Risiko Penularan di Asrama Tinggi

Pra/AIW/X-7
14/7/2020 05:12
Risiko Penularan di Asrama Tinggi
Ilustrasi -- Murid-murid berlari menuju ruang kelas di SD Negeri 1 Praja Taman Sari, Desa Wonuamonapa, Konawe, Sulawesi Tenggara, kemarin.(ANTARA/JOJON)

SEMUA boarding school (sekolah sistem asrama), termasuk pesantren, diminta berhati-hati menyelenggarakan kegiatan pendidikan. Pasalnya, risiko penularan covid-19 di lingkungan sekolah sistem asrama tinggi.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan hal itu dalam rapat terbatas (ratas), di Istana Merdeka, Jakarta, kemarin.

Peringatan Presiden tersebut setelah, sebelumnya pada Jumat (10/7), Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mencatat terdapat lebih dari 1.000 orang terkonfirmasi positif covid-19 yang berasal dari klaster pusat pendidikan TNI-AD berbasis asrama di Bandung, Jawa Barat.

“Karena kalau ada satu orang saja terpapar, yang lain juga berpotensi tinggi terpapar,” kata Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo, yang mengikuti ratas tersebut.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengungkapkan jika penularan terlanjur terjadi, satu-satunya jalan yang harus dilakukan ialah mengisolasi lingkungan tersebut.

“Cara mengatasi daerah-daerah zona merah, Bapak Presiden sudah berkali-kali menyampaikan SOP-nya, yakni setiap ada kasus harus diadakan kontak dan area tracing. Lalu dibuat tracking, itu dipilah siapa yang berada di area tadi. Yang terkategori ODP, PDP, dan siapa yg sudah terinfeksi. Kemudian daerah itu dikarantina lingkungan,” jelasnya.

Secara terpisah, juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengatakan pihaknya telah memeriksa 13.100 spesimen. Total yang telah diperiksa sebanyak 1.074.467 spesimen.

“Jumlah ini kita dapatkan kasus terkonfirmasi positif sebanyak 1.282 orang, sehingga totalnya menjadi 76.981 orang. Kasus sembuh di Indonesia hingga kemarin siang sebanyak 1.051 orang. Jadi totalnya menjadi 36.689 orang,” katanya di Gedung BNPB, Jakarta Timur.

Adapun kasus pasien meninggal, tambah Yurianto, ada 50 orang sehingga, totalnya menjadi 3.656 orang.

Yurianto menyebut pihaknya masih memantau kasus orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 33.504 orang. Adapun kasus pasien dalam pengawasan (PDP) yang dipantau dengan ketat sebanyak 13.439 orang.

“Kita sadari bahwa kasus dari hari ke hari masih bertambah, karena masih ada sumber penularan yang berada di tengah-tengah masyarakat namun tidak menyadari bahwa dirinya menularkan ke orang lain,” ungkapnya. (Pra/AIW/X-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya