Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Pakar: Belajar Daring akan Membebani Guru

Mediaindonesia.com
08/7/2020 08:21
Pakar: Belajar Daring akan Membebani Guru
Guru SD berkomunikasi dengan siswa saat proses belajar mengajar (PBM) melalui aplikasi media daring dirumahnya di Kelurahan Bubulak, Bogor(ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)

WACANA untuk mempermanenkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) baik dengan sistem daring mendapat kritikan dari Pakar Pendidikan Doni Koesoema. Menurutnya, hal itu akan menjadi persoalan bagi peserta didik di daerah yang infrastrukturnya belum cukup.

“Ini juga akan membebani guru,” kata Doni dalam webinar Pustakapedia yang bertemakan “Arah pendidikan kita: Mas Nadiem mau ke Mana?”, Selasa (7/7).

Doni menambahkan, jika semua metode belajar menggunakan sistem daring maka hal ini akan menyebabkan kemunduran kualitas bagi materi pelajaran yang butuh mentoring seperti yang diajarkan di sekolah SMK. Selain mengkritisi wacana belajar daring, Doni juga menyoroti konsep merdeka belajar yang digaungkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim sebagai bentuk transformasi pendidikan.

Ia menyampaikan jika konsep manusia merdeka dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara dengan penggambaran yang jelas, setidaknya manusia merdeka memiliki tiga sifat yakni mandiri atau berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain secara lahir dan batin dan bersandar pada diri sendiri yang berarti tumbuhnya sikap kepercayaan diri.Jika konsisten, imbuh Doni, maka bisa menjadi panduan bagi kebijakan pendidikan.

"Sayangnya, konsep merdeka ala Mas Menteri Nadiem baru berkutat pada hal administratif. Kemerdekaan yang diusung tidak menyebtuh hal esensial dalam menjawab problem pendidikan," ujarnya.

Baca juga:  Interaksi Sosial Anak Hilang kalau Belajar Daring Dipermanenkan

Ia pun memaparkan, konsep merdeka ala Nadiem sementara ini bebas dari berbagai hal administratif yang membebani guru. Sedangkan konsep dasar manusia merdeka yang digagas Ki Hajar Dewantara tidak dianggap hal fundamental oleh Nadiem.

Akan tetapi, Doni melihat ada upaya dari Kemendikbud untuk mengimplementasikan konsep Ki Hajar Dewantara. Hanya saja belum fokus pada detail dan problem tentang pendidikan.

Sementara itu, Pakar Kebijakan Publik UGM Prof Wahyudi Kumorotomo menyebut Kemendikbud RI belum menunjukkan keseriusan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Pun menyoroti kebijakan merdeka belajar Nadiem, karena di tingkat operasional tidak ada yang betul-betul kuat sebagai implementator untuk pembelajaran merdeka.

“Ini bisa dilihat dari target skor PISA (Programme dor Internasional Student Assessment, red) masih di bawah 400. Padahal negara lain sudah menargetkan hingga 500 sampai 600," tuturnya bicara soal kualitas.

Sedangkan Ketua IGI (Ikatan Guru Indonesia) Muhammad Ramli Rahim sempat menaruh harapan ketika Nadiem ditunjuk sebagai menteri. Apalagi, ia sukses sebagai pengusaha dan masuk dalam golongan generasi milenial yang sangat memahami teknologi digital. Ia pun berharap ada progesifitas melihat profil menteri yang berbeda.

Namun, kata Ramli, Kemendikbud RI belum menunjukkan kerja maksimal. Konsep merdeka belajar pun impelementasinay tak maksimal dan Nadiem dianggap tak paham persoalan lapangan pendidikan serta guru.

“Sejauh ini hanya gimmick dan slogan belaka,” ucap Ramli.

Diskusi ditutup dengan pernyataan Editor in Chief Pustakapedia David Krisna Alka yang mengkritisi kinerja menteri harus diawali dengan kemarahan presiden baru mulai bergerak.

"Menteri diangkat mestinya berdasarkan kapasitas, profesionalitas, dan integritas. Logikanya sulit dicerna kalau dimarahi dulu baru bergerak. Apalagi di masa pandemi ini" pungkas David.(RO/OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik