Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
NAMA Sekar Sari mulai mencuat ke publik yang lebih luas lewat perannya dalam film garapan Eddy Cahyono, Siti (2014).
Atas perannya sebagai Siti, Sekar pun diganjar penghargaan Best Performance di Singapore International Film Festival (2014). Ia pun kini semakin kerap muncul di layar untuk memainkan suatu film.
Seperti dalam ko-produksi antarnegara karya Koji Fukada, The Man from the Sea (2018), dan film pendek besutan Wregas Bhanuteja, Tak Ada yang Gila di Kota Ini (2019). Namun, jauh sebelum ia mendapat banyak kesempatan bermain peran, Sekar mengaku dirinya berulang kali mengalami stigmatisasi standar kecantikan.
“Dulu aku pernah ketika terjun ke dunia presenting, saat mau menjadi news presenter untuk TV nasional, semua kriteria masuk. Namun, wajahku dinilai terlalu Jawa dan kurang nasional. Lalu, muncul pertanyaan dalam diriku, yang seperti apa sih wajah nasional itu?” tutur Sekar saat konferensi pers virtual peluncuran web series Paras Cantik Indonesia, program rancangan Indonesia Kaya, Senin (7/9).
Ia pun sempat ragu untuk masuk ke dunia perfilman. Saat itu, menurutnya, yang ditampilkan ialah sosok yang selalu memiliki jenis kulit dan warna yang sudah menjadi standar saat itu.
“Hal-hal seperti itu yang sempat enggak bikin percaya diri untuk terjun ke seni peran. Namun, seiring berjalannya waktu, terlibat di sejumlah film dan bisa menjangkau festival dunia, itu menumbuhkan kepercayaan diri. Ternyata ada ruang yang bisa untuk mengekspresikan olah tubuh, olah rasa dengan apa yang kita miliki,” ujarnya.
Ia berharap, media seperti media massa dan juga indsutri film bisa mengakomodasi keberagaman karakter. “Semoga semakin banyak yang peduli dengan itu. Kita semua sadar bahwa kita ini kaya, dan cantik yang kita miliki itu ialah cantik yang beragam.”
Paras Cantik Indonesia
Baru-baru ini, Sekar Sari terlibat dalam proyek web series yang diinisiasi Indonesia Kaya bertajuk Paras Cantik Indonesia. Sekar menjadi satu di antara sekitar sembilan sosok perempuan yang akan mengisi salah satu episode web series tersebut.
Proyek tersebut sudah dijalankan sejak tahun lalu. Konsepnya mengangkat kisah para perempuan serta menampilkan proyek foto potret oleh Tompi, yang menjadi pembawa acara dalam program web series tersebut.
“Semoga banyak yang semakin sadar cantik itu punya definisi yang beragam. Keberagaman ini ialah kecantikan itu sendiri. Perempuan punya otoritas untuk mendefinisikan cantik yang bukan saja wajah atau fisik, melainkan juga akal dan budi, yakni inner.”
Dengan adanya proyek web series ini pun Sekar menjadi kembali mengingat kembali beberapa hal yang telah ia kerjakan belakangan. Selama ini ia menganggap hal-hal yang dikerjakannya merupakan sesuatu yang biasa saja dalam keseharian.
“Jadi mampu untuk revisiting apa saja yang sudah dikerjakan. ‘Aku sudah lakukan ini ya?’ Mungkin kalau enggak dipancing, itu biasa aja yang dijalani sehari-hari. Namun, dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bisa menjadi lebih reflektif dan menghargai diri sendiri.” (H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved