Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Pekerja Migran dan Putus KB Jadi Tantangan

Ata/H-3
29/5/2020 04:25
Pekerja Migran dan Putus KB Jadi Tantangan
Sejumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) dari Malaysia berbaris untuk menjalani rapid test di Kantor Dinas Sosial Provinsi Kalbar, kemarin.(ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang)

KEDATANGAN pekerja migran Indonesia dari berbagai negara di tengah pandemi menimbulkan dua tantangan kependudukan, yakni risiko penyebaran covid-19 di daerah serta meningkatnya angka pengangguran. Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyatakan masalah kependudukan lain di saat pandemi ialah ledakan angka kelahiran yang mengancam bonus demografi di Indonesia. “Ketika pasangan usia subur (PUS) putus pakai KB, dari data 2,5 juta PUS, angka kelahiran bisa bertambah 370 ribu-500 ribu. Ini harus diantisipasi,” jelas Hasto dalam Webinar Tantangan Kependudukan di Tengah Pandemi Covid-19: PMI Pulang Kampung, yang diselenggarakan BKKBN, kemarin.

BKKBN, terang Hasto, telah melakukan berbagai upaya, antara lain menggencarkan sosialisasi alat kontrasepsi dan pelayanan kepada akseptor secara door to door. “Kita terus gencarkan gerakan serentak pelayanan sejuta akseptor, kita gerakkan bidan-bidan, jangan sampai terjadi ledakan penduduk ini,” tandasnya.

Sementara itu, peneliti Lembaga Pengetahuan Indonesia (LIPI) Aswatini mengatakan hingga akhir tahun sebanyak 260 ribu pekerja migran diperkirakan masuk ke Tanah Air. “Sebanyak 66,7% pekerja migran berpendidikan SD-SMP. Pemerintah setem­pat perlu menyosialisasikan kepada mereka terkait penyebaran covid-19, terutama di tingkat kabupaten,” jelas Aswatini.

Dari sisi kependudukan, Aswatini merekomendasikan agar pemerintah memaksimalkan program pemberdayaan pekerja migran agar tidak menambah angka pengangguran. “Pekerja migran ketika kembali diberi pelatihan, diberikan akses modal untuk membuka usaha. Ini yang bisa dikembangkan kalau memang mereka punya keahlian khusus,” tandasnya.

Senada, dosen senior Macquarie University Sidney Australia, Salut Muhidin, menyatakan pemberdayaan pekerja migran yang kembali bisa dilakukan dengan membentuk grup khusus pekerja migran yang diberi pendampingan khusus oleh pemerintah. “Selain itu, perlu ada safety net bagi pekerja migran sehingga ada sumber penghasilan yang dapat digunakan saat pandemi,” ungkapnya. (Ata/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya