Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Nanggap Hajatan Menjunjung Budaya Lokal

Puput Mutiara/H-1
08/3/2016 02:35
Nanggap Hajatan Menjunjung Budaya Lokal
(MI/RAMDANI)

MENGEJAWANTAHKAN warisan budaya seperti wayang, yang sudah menjadi warisan dunia, di tengah-tengah masyarakat Sunda modern tidaklah mudah.

Namun, Pemerintah Kabupaten Purwakarta punya cara cukup unik dan cerdas yakni mengakrabkan wayang kepada warganya melalui pendekatan tradisi Nanggap Hajatan.

Nanggap Hajatan adalah tradisi mempertontonkan kesenian dalam sebuah pesta pernikahan yang dihadiri banyak orang.

Menurut pemkab, cara tersebut sangat mengena.

Dengan mengalokasikan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah sebesar Rp3 miliar, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi berharap wayang akan lebih mudah dikenal dan disebarluaskan sebagai warisan budaya yang dimiliki masyarakat Sunda.

Diakui Dedi, saat ini kecenderungan orang Sunda semakin jauh dari budayanya, seperti kehilangan ideologi.

Budaya berupa kesenian hanya dipahami sebatas hiburan di atas panggung, tanpa ada unsur pendidikan yang mampu diserap sebagai bahan pembelajaran hidup.

"Ini tantangan buat kita. Minimal masyarakat memiliki intuisi soal budaya pewayangan, jangan sampai anak-anak kita dibikin tidak imajinatif," ujarnya saat Gelar Inagurasi Budaya Purwakarta, Minggu (6/3) malam.

Kang Dedi, begitu sapaan akrab sang bupati, mengungkapkan bahwa setiap bulan sedikitnya ada lima pengajuan subsidi pementasan wayang dari warganya.

Terlepas dari itu, masyarakat berkesempatan menikmati budaya sendiri tanpa terbebani ongkos hiburan.

Dari situ diharapkan semakin banyak warga Purwakarta yang mencintai budaya leluhurnya sendiri.

"Membangun daerah harus berlandaskan kebudayaan. Itu modal terbesar yang diperlukan untuk menyuburkan sektor ekonomi kreatif, kuliner, dan pariwisata," tandas Dedi.

Wayang bukanlah satu-satunya terobosan kesenian khas Sunda yang dilakukan Kang Dedi.

Pada 2015 lalu, Purwakarta menjadi tuan rumah perhelatan spektakuler kebudayaan yang dihadiri perwakilan kelompok kesenian dari 13 negara.

Berkat keteguhan Kang Dedi menjunjung budaya lokal dan diimplementasikan dalam kepemimpinannya, ia dianugerahi penghargaan serta rasa hormat dari Federasi Teater Indonesia (FTI) sebagai Tokoh FTI 2015.

Menurut Budayawan Radhar Panca Dahana, Indonesia butuh orang-orang seperti Kang Dedi yang bisa mengubah perspektif birokrasi menjadi langkah nyata pembangunan berbasis kebudayaan.

Sehingga setiap daerah di Indonesia bisa berdiri di atas kaki sendiri.

Dalam tataran praktis, kebudayaan memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat di semua lini.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya