Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
NAMA Muthia Zahra Feriani, 28, memang masih terbilang baru di industri audiovisual. Serial Jadi Ngaji menjadi salah satu garapan awalnya dalam berkarier sebagai sutradara.
Sebagai lulusan mahasiswa hukum, Muthia Zahra Feriani memulai karier dengan berprofesi pengacara. Saat itu, ia banyak menangani masalah hukum di bidang hak kekayaan intelektual (HKI).
Namun, kecintaannya pada seni membuatnya kini semakin intens. Semasa kuliah, dirinya pernah menyutradarai beberapa pentas seni pertunjukan di kampusnya.
“Di masa ini, keseharian saya adalah teater, musik, drama musikal, dan kuliah. Saya mulai aktif menulis naskah, membuat pertunjukan, dan menulis lagu. Tapi tekad utama saya adalah tetap mendapatkan nilai akademik yang baik, seperti janji saya kepada Ibu, walaupun porsi tidur saya menjadi sangat minim, hanya 2-3 jam sehari,” kenang Muthia dalam sesi bincang-bincang bersama Goplay, baru-baru ini.
Pada awal kelulusannya, ia sempat gamang dengan jalur kariernya. Ia sempat mendapat tawaran dari firma hukum ternama. Orangtuanya memang mengharapkan Muthia berkarier di jalur hukum.
“Saya akhirnya memilih untuk menjadi asisten dosen begitu lulus kuliah. Sambil terus menimbang dan berpikir kembali, langkah karier yang akan saya pilih selanjutnya. Di tahap ini, saya masih terus menulis naskah teater dan lagu. Sambil terus meyakinkan Ibu mengenai keinginan saya untuk meniti karier di bidang seni yang memang saya sukai,” cerita Muthia.
Perempuan kelahiran Bandung, 25 februari 1992 itu kemudian aktif mengikuti lokakarya di Wahana Kreator. Di situ, dirinya menimba ilmu penulisan skenario pada Salman Aristo dan membuat film pendek.
Sebelum menggarap serial Jadi Ngaji pun, Muthia pernah beberapa kali menggarap film pendek yang diikutkan dalam kompetisi. Ia juga beberapa kali menggarap musik video milik beberapa musikus seperti Bunga Citra Lestari, Mocca, Rahmania Astrini, dan Trisouls.
Dalam serial Jadi Ngaji, Muthia bertindak sebagai showrunner, sutradara, dan penulis skenario. Serial tersebut tayang sejak awal Oktober di layanan streaming Goplay. Itu menjadi debut karyanya di platform video on demand.
Jadi anutan
Ada banyak pelajaran yang dipetik Muthia sepanjang perjalanan kariernya, termasuk perubahan prinsipnya pada seni. Mulanya, ia menjadikan seni sebagai hobi yang menyenangkan.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Muthia semakin memantapkan langkahnya berkarier di industri perfi lman Indonesia. “Saya tidak bermimpi untuk menjadi orang besar, tapi saya memiliki harapan karya saya bisa bermanfaat bagi banyak orang dan menjadi rekam jejak yang bisa saya perlihatkan kepada anak saya nanti,” kata peraih Best Picture Wardah Inspiring Movie Competition 2018 lewat film Seikat Jiwa itu.
Salah satu yang menjadi anutan di industri film bagi Muthia ialah Yasmin Ahmad, sutradara ternama Malaysia. Bagi Muthia, sosok Yasmin mampu menghasilkan karya-karya yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga memiliki ciri khas.
“Di setiap film Yasmin selalu dibuka dengan lafaz bismillah, dan tidak terbatas pada film religi. Ini jadi bentuk kekuatan sekaligus caranya berpasrah atas kehendak Tuhan. Ini yang juga akan saya bawa pada setiap karya saya ke depan, yang dimulai dari Jadi Ngaji,” pungkasnya.
Dikutip dari laman Linkedin, Muthia Zahra Feriani terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia angkatan 2009 dan lulus pada 2013. Pada JuliNovember 2013 Muthia sempat bekerja di K & K Associate. Setelah itu, Muthia menjadi direktur komunikasi pemasaran dan promosi di Brikradio.com. Ia bekerja di sana selama tujuh tahun lamanya. (H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved