologi pemantauan ancaman longsor berbasis nirkabel, yaitu LIPI WISELAND. 

LIPI WISELAND atau Wireless Sensor Network for Lanslide Monitoring yang dikembangkan melalui kolaborasi dengan Pusat Penelitian Fisika LIPI, terdiri dari tipe stationary untuk menjangkau daerah yang luas, tipe mobile untuk memonitor langsung di lokasi, dan tipe personal stand-alone untuk kebutuhan personal memantau ancaman tanah longsor di sekitar rumah tinggal. (OL-6)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya