Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
LALAT buah dianggap sebagai penyebab eksternal buah-buahan membusuk. Banyak buah penampilan di luarnya mulus ketika dibelah di dalamnya ada belatung. Buah pun tidak bisa dimakan.
Lebih buruk lagi, lalat buah menjadi salah satu hama utama pada komoditas hortikultura. Banyak produk hortikultura gagal ekspor.
Bahkan menurut dosen Departemen Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Agus Susanto, kerugian akibat serangan lalat buah pada buah-buahan bisa mencapai 100%.
Ironisnya belum ada pengendali hama yang efektif dan efisien, khususnya untuk mengurangi lalat betina bertelur di dalam buah.
Dari sini Agus mengembangkan produk atraktan atau penarik lalat berbahan alami. Atraktan ini diperlukan untuk menarik lalat buah jantan dengan senyawa khusus.
Hal ini akan mengurangi jumlah populasi sekaligus mengacaukan pola perkawinan pada lalat buah. Menurutnya, jika populasi berkurang, lalat betina tidak akan melakukan proses kawin dan bertelur.
Bahan utama dari atraktan ini ialah senyawa metil eugenol. Lalat buah jantan butuh senyawa ini sebagai paraferomon atau zat yang bisa membuat lalat buah jantan menjadi lebih unggul sehingga dipilih lalat buah betina sebagai pasangan kawinnya.
Senyawa metil eugenol pada atraktan ini dihasilkan dari bahan alami. Selain tanaman selasih, senyawa ini diperoleh dari limbah daun cengkih.
Guguran daun cengkih dikumpulkan lantas diproses destilasi hingga menghasilkan senyawa eugenol. Senyawa tersebut kemudian dimetilasi sehingga menghasilkan metil eugenol. Tingkat kemurniannya bisa di atas 90%.
Biayanya sangat murah dan atraktan sangat aman. Produk juga tidak membunuh makhluk hidup nontarget.
Agus menjelaskan, dengan metil eugenol, lalat buah jantan akan tertarik. Ia akan otomatis mengerubungi produk atau menjaga yang dipasang atraktan.
Penggunaannya pun cukup mudah, yakni dengan meneteskan cairan produk tersebut pada kapas kemudian digantung pada jaring. Agar dapat membunuh lalat buah, Agus mengatakan jaring tersebut terisi dengan udara sehingga saat lalat berkerumun pada kapas, ia bisa langsung terjebak di udara.
Produk ini lebih banyak menangkap lalat berjenis Bactrocera dorsalis kompleks. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil uji coba yang dilakukan BP3Iptek Jawa Barat. Atraktan yang dikembangkan Agus Susanto bisa menurunkan tingkat kerusakan pada buah-buahan hingga 80%.
Atraktan ini dikembangkan atas hibah penelitian Hibah RAPID Dikti 2015-2017 kemudian Hibah Pusnas Dikti tahun 2018-2020. Sebagai tahap awal, sampel produk sudah banyak dipakai oleh petani di Jawa Barat dan Sumatra. (Wan/H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved