Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Autoclave Solusi Aman Pengolahan Limbah Korona

MI
21/11/2020 00:40
Autoclave Solusi Aman Pengolahan Limbah Korona
(Sumber: Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan UPN Veteran Jatim/Kementerian LHK/Tim Riset MI-NRC)

SELAMA masa pandemi covid-19, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat kenaikan volume limbah infeksius/medis hingga 30% sebanyak 1,66 juta ton dari 34 provinsi. Limbah yang mengandung mikroorganisme itu tergolong berbahaya dan dapat menjadi media penularan virus korona dan virus lain, seperti hepatitis.

Untuk memastikan limbah medis tersebut tidak menularkan virus, pemerintah mendorong pengolahan limbah yang aman dengan cara termal menggunakan autoclave dan insinerator.

Insinerator memang dapat memproses limbah medis dalam jumlah besar. Namun, dibutuhkan alat pengendalian pencemaran udara dan lahan luas untuk itu. Sistem pengoperasiannya pun cukup kompleks dan tidak semua RS di Tanah Air memiliki teknologi tersebut.

Karena itu, Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 (PSLB3) KLHK Rosa Vivien Ratnawati menyarankan autoclave
menjadi salah satu alternatif.

“Dengan autoclave, limbah infeksius diolah melalui proses hidrotermal dengan temperatur kisaran <170 derajat celsius. Proses ini umumnya bertujuan menghancurkan komponen organik limbah dan mengubahnya menjadi produk yang lebih sederhana dengan bantuan media air/air limbah,” beber Vivien kepada Media Indonesia, kemarin.

Menurut Kepala Loka Penelitian Teknologi Bersih (LPTB) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Ajeng Arum Sari, penggunaan autoclave sebagai penanganan limbah B3 dari fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) sesuai dengan saran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

“WHO juga menyarankan penggunaan autoclave melalui module 15 sebagai Nonincineration Treatment Disposal of Healthcare Waste pada Global Healthcare Waste Project,” ungkapnya.

Berdasarkan penelitian dari Darnell et al (2004), virus SARS-CoV dapat diinaktivasi dengan pengolahan termal pada suhu 56 derajat celsius selama 90 menit, 75 derajat celsius selama 45 menit, atau 120-140 derajat celsius selama 30 menit. “Sehingga teknologi autoclave dengan temperatur <170 derajat celsius laik untuk digunakan saat ini,” serunya.

Apalagi, dengan kekurang insinerator di sejumlah daerah, khususnya di luar Jawa, teknologi tersebut menjadi alternatif yang aman. Untuk diketahui, perbandingan jumlah perusahaan jasa pengolah limbah medis di luar Jawa dan di Jawa sebesar 4:13 dengan perbandingan kapasitas (ton/hari) sebesar 18,6:233,88. (Faustinus Nua/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya