Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
SUHU global rata-rata dalam lima tahun ke depan cenderung 1°C di atas tingkat praindustri di masing-masing tahun pada 2020 hingga 2024. Kemungkinan pula ada kenaikan 20% akan melebihi 1,5° C satu tahun dintaranya.
"Laporan tersebut memberikan pandangan dan informasi iklim untuk lima tahun ke depan yang dapat ditindaklanjuti bagi para pembuat keputusan," kata Deputi Bidang Klimatologi, BMKG, Herizal dalam keterangan tertulis, Rabu (15/7).
Menurutnya, prediksi iklim tersebut dirilis WMO Lead Centre for Annual-to-Decadal Climate Prediction dalam “WMO Global Annual to Decadal Climate Update for 2020–2024” yang keluar pada Rabu (8/7).
Pusat Prediksi Iklim WMO itu mengumpulkan dan menyediakan data analisis, prakiraan, dan verifikasi dari sejumlah kontributor pusat-pusat prediksi iklim di seluruh dunia, dintaranya sembilan Pusat di Daratan Eropa, tiga di Asia,empat4 di Benua Amerika, dan satu di Australia.
"Sebagaimana kita ketahui bahwa pada 2019 lalu, suhu rata-rata bumi sudah lebih dari 1,0°C di atas periode pra-industri. Periode lima tahun terakhir (2014-2019) adalah lima tahun terhangat dalam sejarah catatan data meteorologi," tambah Herizal.
Baca juga : Cegah Penyebaran Covid-19 di Pasar, Perlu Ada Gugus Tugas
Sekretaris Jenderal (Sekjen) WMO, Petteri Taalas, menegaskan hal itu akan menjadi tantangan besar ke depan dalam memenuhi target perjanjian Perubahan Iklim Paris untuk menjaga kenaikan suhu global abad ini jauh di bawah 2 ° C di atas tingkat pra-industri dan untuk mengejar ambisi upaya membatasi kenaikan suhu global tidak lebih dari 1,5°C pada tahun 2030.
WMO juga menekankan bahwa perlambatan industri dan ekonomi dampak covid-19 bukanlah pengganti dari rencana aksi iklim yang berkelanjutan dan terkoordinasi secara global. Meskipun dampak covid-19 berkontribusi pada penurunan emisi pada tingkat tertentu pada tahun ini, namun hal itu diperkirakan tidak akan signifikan pengaruhnya pada pengurangan konsentrasi atmosfer CO2 yang mendorong peningkatan suhu global, karena daur hidup CO2 yang sangat lama di atmosfer.
Sementara Covis-19 telah menyebabkan krisis kesehatan dan membuat ekonomi global terpuruk pada tahun ini, kegagalan untuk mengatasi perubahan iklim dapat mengancam kesejahteraan manusia, ekosistem dan ekonomi selama berabad-abad. Setiap Pemerintah di dunia harus menggunakan kesempatan untuk melakukan aksi iklim sebagai bagian dari program pemulihan dan memastikan bahwa kehidupan bumi tumbuh kembali dengan lebih baik. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved