Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
Pakar keselamatan reaktor nuklir Batan Geni Rina Sunaryo mengungkapkan, salah satu faktor yang menghambat pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia yakni karena banyak masyarakat yang merasa takut dengan adanya PLTN. PLTN sering dikaitkan dengan gempa dan bahaya radiasi.
“Di Jepang gempa juga, sama dengan Indonesia tapi mereka kok sudah punya PLTN. Sebenarnya selalu ada solusi engineering yang bisa diaplikasikan (di PLTN) sehingga kalau terjadi gempa dampak terhadap manusianya itu juga bisa diminimalisir. Mungkin ketakutan akan ada bahaya radiasi juga belum disosialisasikan, padahal setiap hari kita juga sudah bersimbah radiasi dari matahari,” kata Geni dalam webinar Perempuan Bicara Nuklir, Kamis (23/7).
Baca juga: Hari Anak Nasional: Anak Mimika Sampaikan Cita-cita pada Mensos
Selain itu, pembangunan PLTN juga dinilai membutuhkan banyak biaya alias mahal. Menurut Geni, perhitungan tersebut hanya berbasis pada desain namun tidak menghitung parameter risiko dari pembangkit itu sendiri.
Jika dilihat dari data di dunia, PLTN memiliki risiko kecelakaan paling kecil yakni hanya 3,3 korban jiwa per tahun.
“Di dunia, PLTN sudah dioperasikan sekitar 60 tahun dan hanya ada tiga kejadian yakni di Three Mile Island, Chernobyl, dan Fukushima,” tuturnya.
Geni menambahkan, nuklir merupakan sumber energi ramah lingkungan yang menyumbang emisi gas karbon paling sedikit yakni 3-24 gram Co2/KWh. Sedangkan batubara yang paling sering digunakan di Indonesia mampu menyumbang emisi gas karbon hingga 950-1250 gram Co2/KWh.
PLTN juga tidak membutuhkan lahan yang luas, yakni sekitar 6 hektar untuk pembangkit dengan kapasitas 225 MW atau 16 hektar untuk pembangkit berkapasitas 360 MW. Sedangkan untuk membangun PLTA Kedung Ombo dengan kapasitas 22,5 MW, dibutuhkan luas lahan hingga 6 ribu hektar.
Dalam kesempatan yang sama, mantan Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H Legowo menuturkan, kehadiran PLTN mampu membantu Indonesia untuk memenuhi komitmen pengurangan emisi gas karbon sesuai dalam perjanjian Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 mendatang, sebab nuklir merupakan energi yang ramah lingkungan.
Untuk merealisasikan rencana pembangunan PLTN di Kalimantan, Evita menyarankan agar para stakeholder terkait tidak hanya melakukan sosialisasi pada masyarakat tapi juga membentuk tim nasional.
“Ini harus dimulai, tidak hanya dari sosialisasi tetapi betul-betul dilakukan. Perlu adanya tim nasional mengenai persiapan pembangunan PLTN. Mungkin bisa dilakukan antara HIMNI bersama dengan Kementerian ESDM,” tandasnya. (H-3)
Kementerian ESDM meninjau dan mengevaluasi kondisi lapangan terkait tata kelola minyak mentah, serta memastikan kualitas dan kuantitas Bahan Bakar Minyak terjaga hingga ke tangan konsumen
Pertamina EP menggandeng BUMD dan KUD untuk mengoperasikan sumur tua dan sumur idle atau sumur yang menganggur.
Wakil Menteri ESDM, Yuliot, mengatakan bahwa sejak 2020, Indonesia sudah memastikan diri untuk menjalankan program hilirisasi dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
Mantan Menteri ESDM Arifin Tasrif diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk penyelidikan terkait pengelolaan mineral atau pertambangan di wilayah Indonesia bagian timur.
Kementerian ESDM menyatakan PT Pertamina (Persero) menjadi pelaksana penyaluran elpiji 3 kilogram (kg) satu harga secara nasional.
Bahlil Lahadalia angkat bicara terkait Peraturan Menteri ESDM Nomor 14 Tahun 2025 tentang legalitas pengeboran sumur minyak rakyat yang akan berlaku pada 3 Juni 2025 mendatang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved