Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Mereka Menerjemahkan Karakter Pancasila

Palce Amalo
25/11/2020 01:40
Mereka Menerjemahkan Karakter Pancasila
Guru mengajar makna Pancasila kepada siswa kelas 5 SD Tanah Tinggi 1, Tangerang, Banten, Rabu (1/6/2020).(ANTARA FOTO/Lucky R)

NILAI-NILAI karakter Pancasila sangat perlu ditanamkan kepada siswa sedini mungkin. Dengan demikian, diharapkan akan lahir generasi penerus unggul yang dapat mewujudkan cita-cita bangsa.

Kepala Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hendarman menjelaskan Pancasila adalah dasar negara dan menjadi pedoman bagi bangsa Indonesia. Sila-sila yang ada pada Pancasila harus diaplikasikan untuk menciptakan sumber daya manusia Indonesia unggul dan nilai-nilai Pancasila menjadi ciri dari setiap insan individu Indonesia.

Pelajar Pancasila, kata dia, diharapkan memiliki enam karakter utama yakni beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kebhinnekaan global, bergotong royong, dan kreatif.

Untuk itu, Puspeka melibatkan banyak pihak untuk menanamkan atau menyosialisasikan nilai-nilai Pancasila, dari tenaga pendidik, orangtua, generasi muda, dan lainnya.

Namun demikian, guru atau tenaga pendidik menjadi garda terdepan dalam menanamkan nilai Pancasila dari mulai tingkat pendidikan paling awal yakni pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga sekolah menengah. Merekalah yang berperan menerjemahkan karakter Pancasila dengan berbagai cara agar dimengerti para siswa untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Hal inilah misalnya dilakukan Suster Rosa Takene, Guru Kelas II SD Katolik Assumpta Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebelum pandemi covid-19 atau saat kegiatan belajar mengajar di sekolah berlangsung normal, pengajaran karakter pancasila mengunakan contoh dari kebiasaan di masyarakat.

“Saya panggil siswa ke depan kelas kemudian minta mereka mempraktikkan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa yaitu bagaimana mereka berdoa di rumah dan tempat ibadah masing-masing,” kata Rosa Takene.

Untuk sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Suster Rosa lebih menekankan pada sikap saling mengasihi dan keadilan kepada sesama. Misalnya, siswa saling mengasihi di kelas, jika ada seorang siswa meminjam pensil kepada temannya, wajib dipinjamkan. “Itu contoh mengasihi teman, kalau teman pinjam, kita berikan,” katanya.

Kendati begitu, ia mengakui, bukan tidak ada kendala dalam penerapan karakter Pancasila kepada siswa. Kendala itu antara lain, penerapan kelima sila pancasila tidak lanjutkan di rumah siswa lantaran yang diajarkan di sekolah belum tentu langsung tertanam dalam diri anak.

Akan tetapi, dengan terusmenerus mengajarkan karakter Pancasila kepada anak didik, ia yakin mereka menjadi lebih paham. “Memberikan contoh penerapan Pancasila membuat anak didik lebih paham daripada memberikan penjelasan tentang arti dari lima sila Pancasila,” jelasnya.

Salah seorang guru PPKN SMK Imanuel, Kota Sorong, Papua Barat, Merry juga mengakui pengajaran karakter Pancasila perlu diterapkan siswa dalam kehdupan sehari- hari agar siswa mudah mengerti.

Ia mencontohkan pada sila ketiga yakni Persatuan Indonesia, diajarkan kepada siswa mengenai nilai kecintaan terhadap negara dan bangsa Indonesia. “Ini dilakukan dengan cara menghargai perbedaan antara siswa serta mengingatkan siswa untuk selalu menjauhi konflik karenga adanya perbedaan-perbedaan,” tuturnya.

Bahkan, ia memiliki cara unik agar siswa mengerti nilainilai Pancasila. “Saya meminta siswa agar membuat drama pendek yang bisa dipraktikkan sehingga mereka mengerti dan menghayati nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,” ucap Merry.


Kreatif

Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMA Negeri 6 Jakarta Unro menambahkan sebelum mendidik dan mengajari siswa dalam penanaman nilai Pancasila, guru harus memahami dan mempraktikkan nilai-nilai Pancasila itu sendiri. “Ia harus menunjukkan nilai Pancasila dengan sikap, sehingga menjadi teladan bagi siswa mereka,” kata dia.

Unro lalu menceritakan pengalamannya mengajar saat pembelajaran jarak jauh (PJJ). Ia menggelar ruang diskusi isuisu terkini untuk membangun nalar kritis siswa. Kemudian, saat sesi tanya jawab, ia menerapkan aturan kata sandi lagu kebangsaan. “Jadi, saat ada yang ingin bertanya ada kata sandinya seperti menyanyikan lagu kebangsaan. Ini juga untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme,” kata Unro.

Begitu juga nilai-nilai lain di Pancasila, seperti sila kedua, yakni Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Ia mengatakan guru harus memulai menunjukkan nilai-nilai dalam pasal itu, seperti gemar menolong dan peduli dengan sesama.

“Guru bisa menunjukkan kepeduliannya kepada para siswa dengan bertanya kabar dan orang di sekitar lingkungan siswa. Hal itu dapat menumbuhkan rasa peduli pada diri siswa,” tutur Unro.

Lebih lanjut, Unro yang juga Ketua Umum Asosiasi Guru PPKn Indonesia (AGPPKnI) itu mengatakan dengan peran pentingnya menanamkan nilai Pancasila, guru harus sabar dan kreatif. Terlebih, ketika PJJ yang berlangsung selama pandemi covid-19.

“Guru harus sabar menghadapi anak-anak yang kita tahu belajar ini tak terbiasa di rumah dan menggunakan teknologi, tapi yang paling penting baik PJJ atau tatap mata tetap memberikan keteladanan kepada anak dan harus kreatif,” terang Unro.

Sementara itu, pengamat pendidikan Darmaningtyas menyarankan perlunya penanaman toleransi sebagai penerjemahaan nilai-nilai Pancasila dalam dunia pendidikan melalui pendekatan sosial, budaya dan seni, terutama dengan budaya lokal.

Ia menyarankan sebaiknya pemerintah menggalakkan kegiatan seni budaya di masing- masing wilayah. “Seperti di Yogyakarta hampir setiap sekolah memiliki gamelan yang dijadikan instrumen untuk pendidikan karakter,” tutupnya. (MS/Ant/Faj/S3-25)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya