Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
MENCOBA untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih berkelanjutan atau selaras dengan alam bukan perkara mudah. Terutama bila hal itu dilakukan di Indonesia, negara yang tingkat kesadaran masyarakat, dukungan pemerintah, hingga ketersediaan produk ramah lingkungannya, masih minim.
Hal itu sangat disadari Dwi Sasetyaningtyas, perempuan berusia 28 tahun yang baru saja menyelesaikan studinya di Belanda pada awal 2018. Keinginannya untuk berkontribusi pada pelestarian bumi dengan menerapkan gaya hidup berkelanjutan mengalami hambatan karena minimnya referensi lokal dan produk yang tersedia.
“Pada 2018 itu masih sangat minim sumber referensi platform soal lingkungan terkait gaya hidup selaras alam yang berbahasa Indonesia. Semua sumber dari luar negeri, jadi kadang kurang sesuai dengan kehidupan di sini,” ujar Tyas, sebagaimana ia biasa disapa, ketika dihubungi, Rabu (2/12).
Begitu juga dengan produk-produk yang ramah lingkungan. Tak jarang ia harus mendapatkannya secara impor. Padahal, ia merasa yakin pasti ada orang-orang lain yang juga ingin memulai gaya hidup berkelanjutan seperti yang ia rasakan, tetapi mungkin terhambat kondisi yang tidak mendukung tersebut.
“Waktu itu saya mulai mengurangi sampah pada 2018 sekitar Februari, dimulai dari keluarga sendiri. Tapi waktu itu referensinya mencari caranya hingga produknya itu dari blog atau website luar negeri semua, yang dari Indonesia hampir tidak ada. Sebenarnya bagus, tapi kadang kurang sesuai dengan gaya hidup kami sebagai orang Indonesia. Kadangkadang agak kurang sesuai. Sampai akhirnya berpikir kenapa tidak saya membuatnya dengan memulai mendokumentasikan upaya ku mengurangi sampah melalui sebuah blog,” ujar Tyas.
Sejak saat itu, Tyas mulai menuangkan pengalaman pribadinya dalam menerapkan hidup berkelanjutan lewat artikel sederhana di blog pribadinya. Secara berkala dan konsisten ia menuliskan berbagai hal dalam kesehariannya, khususnya upayanya mengurangi dan mengelola sampah. Ia kemudian memberi nama blog tersebut Sustaination.
“Jadi, waktu itu Sustaination pada 2018 bermula dari blog. Isinya tulisan-tulisan aku tentang perjalananku mengurangi sampah. Itu jadi sangat-sangat berkembang pesat. Aku juga senang karena aku sejak awal berharap banyak orang Indonesia yang memanfaatkannya karena lebih sesuai dengan pola hidup kita. Selain itu, karena ini menggunakan bahasa Indonesia aku berharap akan bisa lebih banyak orang yang baca, paham, dan mau mengadopsi gerakannya,” ujarnya.
Tyas menjelaskan, dalam artikel yang ia buat, bahasa penulisan yang digunakan sangat disesuaikan dengan bahasa keseharian orang yang awam pada isu lingkungan. Dengan begitu, pesan yang disampaikan diharap bisa lebih diterima dan dipahami.
“Jadi, bukan orang yang punya latar belakang edukasi tinggi saja yang bisa memahaminya,” ujarnya.
Seiring perjalanannya, ternyata Tyas kerap mendapat keluhan serupa seperti yang ia rasakan. Banyak orang yang kesulitan menemukan produk-produk alternatif yang lebih ramah lingkungan untuk mengganti berbagai kebutuhan harian mereka.
“Akhirnya aku bantu kurasi dan menyediakan platform berisi produk-produk alternatif yang ramah lingkungan sehingga harapannya teman-teman tidak perlu susah-susah mencari lagi, jadi ada di satu tempat di Sustaination,” ujarnya.
Saat ini, Sustaination berdiri dengan bentuk social enterprise atau bisnis yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi, tetapi juga bergerak di bidang sosial.
“Sustaination bertujuan memberikan dampak positif pada sisi sosial dan lingkungan dengan cara memberikan platform yang bisa digunakan untuk knowledge sharing. Jadi, kita punya blog, Youtube, podcast, dan lain-lain. Di sana kita banyak share mengenai berbagai hal, termasuk soal cara memilih produk yang ramah lingkungan,” ujar Tyas.
Seluruh produk yang dijual di Sustaination telah dikurasi dan memenuhi syarat ramah lingkungan, dari kandungan, proses produksi, hingga pengemasan. Sustaination juga selalu mengedukasi calon pembeli agar selalu belanja dengan bijak atau tak berlebihan.
“Sebanyak 90% produk yang kita jual adalah produk lokal hasil kerja sama dengan mitra-mitra kami dari perajin, penjahit, hingga artisan yang bekerja sama dengan kami,” ujarnya.
Beberapa produk yang dijual ialah menstrual cup, masker kain, produk kebersihan, kecantikan, hingga komposter. Khusus komposter, setiap pembeli juga mendapatkan kesempatan mengikuti workshop cara mengompos dan pembinaan melalui grup Whatsapp selama dua minggu pascapembelian.
“Dengan begitu, mereka bisa belajar cara mengompos dengan baik. Sebenarnya mengompos itu tidak sulit dan sangat berguna untuk mengurangi sampah rumah tangga,” ujar Tyas.
Menanam pohon
Sesuai dengan bentuk usahanya, yakni social enterprise, tidak semua keuntungan yang didapatkan disalurkan untuk Sustaination. Setiap 5% dari keuntungan yang didapat pada setiap pembelian produk akan digunakan untuk penanaman pohon dan konservasi laut. Sudah ada lebih dari 4.000 bibit pohon yang ditanam sejak Sustaination pertama berdiri hingga saat ini.
“Keuntungan dibagi dan didonasikan untuk untuk penanaman pohon. Kita kerja sama dengan organisasi di Semarang, kami menanam bakau di wilayah Demak, Jawa Tengah. Setiap tiga bulanan kami menanam di sana,” ujarnya.
Tyas mengatakan meski bukan hal yang tak mungkin dilakukan, mengajak lebih banyak orang untuk mau ikut mengubah gaya hidup
berkelanjutan tetap tidak mudah. Apalagi, upaya itu juga harus ia lakukan bersamaan dengan upayanya menerapkan pola hidup berkelanjutan yang lebih baik.
“Seperti mengajak orang menjadi lebih sehat itu kan juga tidak gampang. Apalagi ini kita berusaha mengajak orang untuk mengubah gaya hidup menjadi berkelanjutan dan selaras alam itu tentu tidak mudah. Mengubah gaya hidup itu kan tidak mungkin bisa dilakukan dalam semalam. Jadi, tantangannya itu mengajak lebih banyak orang untuk mengubah gaya hidupnya ini,” ujar Tyas.
Untuk bisa menggaet lebih banyak orang, Tyas mengatakan akan terus berinovasi, termasuk mengembangkan media edukasinya ke lebih banyak platform di media sosial. Sebelumnya, Tyas mengaku lebih banyak fokus mengedukasi lewat akun Instagram @sustaination.
“Kalau sekarang kita lagi berusaha untuk reach out ke lebih banyak media sosial. Tadinya kan hanya ada di Instagram, terus kita ada di podcast, terus kita lagi coba untuk merambah ke Youtube dengan membuat konten-konten dalam bentuk video di Youtube dan Facebook. Jadi, harapannya kita bisa menggaet lebih banyak orang untuk at least aware dulu dengan isu ini,” tutupnya. (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved