Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Tiga Profesor Riset KLHK Beberkan Strategi Pengelolaan Kehutanan

Ferdian Ananda Majni
17/7/2020 06:15
Tiga Profesor Riset KLHK Beberkan Strategi Pengelolaan Kehutanan
Foto udara kawasan hutan yang gundul akibat penebangan kayu di Alinayin, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Kamis (25/12/2019).(Antara)

TIGA profesor riset baru di bidang lingkungan hidup dan kehutanan (LHK) lahir di masa pandemi. Ketiga profesor riset yang dikukuhkan tersebut adalah Prof Ris Satria Astana di bidang Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan, Prof Ris Irfan Budi Pramono di bidang Hidrologi Hutan, dan Prof Ris Yulianti di bidang Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan.

Sebagai gelar tertinggi bagi seorang peneliti, jabatan profesor riset berisi tanggungjawab yang besar untuk memajukan pengelolaan LHK di Indonesia. Dalam orasi pengukuhan jabatan mereka, Kamis (16/7), ketiganya membeberkan tantangan pengelolaan kehutanan di Indonesia di hadapan Menteri LHK Siti Nurbaya, Wakil Menteri LHK Alue Dohong, Plt Sekretaris Utama Kemenristek/BRIN Mego Pinandito, Prof Ris. Bambang Subiyanto mewakili LIPI, serta Pejabat Tinggi Madya lingkup KLHK.

Ketiga profesor riset itu mempresentasikan bagaimana upaya KLHK mengatasi tantangan pengelolaan LHK di Indonesia, mulai dari upaya perbaikan lahan kritis dengan peningkatan mutu benih, mitigasi bencana banjir dan kekeringan, serta strategi dan kebijakan untuk meningkatkan PDB sektor riil kehutanan.

Menteri Siti dalam pengukuhan itu mengungkapkan kegiatan litbang berperan penting dalam kemajuan peradaban manusia. Panggung sejarah telah menunjukkan bahwa penguasaan atas Iptek menjadi tulang punggung kemajuan suatu bangsa.

Hadirnya para peneliti yang telah mencapai puncak keilmuan dalam bidang kepakarannya masing-masing ini, disebutkan Menteri Siti merupakan bagian dari upaya KLHK dalam menangani tantangan sektor LHK, yaitu pengelolaan lahan kritis dan peningkatan sektor riil kehutanan di Indonesia.

Mulai dari penggunaan benih berkualitas dan peningkatan peran hutan dalam menghasilkan air untuk mitigasi bencana, hingga peningkatan sektor riil kehutanan dalam rangka pembangunan rendah emisi.

"Bidang bidang ini merupakan bidang dengan konteks yang sangat kuat untuk kemajuan Indonesia saat ini dalam lingkup LHK. Dengan adanya tambahan tiga professor riset baru KLHK, akan memperkuat KLHK dalam mengatasi tantangan-tantangan yang ada," sebut Siti.

Sampai dengan saat ini Kementerian LHK telah memiliki 30 profesor riset, termasuk ketiga profesor yang baru saja dikukuhkan. Jumlah profesor riset yang masih aktif 17 orang dan 13 orang lainnya telah pensiun.

Kurangi emisi

Dalam orasinya, Prof Ris Dr Satria Astana menyampaikan informasi kontribusi hasil hutan kayu, HHBK, dan jasa lingkungan sekaligus menawarkan 3 strategi untuk membangkitkan sekaligus mengurangi emisi sektor riil kehutanan.

Pertama, meningkatkan produksi kayu HTI sebesar 9,5% pertahun. Kedua, memperbaiki property rights dalam pengelolaan hutan. Ketiga, mengoreksi distorsi harga kayu bulat di pasar dalam negeri untuk menjamin biaya pengelolaan hutan secara lestari dapat ditutupi oleh harga pasar kayu bulat.

Kondisi saat ini, menurut Menteri LHK, produksi kayu bulat dan HHBK mengalami kompleksitas persoalan masalah maupun kebijakan. Ini memerlukan rumusan strategi dan kebijakan untuk pengembangan peningkatan agar dapat berkontribusi lebih tinggi terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional.

“Saya bergembira dengan temuan ini.  Sektor riil bidang kehutanan memberikan warna aktivitas perenokomian Indonesia kita.  Apalagi dengan atribusi rendah karbon yang saat ini semakin penting serta upaya pemerintah untuk terus memberantas illegal loging dan mengatasi degradasi hutan alam dan mendorong HHBK dan jasa lingkungan,” ujar Menteri Siti saat menanggapi materi orasi Satria Astana.

Sedangkan, Prof Ris Dr Irfan Budi Pramono menyampaikan bahwa peran hutan dalam mengendalikan hasil air dapat ditingkatkan melalui penerapan teknik konservasi tanah dan air. Ketidaktepatan pemilihan jenis pohon dan terlalu rapatnya tanaman di daerah kering  berpotensi mengurangi hasil air.

Selanjutnya, Prof Ris Dr Yulianti memaparkan bahwa kesatuan mutu genetik, fisik, fisiologis, dan kesehatan benih, akan mempengaruhi performa benih, yang selanjutnya menentukan kualitas bibit hingga produktivitas tanaman di lapangan. Penggunaan benih bermutu dapat meningkatkan produktivitas 30%-50% riap volume pohon. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya