Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Varian Baru Covid-19 Belum Terdeteksi di Indonesia

Suryani Wandari Putri Pertiwi
15/1/2021 21:23
Varian Baru Covid-19 Belum Terdeteksi di Indonesia
Ilustrasi Covid-19(Ilustrasi)

COVID-19 strain baru yang diteukan di Inggris dan Afrika Selatan menambah kekhawatiran baru bagi masyarakat Indonesia, hal ini karena dilaporkan virus korona varian baru ini telah menyebar ke beberpa negara. 

Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) Ardiana Kusumaningrum menyatakan sampai saat ini belum ada virus mutasi korona strain Inggris yang dinamai varian VOC202012/01 ini ditemukan di Indonesia. 

"Belum menemukan mutasi korona dari Inggirs atau Afrika Selatan itu di Indonesia," ungkap dokter yang akrab dipanggil Arum ini pada webinar RSUI bertajuk COVID-19 Update: Kondisi Terkini dan Vaksinasi, Jumat (15/1). 

Hal ini menurutnya berdasarkan diagnosis molekuler PCR dengan melakukan sekuensing. "Secara prinsip kita akan mengetahui sususnan dari asam nukleat yang membentuk virus tersebut," katanya, 

Berdasarkan data dari GISAID per 11 Januari 2021 pukul 19.00 WIB, ia pun mengatakan jumlah genom atau yang sudah dilakukan sekuensing baru 193 sampel.

Dari jumlah genom tersebut diketahui terdapat 2053 jumah mutasi SARS-Cov-2 di Indonesia sejak Maret 2020 hingga Januari 2021 "Mutasi ini alami terjadi alami terjadi yang mana secara umum varian covid yang ada di Indnesia adalah sama yang ada di dunia. 

Baca juga : Meski Ada Vaksin, Pelacakan Kasus Covid-19 Harus Terus Optimal

Menurut Arum, sampai saat ini sampai saat ini belum terdapat bukti ilmiah yang menyatakan bahwa mutasi baru membuat virus SARS-COV-2 lebih ganas atau menyebabkan sakit yang berat. 

"Jadi kekhawatiran bahwa kondisinya akan jauh lebih buruk itu belum terbukti secara ilmiah," kata Arum. 

Namun, lanjutnya, varian baru lebih cepat menular. Untuk varian yang iteukan di Inggis laju percepatannya antara 50-74% lebih cepat dibanding varian sebelumnya sedangkan varian baru Afrika Selatan aara 2 sampai 3 kali lebih cepat. 

Akibatnya, penularan virus yang tidak dihambat ini akan meningkatkan peluang mutasi lain karena mutasi akan terjadi setiapvirus masuk ke dalam tubuh manusia. 

"Resikonya rumah sakit yang kita punya kapasitas terbatas akan cepat penuh sehingga ada pasien yang kondisinya berat tidak bisa ditangani dengan baik sehingga menimbulkan efek yang fatal juga," pungkasnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya