Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Kenali Parosmia, Gejala Baru Covid-19

Atalya Puspa
05/1/2021 15:04
Kenali Parosmia, Gejala Baru Covid-19
Relawan mengikuti tes swab antigen di Yogyakarta.(Antara/Hendra Nurdiyansyah)

SEJUMLAH gejala baru covid-19 bermunculan. Salah satunya, parosmia yang berupa gangguan penciuman.

Dokter Spesialis Telinga, Hidung, Tenggorokan dan kepala Leher Rumah Sakit Akademik UGM Anton Sony Wibowo menyebut parosmia sebagai gejala gangguan penghidu atau penciuman. Hal itu membuat seseorang merasa membau secara berbeda dari yang seharusnya.

"Pasien dengan parosmia mempersepsikan bau yang tidak sesuai dengan kenyataannya," jelas Anton dikutip dari laman resmi UGM, Selasa (5/1).

Baca juga: Presiden Jokowi Divaksinasi Covid-19 pada 13 Januari

Dia memberikan contoh seseorang akan membau bunga mawar seharusnya harum. Namun, pasien mempersepsikan dengan bau yang lain, seperti bau tidak sedap atau bau lainnya. 

Anton menjelaskan persepi bau yang muncul akibat parosmia beragam. Hal itu berbeda dengan gangguan penciuman cacosmia, yang membuat seseorang membau tidak enak secara terus menerus.

Dosen FKKMK UGM berpendapat gejala parosmia cukup banyak dijumpai pada pasien covid-19 di luar negeri. Dalam beberapa penelitian di luar negeri, kemunculan parosmia cukup banyak berkisar 50,3-70%. Sementara, penelitian terkait parosmia di Indonesia belum banyak dilakukan.

Parosmia dapat terjadi pada pasien covid-19 akibat virus SARS Cov 2, yang memengaruhi jalur proses penciuman seseorang. Hal tersebut bisa dari reseptor saraf penciuman (saraf kranial 1), saraf penciuman, atau sampai dengan pusat persepsi saraf penciuman.

Selain akibat virus, kemunculan parosmia juga disebabkan hal yang beragam. Beberapa di antaranya infeksi saluran pernapasan atas, cidera kepala, atau kelainan otak seperti tumor otak.

Baca juga: Guru Besar Unpad Pastikan Keamanan Vaksin Sinovac

Lebih lajut, Anton menjelaskan gangguan penciuman akibat infeksi covid-19 tidak hanya berupa hilangnya kemampuan membau. Atau, anosmia yang telah muncul di awal pandemi dan kini parosmia. 

Namun, terdapat beberapa gangguan penciuman lain. Salah satunya hyposmia berupa menurunnya kemampuan mendeteksi bau. Lalu, cacosmia yang menjadikan seseorang secara terus menerus mencium bau yang tidak menyenangkan.

"Pada infeksi covid-19 terdapat gangguan penciuman atau yang dikenal dengan dysosmia yang bisa berupa anosmia, parosmia, hyposmia maupun cacosmia," pungkasnya.(OL-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya