Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Jangan Salah Duga Radang Sendi

Cri Qanon Ria Dewi
27/5/2015 00:00
Jangan Salah Duga Radang Sendi
()
SUDAH hukum alam dengan bertambahnya usia, terjadi penurunan fungsi pada jaringan tubuh, antara lain menurun fungsi sendi dan keropos tulang (osteoporosis).

Banyak masyarakat menghubungkan osteoporosis dengan nyeri sendi. Padahal, kedua hal tersebut berbeda. Nyeri sendi yang salah satunya karena osteoartritis (radang sendi, penuaan sendi) merupakan salah satu gejala dari penyakit penuaan sendi.

Sementara itu, osteoporosis merupakan penyakit yang ditandai dengan menurunnya kepadatan tulang, atau secara awam dikenal sebagai tulang keropos.

Head of Hip, Knee, & Geriatric Trauma Center Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk, Dr dr Franky Hartono SpOT(K) mengutarakan banyak pasien yang datang dengan keluhan seputar tulang dan sendi, tetapi mereka menduga menderita osteoporosis atau asam urat.

"Akan tetapi, sering kali kami menemukan permasalahan tersebut sebenarnya merupakan manifestasi dari beberapa penyakit lainnya, khususnya pada pasien-pasien yang sudah lanjut usianya," terangnya ahli bedah tulang tersebut.

Hal itu terjadi, jelasnya, disebabkan pasien dalam mengatasi sakit mereka dalam jangka waktu lama mengonsumsi obat penghilang rasa sakit atau obat asam urat.

Akibatnya, penderita mengalami penyakit lain karena mengonsumsi obat tersebut.

Menurut spesialis tulang Rumah Sakit Siloam Kebonjeruk, Jakarta, Dr Karina Besinga SpOT (K), osteoartritis berhubungan dengan bantalan tulang yang terus menipis seiring dengan bertambahnya usia. Kondisi itu terjadi karena kemampuan tubuh untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak akan sangat berkurang ketika berusia lanjut.

Radang sendi merupakan penyakit in? amasi yang menyebabkan sendi menjadi bengkak dan sakit. Lokasi yang paling sering terjadi ialah sendi lutut dan panggul.

"Kalau bantalan tulang menipis, sulit untuk kembali lagi," ujarnya Penipisan bantalan tulang, menurutnya, bisa lebih cepat akibat gaya hidup, yakni dengan mengonsumsi makanan tidak sehat dan beralkohol dan merokok. Itu bisa juga disebabkan kegemukan yang mengakibatkan tulang menahan beban berlebih.

Osteoartritis bisa juga disebabkan cedera tulang akibat berolahraga atau cedera yang didiamkan dalam jangka lama. "Penipisan sendi banyak diderita pria berusia di bawah 40 tahun dan didahului riwayat cedera."

Sebaliknya, penyakit itu akan banyak diderita perempuan pada usia 40 tahun ke atas karena berkurangnya kadar hormon estrogen pada tubuh perempuan menjelang menopause.

Bisa diobati
Osteoartritis, menurutnya, memiliki empat tingkatan dengan gejala dan penanganan yang berbeda-beda. Karena itu, sebelum tindakan dilakukan, dokter akan melakukan pemeriksaan radiologi untuk menentukan tingkatan (grade) osteoartriris yang diderita.

Tingkatan pertama ialah munculnya nyeri, tetapi tidak sering ketika beraktivitas.

Kedua, nyeri menjadi lebih sering walaupun tidak beraktivitas.

"Pada grade satu dan dua, penanganannya berupa obat-obatan untuk mengatasi rasa nyeri dan juga latihan untuk memperkuat otot. Bila produksi pelumas di sendinya sudah berkurang, terkadang juga dibutuhkan suntikan pelumas pada sendi," ujar Karina.

Pada grade tiga, nyeri pada sendi juga disertai kekakuan sendi. Tandanya bisa dikenali saat terdengar bunyi `krek' ketika menaiki tangga. Kemudian grade empat atau osteoartritis berat, bentuk lutut sudah menyerupai huruf O atau X. Pada kondisi itu, lutut sudah sulit untuk ditekuk.

Franky Hartono menambahkan, radang sendi berat bisa diatasi dengan pergantian sendi. "Setelah operasi, pasien akan merasakan kualitas hidup yang lebih baik."

Ia mengutarakan banyak pasien yang datang berobat dalam kondisi yang sudah parah. Padahal, operasi bisa dihindari bila keluhan radang sendi belum parah.

Franky menjelaskan sebenarnya 80% hingga 90% pasien radang sendi bisa diobati dengan pengobatan tanpa operasi. "Kebanyakan mereka bisa sembuh total dengan pengobatan."

Kalaupun operasi ditempuh, jelasnya, RS Siloam telah memiliki Pusat Rehabilitasi Komprehensif Ortopedi-Tulang BelakangSaraf, yang mampu menangani pengobatan dengan sayatan dan rasa sakit yang seminimal mungkin. ""Misalnya operasi dengan endoskopi, artroskopi lensa leat sendi lutut atau panggul."

Biaya operasi, Franky mengutarakan, mencapai Rp75 juta. "Bila dibandingkan dengan pengobatan di luar negeri, biaya operasi radang sendi bisa mencapai sekitar Rp300 juta," ujarnya. (H-2)

[email protected]



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya