Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
ABU vulkanis dari dua letusan eksplosif Gunung Merapi pada pukul 09.13 dan pukul 09.27 WIB, kemarin, mencapai radius 45 kilometer dari puncak. Sementara itu, tinggi erupsi mencapai 6.000 meter.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida, mengatakan hujan abu vulkanis mengarah ke wilayah Kabupaten Magelang dan Kulon Progo karena angin saat erupsi bertiup ke arah barat.
“Hujan abu tipis terjauh dilaporkan terjadi di wilayah Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo, yang berjarak sekitar 45 km dari puncak Gunung Merapi pada pukul 12.00,” ujarnya, kemarin.
Hanik menjelaskan kedua erupsi tercatat di seismogram dengan amplitudo 75 mm dengan durasi 328 detik dan 100 detik. Dari CCTV Stasiun Merbabu, tinggi kolom erupsi terlihat mencapai 6.000 meter dari puncak.
Hanik mengingatkan ancaman bahaya hingga saat ini masih sama, yaitu berupa awan panas dan lontaran material vulkanis dengan jangkauan maksimal 3 kilometer. Kubah lava di puncak Gunung Merapi, katanya, saat ini mencapai 200 ribu meter kubik. Volume itu diketahui berdasar data drone (pesawat nirawak) pada 13 Juni lalu.
“Masyarakat kami harap tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa di luar radius 3 kilometer dari puncak Gunung Merapi,” jelasnya.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati, mengatakan berdasarkan Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) atau notifikasi penerbangan menunjukkan kode warna merah. Notifikasi tersebut merujuk pada erupsi yang terjadi pada pukul 09.13 dan 09.27 WIB.
“Warna merah atau red berarti ketinggian letusan sudah lebih dari 6.000 meter di atas permukaan laut,” imbuhnya.
Raditya menuturkan Gunung Merapi telah berstatus level II atau waspada sejak 21 Mei 2018. Dengan status tersebut, BPPTKG mengingatkan masyarakat agar mengantisipasi bahaya baik abu vulkanis dari kejadian awan panas maupun letusan eksplosif.
“Masyarakat juga diharapkan untuk mewaspadai bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan di sekitar puncak. Selain itu, tidak ada aktivitas manusia pada radius 3 km dari puncak Gunung Merapi,” katanya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Edy Susanto mengatakan hujan abu vulkanis dalam kategori ringan hingga deras telah mengguyur wilayahnya di delapan kecamatan.
Nina, salah seorang penduduk Desa Menayu, Kecamatan Muntilan, mengatakan hujan abu tipis juga mengguyur daerahnya. Ia menyadari ada hujan abu setelah melihat abu menempel pada tanamannya. “Di tanaman saya terlihat abu, seperti bekas diguyur hujan abu tadi,” tutur Nina. (AT/AU/TS/Aiw/X-10)
Dalam upaya memperkuat komitmennya terhadap pendidikan dan kesejahteraan sosial, Garrya Bianti Yogyakarta, hotel bintang lima di Yogyakarta yang merupakan bagian dari Banyan Group
Keberadaan Kopi Sleman pun diharapkan dapat semakin mendukung iklim pariwisata di kabupaten yang berada di kaki Gunung Merapi sisi Selatan.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X memimpin giat tanam pohon bersama Pemda DIY, Kraton Yogyakarta dan Pengurus Pusat Organisasi Pemuda Lintas Agama.
Gunung Merapi yang berada di perbatasan Magelang, Boyolali, Klaten (Jawa Tengah) dan Sleman (DIY) mengalami kegempaan ratusan kali dan kembali menggugurkan lava delapan kali.
Selama seminggu, terjadi gempa Fase Banyak 2.226 kali dan gempa Guguran mencapai 1.116 kali akibat aktivitas vulkanik Gunung Merapi.
BALAI Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta merilis, selama sepekan dari hari Jumat (27/9) hingga Kamis (3/10).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved