Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Susi Pudjiastuti Kenangan Merawat Ibunda

Ihfa Firdausya
17/7/2020 04:10
Susi Pudjiastuti Kenangan Merawat Ibunda
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti(MI/Sumaryanto)

FOTO mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, 55, ketika menggendong seorang perempuan lanjut usia (lansia) menuju pesawat sempat ramai diperbincangkan pada 2014 silam.

Perempuan lansia yang digendong Susi ialah ibundanya sendiri, Hajah Suwuh Lasminah. Momen dalam foto tersebut diakui Susi terjadi sekitar 2010, jauh sebelum dia menjabat menteri KKP periode 2014-2019.

Dalam webinar bertajuk Pahami Lansia, Bahagia Seluruh Keluarga yang diselenggarakan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Rabu (15/7), Susi mengenang saat-saat dia mengurus ibunya yang sudah meninggal sebelum dirinya menjabat menteri.

Susi mengatakan dirinya berpikir praktis dalam mengurus orangtua. Susi menuturkan kasih sayang dan perhatian pada sang ibu tak jauh beda dengan yang dia berikan kepada anak-anaknya.

“Saya punya tiga anak semua breastfeeding dari hari pertama sampai 1 tahun. Tidak ada makanan 4 bulan sama sekali hanya breastfeeding. Saya lakukan itu karena practical. Saya tenteng ke mana-mana, saya bawa ke mana-mana,” kisahnya.

“Ya, dengan orangtua juga kira-kira sama. Ketika ibu tidak bisa jalan, saya harus siapkan suster khusus untuk satu orang yang memandikan dan apa, tetapi saya juga sering ngajak beliau mandi di bathtub bareng-bareng,” imbuh pemilik maskapai Susi Air tersebut.

Saat memasuki usia 80, sang ibu mulai harus sering minum obat lantaran menderita diabetes sehingga kadar gulanya cukup tinggi. Sering kali Susi dibuat kesal ketika obat-obat itu malah disembunyikan oleh sang ibu ke bawah sofa.

“Saya bilang, ‘nanti ibu sakit tidak bisa lagi sama-sama kita’. Dia bilang: orang sudah tua, sebentar lagi juga mati,” kata Susi.

“Namun, namanya orang sudah tua, masa mau marah. Saya coba mengerti apa itu diabetes, dan segala macam, terus cari dokter yang lain,” imbuhnya.


Aktivitas

Susi menuturkan, dokter yang merawat sang ibu menyarankan untuk mengajak sang ibu lebih banyak beraktivitas.

Hal itu supaya kondisinya lebih stabil sehingga tidak perlu mengonsumsi obat terlalu banyak.

“Dia ikut arisan, dan akhirnya dia punya kegembiraan. Saya ajak juga kalau lagi kerja duduk sebelah saya, saya bicara dengan customer,” ujar Susi yang mendapat gelar doctor honoris causa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada 2017.

“Saya tidak merasa bahwa ibu saya ialah sesuatu yang harus saya umpetin. Saya ajak terbang. Temen-temennya saya undang, mereka punya arisan sebulan sekali,” kisah Susi.

Namun, lanjut Susi, seiring waktu teman-teman anggota arisan ibunya makin berkurang lantaran satu per satu meninggal dunia. Susi pun memanggil orang-orangtua lain agar ibunya selalu punya teman.

“Bekas karyawan pabrik ikan, saya panggilin suruh nemenin. Alhamdulillah opportunity hidup saya memberikan do a lot of things,” tuturnya.

“Waktu ibu saya masih hidup, saya selalu taking her to my day to day life. Tidak saya pisahkan. Dia main dengan anak-anak saya, ngobrol dengan tamu saya,” kata Susi.

Setelah ibunya meninggal, Susi juga masih memperlakukan lansia-lansia adik dari ibu dan bapaknya. “Saya pesan (kepada anak-anak muda), jaga mereka karena begitu mereka tidak ada, it’s a big loss, you’ll miss them. Jadi, love them, treat them, perlakuan mereka dengan baik seperti kita sendiri,” pungkasnya. (H-3)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya