Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
PERINGATAN Hari Anak Nasional (HAN) yang jatuh hari ini bisa menjadi momentum pengingat bahwa pengasuhan anak bukan hanya tugas perempuan. Persepsi yang menganggap pengasuhan anak ialah bagian kodrat perempuan merupakan hal yang salah.
“Pengasuhan anak merupakan tugas bersama orangtua, perempuan dan laki-laki,” ungkap Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP-PA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati Puspayoga dalam jumpa pers virtual peringatan HAN 2020 di Jakarta, kemarin.
Menurut dia, kodrat perempuan ialah hamil, melahirkan, dan menyusui. Karena itu, pengasuhan anak butuh tanggung jawab dan kerja sama orangtua, bukan hanya perempuan sebagai ibu.
“Memang berbicara tentang anak tidak bisa lepas dari peran ibu. Namun, pengasuhan anak bersama antara ibu dan ayah tak hanya akan melahirkan anak-anak yang pandai, tetapi juga berkualitas, berkarakter, dan sehat mental-spiritual,” jelas dia.
Senada dengan dia, Komisaris Lembaga Pendidikan Duta Bangsa Rachmini Rachman Uno atau dikenal sebagai Mien Uno menyampaikan momentum sekolah dari rumah atau school from home (SFH) yang kini dialami anak-anak selama pandemi covid-19 merupakan kesempatan bagi orangtua untuk mendampingi proses belajar-mengajar anak-anak mereka.
“Di satu sisi fenomena ini jadi momentum yang baik untuk mengembalikan peran keluarga sebagai pendidikan utama untuk anak-anak. Dari keluarga, akan terbangun pendidikan anak yang terbaik. Peran orangtua menentukan tumbuh kembang anak,” tutur Mien Uno.
Ia mengatakan pola pendidikan di keluarga bukan sekadar transfer ilmu. Pendidikan dari lingkungan keluarga bertujuan mengembangkan
potensi diri anak. “Mendidik itu melibatkan diri kita secara emosional untuk memberdayakan seseorang agar menjadi lebih baik,” katanya.
Keteladanan
Ibunda tokoh entrepreneur Sandiaga Uno itu pun menyampaikan pendidikan harus sejalan dengan potensi pengembangan diri anak-
anak. Tiap anak memiliki potensi dan bakat berbeda-beda.
“Jadi, kita mengontrol anak dari kecil, bakat diasah sesuai keandalan dan anugerah Tuhan. Jadi, enggak boleh membandingkan satu
dengan yang lain, apalagi anak tetangga,” jelas Mien.
Selain itu, Mien Uno menyebut pentingnya anak mendapat teladan untuk bersosialisasi di luar lingkungan keluarga sehingga anak-anak memiliki karakter yang baik.
“Saya ingat sekali Ayah dan Ibu menyuruh kami ketika kami kecil-kecil membantu tetangga apabila mau ada pesta. Kadang saya kesal, ‘Kenapa, sih, dibantu?’, tapi ternyata itulah pendidikan. Jadi, sifat membantu hanya bisa diberikan dengan praktik,” jelas dia.
Sementara itu, pakar pendidikan yang juga Ketua Harian Komisi Nasional UNESCO Arief Rachman menyampaikan salah kaprah soal pendidikan yang hanya terpaku pada hasil akhir, yakni nilai sekolah. Padahal, pendidikan merupakan proses anak-anak berkembang dengan suasana menyenangkan.
“Dalam pendidikan di keluarga dan sekolah yang paling penting adalah suasana harus menyenangkan. Kalau suasana menyenangkan, bakal tumbuh kekuatan agama, akan tumbuh kekuatan akal, akan tumbuh kekuatan rasa, dan akan tumbuh kekuatan bermasyarakat sosial dan insya Allah terjamin kesehatannya,” pungkas Arief. (Gan/S-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved