Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Akses Pendidikan Tanpa Hambatan

Mediaindonesia.com
09/11/2020 08:00
Akses Pendidikan Tanpa Hambatan
Anak-anak Suku Sasak menggunakan akses internet Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) di Desa Sade, Lombok Tengah, NTB.(MI/Susanto)

PENDIDIKAN merupakan hak asasi setiap bangsa. Dengan kondisi pandemi covid-19 saat ini, telekomunikasi merupakan aksesibilitas tanpa disadari yang menjadi bagian penting untuk membimbing generasi bangsa meski di wilayah terluar sekalipun.

Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terus melakukan pembangunan infrastruktur jaringan kabel optik di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) Indonesia. Salah satunya di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Staf Ahli Kominfo Henri Subiakto menyampaikan, tugas Bakti Kominfo ialah menyiapkan infrastruktur dalam konteks transformasi digital. Infrastruktur yang dimaksud adalah fiber optik.

Baca Juga: Internet Bakti Mudahkan Pengamanan Batas Negara di Atambua

“Ada juga BTS (based transceiver station) untuk masyarakat agar bisa mendapat akses internet, ada juga beberapa titik layanan yang kita pasangi jaringan seperti sekolah atau di kantor pelayanan seperti kelurahan dan puskesmas,” jelas Henri dalam tayangan Bakti untuk Negeri di Metro TV, Sabtu (7/11).

Henri mengatakan, selama pandemi covid-19, jaringan internet memang amat penting. Program ini sekaligus berkorelasi dengan digitalisasi.
“Tanpa adanya pandemi tentu tidak ada tuntutan digitalisasi. Apalagi Indonesia penduduknya amat banyak. Presiden Joko Widodo mengamanatkan agar seluruh warga mendapatkan akses internet, meski daerah 3T. Ini yang sedang dikerjakan oleh Bakti,” jelas dia.

Baca Juga: BAKTI Kominfo Pacu Infrastruktur TIK

Kepala Sekolah MTS Negeri 3 Sumbawa, Lalu Istiqlal, menyampaikan, saat ini para guru sedang prihatin dengan kondisi pembelajaran selama masa pandemi. Ada sekitar 25% anak didik yang kesulitan mendapatkan akses internet serta kurangnya fasilitas belajar secara online (daring).

“Hambatan siswa dan para guru adalah soal akses. Karena tidak semua siswa bisa mengakses jaringan internet. Ada juga yang terpaksa harus luring (tatap muka) dengan tetap mematuhi protokol kesehatan,” jelas dia.

Menurut dia, dengan adanya pandemi dan kondisi belajar online, pihaknya semakin memahami pentingnya melek digital. Sebab, ternyata masih banyak peserta didik yang kebingungan saat berhadapan dengan perangkat internet dan jaringannya.

“Terlihat sekali gaptek (gagap teknologi), padahal mau tidak mau proses transformasi digital harus dilakukan,” lanjut dia.
Rameliati, siswi MTS Negeri 3 Sumbawa, mengaku terpaksa tetap berangkat ke sekolah untuk belajar lantaran sulit mendapatkan akses internet dan tidak memilki telepon selular (ponsel). Padahal, jarak antara rumah dan sekolah sekitar 5 kilometer.

“Biasanya saya pinjam ponsel kakak tapi kalau sedang pakai ya ke sekolah dengan naik gerobak (delman),” tandas dia. (Gan/S2-25)

  

     

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya