Headline

PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia

Fokus

MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan

Perjalanan Panjang Sebuah Galeri Seni

MI
06/6/2020 00:35
Perjalanan Panjang Sebuah Galeri Seni
(MI)

BERDASARKAN judulnya saja, Dari Wisma Seni Nasional Menjadi Galeri Nasional Indonesia: Melacak Jejak Pemikiran dan Usaha mengembangkan Galeri Nasional di Indonesia, sudah tergambar buku ini bakal mengulik soal sejarah Galeri Nasional Indonesia (GNI). Meski bertajuk galeri nasional, usia GNI ternyata masih belum genap setengah abad.

Tepatnya, diresmikan pada Mei 1999. Jauh dari sejarah seni rupa Indonesia yang telah eksis bahkan sebelum masa kemerdekaan. Sebelum beranjak ke soalan sejarah, kutipan awal serasa mengejutkan dengan menyitir pernyataan Presiden Soekarno. 

Tepat selepas daftar isi. "Aku tidak akan melepaskan salah satu dari benda-benda seni yang telah kukumpulkan itu untuk ditukar Cadillac. Kalau aku menyukai seseorang, aku akan memberinya sebuah lukisan atau tenunan sebagai hadiah. Tetapi tak pernah aku berniat
menjualnya. Semua itu akan kuwariskan kepada rakyat Indonesia, bilamana aku meninggal.

Biarlah benda-benda itu dimasukkan dalam Museum Nasional. Kemudian, apabila mereka lelah atau pikirannya kacau, biarkan mereka duduk di depan sebuah lukisan dan menikmati keindahan dan ketenangannya sampai jiwa mereka terisi dengan kedamaian seperti yang telah kulakukan. Ya, aku akan mewariskan bendabenda seni ini kepada rakyatku.

Untuk menjualnya? Tidak akan!" (hlm 4) Buku ini memang bermaksud menjelaskan beberapa informasi sejarah yang terkait dengan gagasan, rencana, dan usaha yang dilakukan bangsa Indonesia dalam membangun sebuah galeri nasional, dari periode merintis, lalu mengusahakannya secara nyata, hingga lahirlah GNI yang terus berperan dalam perkembangan dunia seni rupa Tanah Air dan bahkan dunia hingga saat ini.

Buku ini dimulai dengan menyajikan sedikit fakta sejarah betapa pentingnya peran galeri. Berawal dari kegigihan seniman Persagi (Persatuan Ahli Gambar Indonesia) yang dimotori maestro seni rupa Indonesia, S Sudjojono, untuk berpameran pada masa prakemerdekaan. Kala itu, tidak mudah bagi seniman Indonesia untuk mendapatkan pengakuan dari bangsa Belanda yang tentu saja pada masa itu memiliki kuasa dalam segala ranah, tak terkecuali seni rupa. Mereka akhirnya berpameran di Toko Buku Kolf seusai mendapat penolakan dari Belanda untuk berpameran di Kunstkring.

Beralih ke gagasan untuk membuat galeri nasional pascakemerdekaan. Pada masa itu, gagasan tersebut masih berada di ruang antara diwujudkan dan setengah diwujudkan. Bisa dipahami saat itu Indonesia masih menghadapi tantangan utama, yakni kestabilan politik, ekonomi, maupun keamanan.

Presiden Soekarno merintis ide pembentukan Galeri Kesenian Nasional sebagaimana termaktub dalam Ketetapan MPRS No II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahapan Pertama 1961–1969. Bahkan, pemerintah telah membentuk Panitia Museum Nasional Wisma Seni Nasional dan Perpustakaan Nasional pada September 1964.

Sayangnya, peralihan kekuasaan Orde Lama ke Orde Baru, 1966–1967, mengubur sementara mimpi untuk memiliki sebuah galeri nasional. Barulah pada periode 1970-an, gagasan membangun Wisma Seni Nasional (WSN) kembali diteruskan. Kala itu, pemerintahan Orde Baru berhasil menciptakan stabilitas ekonomi dan politik.

Hingga akhirnya, pada 1987 pemerintah memulai langkah awal yang paling mungkin bisa dilakukan saat itu, yakni dengan meresmikan  Gedung Pameran Seni Rupa (GPSR) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada 23 Februari 1987 sebagai bagian dari rencana pembangunan WSN. Lebih dari satu dasawarsa kemudian, GNI diresmikan pada 1999.

Lebih jelas penulis buku ini, Erwien Kusuma, membuat sebuah lini masa sejarah pendirian GNI pada bagian akhir buku. Semacam  rangkuman dari perjalanan pendirian galeri nasional. Tentu bagan kronologi itu sangat membantu pembaca mengikuti perjalanan sebuah upaya untuk membingkai kebanggaan atas karya seni rupa anak bangsa. (M-4)


 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik