BADAI pandemi covid-19 belum juga reda. Sementara ancaman krisis di sektor perekonomian dan pangan di depan mata menjadi keniscayaan.
Namun, hal itu tidak terjadi di Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat, tepatnya di lingkungan masyarakat adat Ciptagelar. Di sini masyarakatnya dilarang untuk menjual padi hasil panennya. Tradisi ini pun telah berjalan turun-temurun.
“Aturan di sini itu padi yang panen tidak boleh dijual karena itu merupakan simbol kehidupan kami. Kalau padi dijual, bagaimana dengan kehidupan anak cucu kita nantinya,” ujar Koyod, salah satu warga kasepuhan Ciptagelar.
Dalam urusan pangan di Ciptagelar sampai lima tahun ke depan pun, kata Koyod, akan tetap terjamin. “Tidak akan ada kelaparan karena kita semua memiliki cadangan makanan yang terjamin,” timpalnya.
Mereka sadar bahwa sistem menjualbelikan beras tidak selamanya menguntungkan. Karena itu, mereka lebih memilih menabung beras untuk dikonsumsi sendiri.
“Kalau untuk kebutuhan lainnya, kita bisa menjual hasil perkebunan seperti buah-buahan dan sayuran. Ini sudah sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ujar Ugi Sugriana, Ketua Adat Kasepuhan Ciptagelar.
Hingga saat ini, tradisi menabung hasil panen ini terus dijalankan. Anak-anak muda di kasepuhan pun diharapkan mampu menjaga dan melestarikan adat istiadat mereka. Untuk cara menanam, warga Ciptagelar juga tetap mempertahankan cara tradisional.
Kisah lengkap mengenai tradisi masyarakat Ciptagelar ini dapat dilihat dalam program Melihat Indonesia pada Minggu, 6 September 2020 pukul 10.30 WIB di Metro TV. (RO/H-2)